DI JALAN INI KUTEMUKAN MAKNA
Orang-orang Eropa kebanyakan menggunakan Camping Car selama liburan. Tidak hanya fasilitas dalam rumah tangga yang ada didalam mobil ukuran jumbo ini, dibelakangnya juga terdapat tempat untuk menggantung sepeda ontel. Jika sang pemilik ingin jalan santai disuatu tempat maka dia cukup menggunakan sepeda itu. Maklum masa liburan disebagian besar Negara Eropa 4 bulan dalam setiap tahunnya.
Keluar dari bandara Paris-Charles de Gaulle langsung menuju tol. Pembayaran tol menggunakan elektrik, begitu sampai diloket 1 tombol ditekan otomatis tiket diprint. Palang pintu tol kemudian terbuka. Di pintu keluar tol, hal yang sama dilakukan, tapi kali ini dengan memasukkan kartu kredit. Mesin mengidentifikasi pembayaran melalui kartu kredit. Setelah semuanya valid baru palang pintu tol terbuka.
Kecepatan maksimal di 130 km/ Jam. Lalu-lintasnya tidak sepadat di Indonesia. Mobil melaju lurus ke arah Rouen. Rouen merupakan kota yang terletak di Perancis bagian utara. Penduduknya berjumlah 105.000 jiwa (2005). Di sini juga adalah tempat di mana Jeanne d'Arc meninggal. Jeanne d'Arc Di Perancis ia dijuluki La Pucelle yang berarti "Sang Dara" atau "Sang Perawan". Ia mengaku mendapat suatu pencerahan, yang dipercayainya berasal dari Tuhan, kemudian menggunakannya untuk membangkitkan semangat pasukan Charles VII untuk merebut kembali bekas wilayah kekuasaan mereka yang dikuasai Inggris dan Burgundi pada masa Perang Seratus Tahun[i].
Jadi teringat film 99 Cahaya di Langit Eropa. Film yang diinspirasi dari novel Hanum Salsabiela Rais ini menjelaskan banyak peninggalan Islam di Negara-negara Eropa. Salah-satunya adalah Arc de Triomphe[ii] merupakan salah satu monumen paling terkenal di kota Paris yang menjadi latar belakang ansambel perkotaan di Paris. Terletak di bukit Chaillot yang tepat berada di tengah konfigurasi persimpangan jalan raya berbentuk bintang lima.
Pembangunan monumen ini telah direncanakan sejak 1806 oleh Napoleon setelah kemenangannya di Pertempuran Austerlitz. Proses penyelesaian konstruksi fondasi dasar monumen ini memakan waktu selama 2 tahun pengerjaan. Ketika Napoleon memasuki kota Paris dari barat bersama Archduchess Marie-Louise dari Austria pada tahun 1810, ia sudah bisa melihat monumen ini terbentuk dr kontruksi kayunya.
Arsitek dari monumen ini, Jean Chalgrin meninggal pada tahun 1811. Pengerjaan pembangunannya dilanjutkan oleh Jean-Nicolas Huyot. Selama masa restorasi Bourbon di Perancis, pembangunan monumen ini sempat dihentikan dan tidak dilanjutkan sama sekali sampai masa pemerintahan Raja Louis-Philippe pada tahun 1833-1836.
Tol yang menjulur di bawah Menara ini bila ditarik lurus katanya menuju Ka’bah (wallahua’lam). Menjadi salah-satu alasan klaim muslim pada diri Napolean setelah dia menaklukkan Mesir. Walaupun status muslimnya ini masih menjadi perdebatan para ilmuwan tapi setidaknya sudah dua buku yang menyebutnya sebagai seorang muslim yakni Le Moniteur Universel terbit pada tahun 1789-1868 dan Satanic Voices, Ancient and Modern karya David Musa Pidcock.
Perjalanan kami dari bandara sudah sekitar 1,5 jam. Tapi masih juga belum sampai tujuan. Sementara kecepatan masih sekitar 130 km/ jam. Kemudian kami tanya mengapa kecepatannya tidak ditambah: Mengingat jalanan sepi, mobilnya juga memungkinkan diatas kecepatan 140 km/ Jam. Dengan tersenyum teman kami Vincent yang sekaligus sebagai driver menjawab: “Kecepatan tidak boleh diatas 130 km/ jam. Lihat itu…”. Katanya sambil menunjuk kamera. Ternyata setiap kecepatan kendaraan di jalan ini dikontrol oleh kamera yang terintegrasi dengan pos polisi.
Rouen masih sekitar 1 jam lagi. Kami mampir di rest area, sudah di propinsi Haute-Normandie. Minum kopi, teh dan makan kue-kue yang dibawakan oleh Catherine Lemonnaire salah-satu teman kami yang sempat tinggal di Indonesia selama 1 bulan.
Anginnya sangat kencang dan berpasir. Kata Catherine cuaca di Normandie tidak menentu. Kadang dingin, kadang tiba-tiba bersalju. Jika saat salju turun aktifitas bisa lumpuh total. Karena semua jalan tertutup oleh salju, diperkuat lagi dengan hembusan angin yang kencang. Sehingga salju bisa terbang kemana-mana. Mengganggu mata pengendara.