Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Socrates Award Diragukan Kebenarannya, Risma: Aku Rapopo...

10 Mei 2014   00:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini Rismaharani kena batunya. Penghargaan Socrates Award digugat dan dipertanyakan banyak pihak. Padahal, Risma sudah kadung mengarak penghargaan beken itu.

[caption id="attachment_335508" align="alignnone" width="620" caption="www.tempo.co"][/caption]

Dalam banyak pemberitaan surat kabar, ditemukan polemik bahwa penghargaan Socrates Award yang diperoleh Risma ternyata adalah United Europe Award. Tak berhenti disitu saja, juga dikabarkan bahwa Walikota paling keren ala kota pahlawan tersebut diduga menyerahkan sejumlah dan besar untuk mendapatkannya.

Polemik penghargaan yang kontroversial ini, kontak meleduk-leduk di beberapa media, baik cetak maupun online. Pihak Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser, pun harus memberikan keterangan. "Kami berdasarkan undangan yang kami terima. Untuk penghargaan saya sendiri tidak tahu. Selain itu, kami tidak punya niatan membohongi," kata Fikser, seperti dilansir detiknews.com.

Soal penyerahan dana, ia menjelaskan bahwa pembayaran uang sebesar 3.900 Euro atau sekitar Rp 62,7 juta yang dikeluarkan pemkot bukan untuk membayar agar Wali Kota Risma mendapat penghargaan, melainkan untuk membayar biaya seminar.


"Pembayaran itu untuk seminar, bukan untuk piala atau agar mendapat penghargaan. Apalagi ibu (Risma) sudah pesan jauh sejak menjabat kalau menerima penghargaan tapi bayar, beliau tidak mau,” paparnya. Lebih lanjut, Fikser menyatakan bahwa hal penting berkat undangan perhargaan itu, sekarang Surabaya mulai memperoleh sisi positifnya, yaitu kota Surabaya mulai bisa melakukan pembicaraan kerja sama dengan kota-kota di dunia.

Respon Risma

[caption id="attachment_335509" align="aligncenter" width="460" caption="m.detik.com"]

13996298031756369995
13996298031756369995
[/caption]

Lantas, bagaimana respon Risma sendiri? Dalam wawancara dengan Harian Surya, menjelaskan bahwa bukanlah sederet penghargaan yang ia buru-buru. “Saya ingin menunjukkan ke orang Surabaya agar jangan pasrah. Orang-orang miskin bisa termotivasi dan bisa bangkit. Karena di lapangan, membangkitkan semangat orang itu sulitnya bukan main,” tegas Risma.

Bagi Risma, penghargaan demi penghargaab berkelas dunia yang diraih kota Surabaya, hanyalah cara membangunkan rasa percaya diri dan optimisme warganya. Sebab, papar Risma, membangkitkan spirit orang adalah yang sulitnya bukan main. Karena itu, maka diperlukanlah sebuah metode khusus untuk membangunkannya. “Saya cuma ingin menunjukkan warga Surabaya kalau mereka bisa lebih baik dari bule-bule yang selama ini mereka anggap lebih pintar. Sampe saya sering bilang ke orang-orang, kamu kalau ketemu bule jangan menunduk,” tambah Risma.

Ketika Risma ditanya tentang polemik akurat-tidaknya Socrates Award, Risma mengaku tidak masalah. “Aku lho rapopo Mas, gak dapat penghargaan. Saya mau fokus kerja saja. Aku lho tidak apa-apa tidak dapat penghargaan. Saya sering kok nolak-nolak penghargaan,” kata Risma.

Duh merinding saya. Tak ulang maning bu kalimat-kalimat keramatnya yo.

Saya ingin menunjukkan ke orang Surabaya agar jangan pasrah. Orang-orang miskin bisa termotivasi dan bisa bangkit. Karena di lapangan, membangkitkan semangat orang itu sulitnya bukan main.

Saya cuma ingin menunjukkan warga Surabaya kalau mereka bisa lebih baik dari bule-bule yang selama ini mereka anggap lebih pintar. Sampe saya sering bilang ke orang-orang, kamu kalau ketemu bule jangan menunduk!

Duh. Iya bu. Saya juga orapopo...

[caption id="attachment_335511" align="alignnone" width="646" caption="jadiberita.com"]

1399630002190046638
1399630002190046638
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun