Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... Dosen - Nikmati tiap jengkal di mana kakimu berpijak, karena di atasnya ada langit yang harus engkau junjung

Nikmati tiap jengkal di mana kakimu berpijak, karena di atasnya ada langit yang harus engkau junjung

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gerakan Literasi SD Fastabiqul Khairat Samarinda

5 Mei 2016   00:42 Diperbarui: 5 Mei 2016   00:51 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

budaya gemar membaca 1 jeddah sd fastabiqul khairat

Budaya Membaca, Budaya yang (Hampir) Hilang *

Oleh: Tedy Zainul Arifin, M.Pd.

SD Fastabiqul Khairat Samarinda

* Naskah Bagi Pengalaman 15 Menit Membaca di SD Fastabiqul Khairat Samarinda, program Ditjen Dikdasmen Kemendikbud Republik Indonesia

SAMARINDA, KOMPASIANA.COM,-Dalam rangka membudayakan membaca, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) meluncurkan program literasi “15 Menit Membaca Buku Nonpelajaran Sebelum Hari Belajar”. SD Fastabiqul Khairat Samarinda, menyambut baik program tersebut dan mensosialisasikan dengan slogan “one book, one week” yang dicanangkan oleh Drs. Joko Wahyono, M.Pd. selaku Koordinator Pendidikan Fastabiqul Khairat pada tanggal 2 Mei 2016 sekaligus menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Khususnya di kelas 1 Jeddah, yang mana saya sebagai mitra wali kelas bersama Aris Yuliana sebagai wali kelas, sejak awal masuk tahun pelajaran, anak-anak kelas 1 Jeddah sudah membiasakan membaca buku non pelajaran di sela-sela waktu istirahat, sehingga terbentuk perpustakaan kelas secara mandiri.

Gayung bersambut dari program Kemendikbud, maka budaya membaca di kelas Jeddah kami laksanakan rutin 15 menit sebelum waktu belajar dimulai. Di kelas Jeddah terdapat 23 siswa dan setiap siswa kelas 1 Jeddah mempunyai kewajiban mentuntaskan minimal 1 buku bacaan dalam setiap minggunya. Berkaitan dengan program tersebut, komite kelas 1 Jeddah memberikan dukungan disetiap 1 bulan sekali, anak-anak membawa 1 buku bacaan untuk disimpan di perpustakaan kelas. Sehingga dalam 1 bulan terdapat 23 buku bacaan yang bisa dipilih dan dibaca oleh siswa-siswi di kelas.

Ketua Komite Kelas Jeddah, Lestari, menyatakan lebih senang melihat putra-putrinya membaca, sehingga dengan senang hati para orang tua membelikan buku bacaan. Kerja sama wali kelas dan komite dengan memberikan kriteria buku yang layak dibaca oleh anak, agar ketika sampai di tangan anak, buku yang mereka baca benar-benar mendidik. Ketika program membaca dimulai di kelas, tampak ketenangan dan keseriusan anak dalam menikmati buku bacaan. Sesekali, terlihat siswa satu dengan yang lainnya saling diskusi menunjukkan gambar yang terdapat pada buku.

Sesuai dengan usia mereka, buku bacaan yang tersedia di kelas Jeddah adalah buku bacaan yang bergambar, karena selain merangsang kognitif anak, gambar juga merangsang sel motorik anak. Judul buku bacaan yang ada di kelas Jeddah diantaranya Kisah 25 Nabi & Rasul, Kisah Sahabat Nabi, Kisah-kisah dalam Al Quran, Petualangan Qonita, Cerita Rakyat Indonesia, Cerita Rakyat Luar Negeri, Percobaan Science Sederhana, dan lain sebagainya. Setiap hari selama kurun waktu 15 menit sebelum pelajaran dimulai, anak-anak mempunyai kebiasaan untuk membaca buku-buku tersebut. 

Bagi yang belum tuntas membaca sebuah buku, maka akan dilanjutkan keesokan harinya dengan memberi tanda pada halaman terakhir yang dibaca. Dan bagi yang sudah selesai, maka buku dari siswa tersebut akan ditukar dengan buku bacaan dari siswa lainnya. Wali kelas bertugas mencatat untuk memastikan bahwa setiap siswa membaca 23 buku bacaan setiap bulannya, sehingga setiap siswa kelas Jeddah memiliki kartu baca. Selesai membaca 1 buku, maka siswa tersebut harus mampu menceritakan kembali buku yang telah dibacanya.

Dengan program gemar membaca, otomatis wawasan siswa akan bertambah dan membudaya di anak-anak. Di sela-sela waktu senggang di luar sekolah, anak akan lebih dekat dengan buku daripada hanya sekedar memainkan game di HP. Gerakan “15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum hari belajar”, diharapkan mampu mengembalikan minat budaya membaca di kalangan anak-anak, yang sudah mulai menghilang dengan adanya teknologi game pada HP. Selain itu, ketergantungan anak pada HP yang cenderung hanya bermain game, juga bisa diminimalisir. Mari kita bersama-sama mengembalikan budaya membaca, agar tidak punah dengan berkembangnya jaman.#Dokumentasi Pribadi 

foto-6-572a3448d69373bd048b45c7.jpg
foto-6-572a3448d69373bd048b45c7.jpg
gemar membaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun