Bosan ngerjain kerjaan, saya refresh browsing asal. Ndilalah ketemu bahan berita bisnis radikal. Boleh membeli barang, bayarnya sesukanya saja. Ajaib. Penasaran juga. Nyatanya usaha ini sukses. Seperti apa sebenarnya?
[caption id="attachment_376834" align="aligncenter" width="455" caption="foto | food.detik.com"][/caption]
Berbisnis memang harus menghasilkan untung, sebab memang itulah di antara salah satu tujuan membuka bisnis. Karena itu, banyak strategi yang dilakukan oleh para pebisnis agar benar-benar memperoleh laba yang besar, dari cara yang baik hingga cara yang manipulatif.
Dilansir dari food.detik.com, strategi meraih untung dari restoran yang menjadi berita besar initermasuk lumayan nyelekit. Jika umumnya pengusaha lain misalnya menaikkan harga jual, restoran satu ini malah membebaskan para pembelinya untuk membayar harga berapapun. Konsep bisnis ala restoran yang bernama restoran Just Cookinyang berlokasi di Dallas, North California tersebut, sungguh terbilang benar-benar radikal.
Bayangkan saja. Apa yang bakal terjadi jika suatu usaha bisnis, para pembeli atau pelanggannya disuruh bayar sesuka-sukanya? Barangkali, pembelinya bukan hanya sontak membludak, tetapi pastinya juga banyak yang justru memilih tidak memberikan pembayaran atas apa yang mereka beli. Lebih-lebih, sekiranya tak ada pihak yang mengawasi setiap kehadiran para pengunjung (pembeli).
Meskipun demikian, nyatanya keberuntungan besar malah berpihak pada restoran milik Dana Pariss ini. Bisnis yang dibangun oleh Dana Pariss tersebut ketika memasuki minggu ketiga ternyata bisa menghasilkan keuntungan tiga kali lipat dari hari-hari biasanya. Padahal sudah jelas ia menerapkan sistem bisnis yang mustahil jika dilihat secara akal sehat model berbisnis, silakan beli dan bayarlah sesuka-sukanya!
[caption id="attachment_376836" align="aligncenter" width="576" caption="Pemilik Restoran, Dana Paris | kitchendaily.com"]
Meskipun demikian, bagi Pariss sendiri, ia meyakini bahwa rezeki sudah diatur oleh yang diatas. Selama seseorang melakukan usaha dan kerja keras, Tuhan pasti memberikan rezeki yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Berdasar keyakinan itulah, maka ia mengukuhkan tekadnya untuk membuka sebuah usaha yang berbeda dengan para pebisnis lainnya. Namun demikian, ia tak hanya melakukan eksperimen asal beda. Sebab, ia pun menerapkan sistem pelayanan pelanggan yang tak hanya profesional, tetapi juga memberikan kenyamanan dan keramahan terbaik pelayanan yang sungguh-sungguh melibatkan keikhlasan.
Konsep bisnis yang dibangun oleh Pariss bukan tanpa cibiran, dan sinisme pihak lain. Bahkan ia dianggap sebagai sosok pebisnis yang tinggal menunggu datangnya kebangkrutan tiba. Namun nyatanya, sistem bisnis yang digelorakan Paris mengalami titik puncak keberhasilan di luar dugaan banya orang. Dalam menerapkan model bisnis yang cukup nyeleneh plus nyentrik itu, Paris mengaku sama sekali tak khawatir bahwa model bisnis yang ia terapkan bakal dimanfaatkan pelanggan.
Misalnya, bakal muncul banyak pelanggan yang hanya makan, tetapi ternyata ia tidak membayar apa yang sudah dibeli. “Saya sama sekali tidak khawatir soal bakal dimanfaatkan oleh para pembeli saya. Bagi saya, rezeki itu sudah ada yang mengatur. Lagipula, tujuan saya membangun bisnis kan tak sekedar mendapat keuntungan sebesar-besarnya, tetapi juga menjadi bagian cara saya melayani orang lain sebaik mungkin. Karenanya, saya ikhlas meski pelanggan saya membayar seadanya,” tukas Paris.
