Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... Dosen - Nikmati tiap jengkal di mana kakimu berpijak, karena di atasnya ada langit yang harus engkau junjung

Nikmati tiap jengkal di mana kakimu berpijak, karena di atasnya ada langit yang harus engkau junjung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Jalan Guru Tercinta, KH. Maktum Jauhari MA

29 Desember 2015   23:39 Diperbarui: 30 Desember 2015   00:02 1620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAMARINDA, KOMPASIANA.COM,-Kabar duka datang dari tanah Madura. Pimpinan sekaligus pengasuh Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep berpulang ke rahmat Allah SWT Selasa (29/12) KH. Maktum Jauhari MA setelah duhur di ruang ICU RS. Darmo Surabaya.

Maktum Jauhari MA adalah pimpinan pesantren Al Amien Prenduan generasi ke tiga. Bagi dewan asatidz dan santri santriwati di Al Amien Prenduan Almarhum adalah kiyai yang sangat kharismatik. Secara kasat mata, gerak tubuh sangat kentara bahwa almarhum tengah dalam keadaan sakit. Meski demikian almarhum tidak pernah mengeluh. Semangat menggebu untuk mengasuh pesantren beliau laksanakan dengan sangat baik. Bisa diketahui dari tiap aktifitas beliau.

Almarhum KH Maktum Jauhari akrab menyapa santri-santriwati dalam tiap kegiatan. Baik dalam salat berjamaah, kuliah subuh dan dalam kegiatan pesantren yang melibatkan pimpinan.

Salah seorang alumni TMI Al-Amien Prenduan angkatan 31 bernama Ust Khairon Mahmud mencoba mengenang kebersamaannya dengan kiyai yang dikaguminya itu, “Malam ini seolah-olah saya masih berada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Berada di Zawiyah KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA belajar Shafwatut Tafasir Surat Ar-Rahman kepada beliau. Masih terngiang betul saat beliau mengupas tuntas tafsir tersebut: "likulli Sya'in 'Aruuys wa Arruusyu Hadzal Qur'an Suuraturrahman". Begitulah bahasa yang saya tangkap dari keterangan beliau. Malam ini pula seolah-olah saya berada di Mushalla " Maryam Shalihah" belajar Mabadi' Ilmi Tarbiyah dan Mabadi' Ilmi Ta'lim kepada KH. Muhammad Idris Jauhari, sebuah prinsip dari teori-teori pendidikan dan pengajaran. Subahanallah... Dan di malam ini pula seolah-olah saya berada di gedung al-Munir, menunggu kedatangan KH. Maktum Jauhari, MA dengan motor Astrea Grand yang beliau kendarai, belajar prinsip-prinsip Ilmu Tauhid. Kyai, kini, antum telah kembali ke haribaan Allab SWT.  Padahal saya masih membutuhkan bimbingan, arahan, dan nasehat dari antum. Selamat jalan guru semoga saya dan antum kelak dipertemukan di hari yang Allah tentukan,”Ungkapnya melalui media sosialnya.

Begitupun Muhammad Syuhada salah seorang alumni Al-Amien. Demi meluapkan isi hatinya, ia menuliskan, “Untukmu Guru Kami, Ayahanda Kami. Masih terngiang wajah syahdumu, lembut tutur katamu, senyum hangatmu yang kau berikan untuk kami, seakan-akan antum masih hadir di tengah-tengah kami, memberikan petuah kepada kami yang sungguh kami butuhkan. Kini antum kembali kepangkuan-NYA bersama orang-orang yang hebat. Tiga pilar kebanggakan kami telah kembali kepada sang pemilik alam semesta Allah Azza Wajalla. Kami rindu semua nasihat-nasihatmu guru kami, ayahanda kami. Selamat Jalan Kyai Kami, Selamat Jalan Ayahanda Kami...
surgamu kini telah menantimu. Allahummagh firlahum warham hum wa'afihi wa' fu'anhum,”tulisnya.

Pagi ini Al-Amien Prenduan berduka. Jarak Kalimantan tempat penulis mukim saat ini dengan Madura tidaklah dekat, namun gerimisnya tetap terasa di hati ini. Penulis mengemis belas kasih Allah SWT, meminta rahmat dan magfiroh dan khusnul khatima buat beliau almarhum kiyai tercinta.

Berikut sedikit data pribadi KH. Maktum Jauhari MA. Tempat lahir : Sumenep 14 Mei 1958.

Anak : Muhammad Haitsam, Samiyah, Afaf Az-Zahro, Nabil Fuadi, Rania Izzati, Madihah Amani.

Jenjang pendidikan : MI Alwasiliyah (Prenduan 1969), KMI Gontor (1975), IPD Gontor (1976) Universitas Islam Madinah (1980), Universitas Al Azhar Cairo (1990).

Kata mereka tentang KH. Maktum Jauhari
::
Semasa kuliah S1 di Universitas Islam Madinah, prestasinya selalu terdepan, di belakangnya ada mahasiswa Suriah yang tampak sekali iri akan kecerdasannya.
(H. Wasik, Tokoh Masyarakat Sememi)
::
KH Imam Zarkasyi pernah bercerita. Gontor memilik tiga tunas mawar, kesemuanya mekar di Madura: Tijani Jauhari, Idris Jauhari dan Maktum Jauhari.
(Ustadz Aceng, Alumni TMI 1990)
::
Kiai Idris Jauhari pernah ditanya oleh seorang santri, 'Pak Kiai, di antara tiga bersaudara ini, siapa yang paling cerdas?' Beliau menjawab 'Maktum paling jenius di antara kita'.
(Ustadz Tajul Haq, wali kelas I Intensif A 2007)
::
Saya punya satu masalah besar selama nyantri di Gontor, yaitu Maktum. Saya selalu kerepotan menggesernya dari posisi puncak. .
(KH. Din Syamsuddin, Ketua Muhammadiyah)
::
Kecemerlangan otaknya membuat banyak orang dengki. Oleh teman-temannya, ia pernah hendak diceburkan ke lubang sumur saat masih belajar di Gontor. Beruntung kawan baik Maktum kecil menangkap basah mereka.. Wajar mereka iri, setiap hari membaca koran tapi selalu juara kelas. Laduni kata orang-orang.
(Pak Sarimo, Petugas kebersihan di Al-Amien, teman main K. Tijani kecil)
::
Saat kuliah S2 di Al-Azhar, istri Kiai Maktum adalah primadona lelaki masisir di masanya. Tapi Maktum kualitasnya di atas rata-rata, ia memenangkan cinta wanita itu.
(DR. Musthafa Abdurrahman, wartawan Kompas) #TAMAM Foto dokumentasi pribadi  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun