Jember,-berhasil menyelesaikan studi tidak kurang dari lima semester dan berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna yakni 3,91, Lailatul Usriyah mendapat kehormatan dengan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik pada jenjang program pascasarjana Strata Tiga (S3) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember, Senin pagi, (21/12/2020).
Prosesi wisuda dan rapat senat terbuka secara offline dengan menerapkan protokol kesehatan ketat digelar di aula gedung kuliah terpadu jalan kampus 1 IAIN Jember Jl. Mataram No. 1 Mangli Jember dan diikuti sebanyak 242 wisudawan.
Lailatul Usriyah merupakan wisudawan program doktor kelahiran Banyuwangi 16 Juli 1978. Perempuan yang berhasil dinyatakan lulus pada 6 Oktober 2020 ini banyak menginspirasi aktivis perempuan untuk meraih cita-cita setinggi mungkin.
"Perempuan harus cerdas, tidak cukup cerdas di akademik saja melainkan juga dalam membangun relasi seluas mungkin sambil mengasah softskill dan kemampuan menempatkan diri dalam berbagai situasi," ujar Lailatul Usriyah di tengah-tengah kegiatannya mengikuti prosesi wisuda.
Bagi perempuan yang juga aktif di Fatayat Nahdlatul Ulama Silir Agung ini, di dunia tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai selama dapat mengatur waktu dengan baik dan selalu berdoa dan beribadah. "Kalau lelah pasti ada tapi kita tetap harus bangkit dan giat melawannya," tegasnya.
Atas prestasinya sebagai lulusan tercepat hingga dinobatkan sebagai wisudawan terbaik ini Lailatul Usriyah mengatakan bahwa dirinya semenjak awal memutuskan untuk menimba ilmu di Program Pascasarjana Doktoral di IAIN Jember telah menanamkan komitmen dalam diri untuk berusaha lulus tepat waktu dan untuk gelar wisudawan terbaik ini baginya adalah bonus atas kerja keras dan kerja cerdas dan kerja ikhlasnya selama ini. Â Â
Ia berharap dengan wisudanya kali ini dirinya mampu berguna untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan kampus tercinta IAIN Jember, menjadi motivasi buat mahasiswanya di PGMI FTIK agar berani melangkah menggapai cita-cita dan selalu berdoa, bersyukur serta melibatkan restu orang tua dalam semua pencapaian. "Meskipun kedua orang tua saya sudah tiada minimal doa seusai shalat lima waktu dan bacaan Qur'an setiap hari satu juz saya khususkan untuk almarhum,"tuturnya.
Dijelaskannya menjadi perempuan yang tangguh memang tidak mudah. Untuk itu perempuan dituntut untuk bisa mengendalikan emosi dengan bijak, selalu menerima kritikan dengan anggun karena tidak semua lingkungan menerima kepemimpinan perempuan. Kelembutan hati perempuan bukan untuk ditindas akan tetapi untuk dihormati. Maka perempuan harus tangguh jangan selalu bergantung kepada laki-laki. Selama itu baik dan mendapatkan ijin dari suami maka motivasi, kreatifitas, gigih, pantang menyerah, belajar dari setiap kesalahan untuk mencari solusi, energik, produktif dan inisiatif diperlukan untuk mencapai harapan.#tamam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H