Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahfud MD, Teruslah Berjuang Demi Bangsa!

30 Mei 2014   10:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:57 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14013955881334397456

[caption id="attachment_339096" align="aligncenter" width="259" caption="www.didiksugiarto.com"][/caption]

Kali ini, adalah giliran Mahfud MD menjadi bulan-bulanan banyak pihak, terutama di jejaring sosial. Menjadi sosok pemimpin di negeri ini memang memerlukan ketangguhan jiwa. Ketangguhan prinsip dan ketangguhan dalam mengatur situasi ketika memilih jalan berbeda dari pendapat umum. Karena inilah zaman pancaroba, di mana sedang belajar membaca dan menganalisa membentuk diri. Berbangsa dan bernegara.

Meski sampai saat ini, saya sendiri belum menentukan siapa jagoan mendatang yang bakal saya pilih, Mahfud MD adalah beberapa di antara tokoh bangsa yang saya jadikan guru dalam memahami dunia politik di tanah air. Tak peduli walau saat ini pilihan politiknya saat ini menjadi pergulatan dan pembicaraan banyak pihak yang bimbang dan kelabakan atas pilihan terakhir Mahfud MD.

Ada beberapa alasan mengapa saya tetap hormat pada pilihan beliau. Pertama, dalam dunia politik selalu tak ada mutlak. Kebenaran yang benar dalam gerakan politik selalu tak bisa diukur dan dianalisa dalam rangkaian analisa hitam dan putih. Sebab, politik bukanlah soal hitam dan putih. Politik adalah soal strategi. Terkadang, pilihan gerakan politik tampak abu-abu. Karena politik sendiri adalah dunia yang abu-abu. Sebabnya, dunia politik berkaitan dengan strategi.

Kedua, berbeda dengan rata-rata politisi yang memiliki kepandaian dalam mengolah bahasa tubuh dan bahasa komunikasi yang mampu meredam otensitas pemikiran, Mahfud MD mungkin termasuk bagian dari tokoh yang memang tidak terlalu pandai mengemas diri. Ia tampil spontan, pikiran dan olah tubuhnya menyatu. Jika memang sebuah pilihan itu berat maka segera tampak dalam bahasa tubuhnya. Saya kira ini adalah komunikasi yang bisa dirasakan semua orang. Semua orang tanpa ragu merasakan bahwa pilihan itu adalah pilihan sulit dan penuh pertimbangan. Dari sini, saya salut sama Mahfud MD yang tidak berusaha menyembunyikan kesulitan dan pertimbangan pilihannya itu.

Ketiga, saya sepakat dengan Mahfud MD bahwa pilihan-pilihan penentuan politik era sekarang ini memang berat. Kita selama puluhan tahun sudah kadung memiliki cara pikir yang seragam. Maka yang tidak seragam dengan pilihan kebanyakan akan menjadi serangan bertubi-tubi. Dari Mahfud MD, saya belajar untuk melepaskan diri dari keseragaman analisa.

Bahwa, saatnya kita belajar menentukan pilihan politik bukan lagi berdasarkan keseragaman sudut pandang. Akan tetapi berdasarkan analisa-analisa matang yang barangkali belum terpikirkan oleh rata-rata orang. Saya ingin belajar dari beliau, bagaimana memilih dan menentukan sikap tanpa harus terjebak pada pilihan umum. Tetapi tetap pada pilihan yang dapat merangsang karakter diri yang tetap tangguh, meski harus berhadapan dengan pilihan-pilihan umum.

Keempat, Mahfud MD bagaimana pun adalah sosok manusia dan bukanlah sosok Malaikat. Sebagai sosok manusia, pilihan Mahfud MD bisa saja salah dan bisa saja benar. Dan Mahfud MD telah menentukan sikap dan pilihan yang menurut beberapa pihak adalah keliru. Bagi saya, titik tekannya bukanlah antara salah dan benar. Akan tetapi adalah proses penentuan sikap itu sendiri. Di tengah-tengah kesadaran puncak bahwa sikap dan pilihannya bakal kena damprat banyak orang, Mahfud MD tetap kukuh pada pilihannya.

Bagi saya inilah poin titik pembelajaran menuju kematangan berbangsa dan bernegara. Pertimbangan yang matang inilah yang perlu saya ambil sebagai konteks pembelajaran diri pribadi. Bahwa pilihan politik selama bertumpu pada kematangan pertimbangan, maka sebuah sikap harus segera diambil. Sikap politik Mahfud MD adalah pembelajaran penting bagi generasi bangsa ini bahwa sebuah pilihan hasilnya bukan soal benar di saat ini dalam pandangan umum. Akan tetapi lebih jauh lagi adalah berdasarkan analisa pertimbangan yang sudah dilakukan. Seorang pemimpin haruslah memiliki sikap dan pilihan yang kuat dan kukuh meski itu berbeda dari kebanyakan cara orang berpikir. Saya meyakini dalam konteks ini, Mahfud MD tetap berdasarakn pertimbangan bangsa dan negara.

Kelima, memang tak ada manusia yang sempurna. Akan selalu ada kekeliruan dan kesalahan. Dengan alasan ini, saya menyukai pribadi seorang Mahfud MD. Sekiranya Mahfud MD adalah sosok yang sempurna atau ideal dalam masa-masa seperti sekarang ini, bagi saya pribadi maka ia tak cocok dijadikan sebagai sosok idola. Sebab, tak ada proses pembelajaran bagi diri pribadi saya sendiri sebagai sosok manusia yang belum matang.

Saya ingin belajar darinya bagaimana menjadi manusia. Sosok manusia yang terkepung berbagai pilihan dan terkepung oleh kesinisan dan bulan-bulanan banyak orang. Saya ingin belajar darinya menjadi sosok manusia yang sejati, yaitu bagaimana menjadi diri yang sempurna karena ketidaksempurnaannya. Belajar menata dan menumbuhkan jiwa besar atas pilihan-pilihan sikap di saat yang sulit.

Selamat berjuang Mahfud MD. Sebagaimana Pangeran Trunojoyo, Ke Lesap, Raja Cakraningrat yang tetap kukuh pada pilihan sikap yang tak sama dengan kebanyakan orang di zamannya, saya ingin belajar darimu banyak hal tentang dilema kehidupan ini yang kadang berat dan sulit. Meski sampai saat ini, saya sendiri belum memiliki pilihan di antara pilihan-pilihan yang ada, bagiku banyak khazanah peradaban yang berhak kupelajari darimu. Darimu diriku tak mengidolakan sosok yang sempurna, tetapi darimu diriku ingin belajar bagaimana menyikapi ketidaksempurnaan itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun