Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Benar Menurutmu, Buatmu Sendiri Sajalah!

26 Oktober 2015   09:36 Diperbarui: 26 Oktober 2015   10:32 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="nationalgeographic.co.id"][/caption]

Apa yang kamu maksud dengan kebenaran itu? Sekiranya kebenaran itu memang benar seperti yang kau perdebatkan itu padaku, mengapa kebenaran yang kau bilang itu justru menimbulkan gelegak? Apakah benar itu semacam api? Yang membakar sekumpulan emosi?

Ia bukan siapa-siapa, bahkan sebenarnya aku belum mengenalnya sama sekali. Yang menurut temanku ia adalah temannya. Yang ia juga sekedar tahu diriku bahwa aku teman dari temannya. Kami sama-sama tak sepenuhnya saling kenal satu sama lain. Namun kami saling berseksama saling mendengarkan ketika ada yang berbicara. Tiba-tiba kenal atau tidak kenal tak lagi begitu penting. Dhahir kami buta satu sama lain, tetapi batin ini merasakan ada jarak yang begitu dekat. Ada rasa kejujuran yang muncul, seakan resapan mata air yang menyegarkan.

Kadang kita mengenal seseorang, tetapi terasa jauh. Pintu-pintu diri kita tutup begitu ia datang. Dhahirnya kita kenal, namun kita selalu merasa asing berada di dekatnya. Menimbulkan tanda tanya. Seolah-olah kita merasakan sesuatu yang tak dikenal di dalamnya. Sesuatu yang membuat kita ingin memberi pagar secepat ia datang. Mungkin benar, kejujuran itu terasa. Sama terasanya dengan kebohongan yang dilipat sedemikian rupa. Agar tidak kentara.

Barangkali, karena sejak usia sekolah kita dididik agar anti subyektifitas. Lebih mengedepankan objektifitas. Yang sejatinya, sudut pandang objektifitas telah mengurung kita membentuk mentalitas mekanik. Gaya berpikir robotik. Yang menolak keberagaman. Yang menihilkan bahwa yang benar dan sempurna itu adalah proses, sesuatu yang dinamis. Bisa alami pergeseran makna. Kebenaran menurutmu belum tentu benar menurutNya.

Bahwa kebenaran yang hakiki bukanlah kebenaran itu sendiri, tetapi kebenaran yang berpegangan kepada bimbingan ilahiah, dan bukan yang dibimbing oleh emosi. Hawa nafsu. Yang menjadikan isi dada dan isi kepala semacam tungku api. Yang langsung terasa bara atau panasnya begitu hal-hal yang diyakini benar mulai diperbincangkan. Isi kepalamu, juga isi kepalaku, sontak memercikkan api yang sebentar kemudian membara.

[caption caption="22sabil8.wordpress.com"]

[/caption]

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun