Luar biasa. Begitulah kesan saya setelah mondar-mandir di beberapa warung kopi di seputaran kota Surabaya. Mereka cukup mampu melawan persaingan bisnis yang makin ketat dan keras. Luar biasanya, karena pebisnisnya rata-rata anak-anak muda!
[caption id="attachment_413082" align="alignnone" width="640" caption="tembok-tembok berdesain stylist"][/caption]
Sebenarnya, saya tidak kepikiran untuk mengadakan studi banding soal Warkop ini. Hanya saja, saya punya kebiasaan mencari Warkop-Warkop yang tidak hanya cukup enjoy untuk ngopi, tetapi juga cukup bersedia untuk bersepakat dan bersahabat dengan gerakan lentik jari-jemari saya untuk menangkap dan mengail inspirasi di gerbang-gerbang langit kesembilan sebanyak-banyaknya.
Sebagai catatan tambahan, Warkop memang cukup banyak berdiri di kota pahlawan itu. Akan tetapi, tidak semuanya mampu memenuhi janjinya untuk memberikan kenikmatan dan keleluasaan demi menikmati senggang waktu.
Ada yang cukup nikmat racikan kopinya, tetapi suasana Warkopnya kurang menarik minat munculnya inspirasi. Yang ada malah bikin inspirasi kejang-kejang, lantas klenger tak keruan. Misalnya, sering ada orang mendekat yang ternyata buat menawarkan produk. Sepele, tetapi amat sangat mengganggu sekali.
Ada juga yang suasananya sangat mendukung kumatnya gerak inspirasi, tetapi citarasa kopinya hambar. Ini juga sama mengganggunya. Bahkan, ada juga yang racikan kopi dan penempaan suasananya sama-sama aduhai, ndilalah tidak ada fasilitas colokan listriknya.
Karena itu, dalam proses menemukan tempat-tempat Warkop yang mampu mendukung inspirasi kumat, tanpa sadar menggiring saya untuk berkelana ke sana ke mari. Ndilalah, di luar dugaan, ada fenomena mengagumkan terkait geliat bisnis Warkop tersebut. Saya sampai lupa menenggak kopinya saking surprisenya.
[caption id="attachment_413083" align="alignnone" width="640" caption="kopi rempah-rempah. Bikin segar ingatan"]
Yang Muda yang Bergeliat
Sisi keren dari bisnis Warkop yang saya temui, tidak sedikit di antaranya menampilkan kesan modern dan stylist. Tidak kalah dengan Warkop yang bermukim di gedung-gedung berkelas, seperti yang mukim di mall-mall.
Misalnya, Warkop-Warkop tersebut menyediakan fasiltas Wi-Fi dan desain Warkop yang cukup enak dipandang mata. Posisi tempat juga lumayan strategis. Tetapi yang paling menarik karena rata-rata pelaku bisnisnya adalah anak-anak muda.
Saya simpulkan kekaguman saya ini dalam tiga hal. Pertama, dengan rata-rata pelaku bisnis  Warkop adalah anak-anak muda, yaitu kisaran usianya sekitar 20-30 tahunan. Alhasil, banyak anak-anak muda yang ngopi merasa desain dan pelayanannya terasa sangat mereka. Mungkin inilah sisi uniknya warkop-warkop ini sehingga selalu rame pelanggannya. Tak sedikit pelanggannya yang anak-anak muda, mereka sibuk dengan laptop masing-masing. Ya termasuk saya ketika menulis ini.
Kedua, anak-anak muda ini tampil ke dunia bisnis Warkop sepertinya memang tidak asal mumpung saja. Akan tetapi, didukung oleh pengetahuan strategi berbisnis yang kuat. Buktinya, Warkop yang mereka bangun sangat memenuhi syarat kriteria bisnis yang berhasil, seperti desain tempat, lokasi yang cukup strategis, pelayanan dan fasilitas yang prima.
Meski tempatnya sederhana, namun begitu diberi desain yang keren, suasananya pun sontak berubah, seakan berkelas atas. Musik yang mengalun kalem juga memperkuat kesan elit tersebut. Belum berhenti di situ, cara menata bangku-bangku juga tak kalah aduhainya. Lampu yang tidak begitu terang-benderang, membuat sensasi keheningan tersendiri.
Ketiga, keberanian mereka untuk adu kekuatan daya saing yang sama primanya. Bukan apa-apa, bisnis Warkop di kota Surabaya sekarang ini sudah cukup menjamur. Dalam jarak 5 meter, bahkan bisa bermukim sampai empat Warkop sekaligus. Dan anehnya, masing-masing punya pelanggan sendiri-sendiri. Maksudnya, saya perhatikan setiap harinya mereka ini tetap ramai oleh pelanggan.
Ketiga, meski tampilan Warkop cukup keren dan mendekati kelas wow, tetap ada yang berbeda dari Warkop-Warkop tersebut. Bagaimana pun kerennya, Warkop tersebut tetaplah bukan tempat untuk menahan gengsi sebagaimana di mall-mall. Tak perlu berbaju modis-stylist. Sembari pake sandal jepit juga tak masalah. Tak ada kesan kaku.
Di luar semua itu, secara harga tetap normal. Ada juga sih yang sedikit naik dari umumnya, tapi biasanya memberikan tambahan kualitas. Misalnya, ada yang menjual kopi rempah-rempah. Tentu sudah setara dengan bahannya. Sayang sekali, karena ditulis sembari lalu, saya tak sempat motret yang mendetail. Itu pun pake kamera laptop yang seadanya.
[caption id="attachment_413084" align="alignnone" width="640" caption="temaram yang bercahaya"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H