Selalu Gagal Berbisnis
Menariknya, pilihan Paris memantapkan pilihan model berbisnis membayar sesukanya bukan tanpa alasan yang kosong. Sebab, sebelum ia memulai bisnis tersebut, ia sedang mengalami proses berbisnis yang stagnan. Restoran yang ia bangun ternyata gagal berkembang sebagaimana yang ia harapkan. Padahal, ia sudah mengeluarkan modal. Restoran yang ia rintis tersebut, selama dua tahun sama sekali tak mengalami perkembangan berarti.
Selama dua tahun berjuang mempertahankan dan mengembangkan bisnis, namun nyatanya gagal, menjadikan Paris sadar bahwa ia harus melibatkan Tuhan dalam setiap perkembangan dan strategi bisnisnya. “Saya tersadar, selama menjalankan bisnis, saya memang kurang sepenuhnya berpasrah pada Tuhan,” tuturnya.
Maka, ia pun tak pernah berhenti berdoa agar usahanya bisa segera berkembang dengan pesat. Nyatanya harapan tinggal harapan. Bertahun bersikeras membangun dengan segala macam strategi bisnis, hasilnya tetap tak memberikan hasil signifikan. Hanya saja, suatu ketika, ia seperti mengalami pencerahan khusus. Ia seperti diberikan petunjuk bagaimana harus membangun strategi bisnis yang berhasil. Maka, kemudian lahirkan konsep bisnis yang amat nyeleneh tersebut; silakan beli dan bayarlah sesuka-sukanya. “Saat saya mendapat pencerahan, Tuhan seperti mengatakan bahwa saya tak perlu melakukan strategi ini-itu, tetapi membiarkan saja Dia yang melakukannya,” ujarnya berkisah.
Tentu saja, berbeda dari prinsip sebelum-sebelumnya yang bertujuan mencari untung sebesar-besarnya, kini Paris memantapkan bisnisnya tak sekedar mengail untung banyak. Akan tetapi, sekaligus keinginan untuk memberikan pelayanan terbaik dan berbagi dengan sesama dalam aspek makanan. Sebab dalam pengalamannya berbisnis, telah menyadarkannya bahwa tanpa Tuhan ia bukanlah apa-apa.
Seberapa bagus pun strategi bisnis, jika Tuhan tak menghendaki maka kegagalan akan senantiasa rutin menerpa. Pengalaman tersebut sudah ia buktikan sendiri. Hingga kemudian Tuhan memberinya kemantapan membangun bisnis dengan mengutamakan orang lain sebagai bagian dari pelayanan dan keinginan berbagi rezeki dengan sesama. “Ada kejadian yang sangat unik bagi saya. Ada seorang suster datang membeli ke sini. Membeli hot dog dan segelas minuman, tetapi ternyata uangnya tak cukup membayar sesuai harga yang ia pesan. Ya saya biarkan saja dia bayar semampunya. Tetapi ternyata 2 hari kemudian dia balik lagi kesini. Dia pesan lagi dan membayar USD 20 (Rp 240 ribu),” kisah Pariss.
[caption id="attachment_376838" align="alignnone" width="634" caption="poto | dailymail.co.uk"]
Salah seorang pelanggan Pariss, Jerry Scruggs, menyatakan takjub dengan keberanian dan kepasrahan diri Pariss dalam menerapkan model bisnis yang terbilang nekat tersebut. Ia sendiri sangat khawatir, dengan model tersebut bakal dimanfaatkan orang lain untuk mengeruk keuntungan di restoran miliki pengusaha berusia 52 tahun itu. Meski begitu, melihat keteguhan Pariss yang luar biasa, lama-lama ia malah terkesan, “Ya, setidak-tidaknya melalui langkah tak biasa tersebut, bisa menjadi sebuah langkah yang sangat baik untuk menguji keimanan seseorang. Menguji seseorang bagaimana ia meletakkan semuanya pada satu garis, dan memperlihatkan sedikit keyakinan bagi yang lain,” papar Jerry kagum.
Kira-kira, bagaimana ya jika restoran macam ini ada di sini? hi hi hi ... []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H