Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mari Menyimak Isi Catatan Buku Presiden SBY

18 Januari 2014   16:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_316651" align="aligncenter" width="546" caption="doc | Kompas.com"][/caption]

Penasaran seperti apa isi buku Presiden SBY? Berikut selintas hasil baca-baca saya yang ditulis oleh Kompas.com. Dalam hal ini, saya tak ingin mengomentari. Hanya sekedar berbagi informasi saja bagi yang belum membaca. Silakan disimak. Poin buku yang diulas oleh kompas.com berada di halaman 626. Di halaman ini, SBY secara khusus memaparkan tentang kisah blusukan. Bicara blusukan, tentu saja takkan terlepas dari sosok Jokowi, Gubernur DKI Jakarta. Diceritakan SBY, bahwa pada sekitar April 2013, seseorang menyampaikan kepadanya soal pandangan tentang Jokowi. Kepada SBY dia bertanya, "Bagaimana tanggapan Pak SBY terhadap Pak Jokowi? Sepertinya Jokowi lebih banyak blusukan-nya. Malah dinilai untuk pencitraan, kapan kerjanya?" SBY kemudian menjawab agar tidak terlalu cepat menuduh seseorang hanya melakukan pencitraan. Sebab, jelas SBY, blusukan itu penting bagi seorang pejabat baru untuk mengetahui masalah yang riil terjadi di lapangan. "Apalagi Pak Jokowi bukan penduduk asli Jakarta, juga belum pernah bertugas di Jakarta sebelumnya. Dengan memahami persoalan yang dihadapi masyamasyarakatnya, pastilah kebijakan dan program-program yang dijalankan akan tepat. Solusinya juga tepat," demikian papar SBY. Selanjutnya, SBY juga mengatakan bahwa jika Jokowi sudah memahami seluk-beluk masalah Jakarta dan masyarakatnya, tentunya tindakan blusukan sudah tidak lagi diperlukan. Kompas.com kemudian melanjutkan hasil pembacaannya atas buku SBY: Blusukan bagi seorang presiden sebagaimana yang saya lakukan dulu, terutama di tahun pertama pemerintahan saya, adalah agar dia sungguh memahami kondisi riil di lapangan serta persoalan yang dihadapi rakyatnya. Dari hasil blusukan itulah, dalam arti kegiatan dialog, dan meminta masukan, serta peninjauan dan pengamatan di lapangan, dia bisa menetapkan kebijakan dan program yang diperlukan. Juga solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah. Blusukan yang lain, adalah kegiatan presiden di berbagai wilayah di seluruh Tanah Air yang bertujuan memastikan bahwa tugas-tugas pemerintah dan pembangunan dilaksanakan dengan baik. Tugas-tugas yang mesti dijalankan jajaran kementerian dan lembaga pemerintahan tingkat pusat dan juga ddaerah. Itulah arti blusukan. Blusukan harus punya tujuan dan sasaran. Blusukan is not for the sake of blusukan. Apalagi hanya untuk pencitraan semata. Dalam buku tersebut, dari hasil pembacaan Kompas. com, SBY pun berjanji akan tetap melakukan blusukan hingga masa tugasnya sebagai presiden berakhir. SBY menegaskan bahwa: Blusukan yang diatur secara pantas, blusukan dengan tujuan dan sasaran yang pasti. Serta blusukan tanpa meninggalkan tugas dan kewajiban saya yang lain. Stress Karena Terlalu Tebal Sisi lain yang diungkap kompas.com, SBY mengaku mengalami stress karena jumlah halamannya yang amat tebal, yaitu 824 halaman. "Saya stress setelah jadi tebal. Saya khawatir teman-teman takut karena tebal," papar SBY. Lebih lanjut, SBY menegaskan bahwa ia hanya ingin menyampaikan jalan pikirannya. "Saya ingin menyampaikan jalan pikiran saya. Saya berpandangan bahwa hidup ini adalah pilihan. ingin menjadi apa seseorang itu, pilihan masing-masing. masa depan seperti apa, itu juga pilihannya sendiri," tegas SBY. Demikianlah poin yang diulas dalam buku SBY. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, saya pribadi menyarankan supaya buku tebal tersebut dibelah saja menjadi beberapa edisi. Selain susah dijinjing ke sembarang lokasi, dengan pembelahan menjadi beberapa edisi, rakyat bisa lebih leluasa membacanya. Hanya saja yang menjadi masalah, bagaimana ya metode supaya bisa mendapatkan buku tersebut? Kompasianer Juga Mau Bikin Saya rasa, Presiden mendatang juga perlu menulis buku. Sekalian biar mengetahui, bahwa harga buku makin mahal dan peminatnya makin sepi. Padahal, buku katanya simbah saya adalah jendela membaca alam semesta. Kunci majunya peradaban sebuah bangsa. Mengutip Bung Karno, Jangan Pernah Melupakan Sejarah. Melalui Buku, generasi muda bisa belajar banyak soal kegagalan dan keberhasilan para pemimpinnya. Dari sana, mereka paham bagaimana bangsa ini bisa mundur ke depan, dan maju ke belakang. Setidak-tidaknya, membludaknya jumlah kelahiran warga Kompasiana dan disertai makin meluap-luapnya tulisan warganya di Kompasiana, menandakan bahwa generasi muda bukannya tak mau beli dan malas menulis buku ... Mereka tampak bersemangat juga untuk menulis buku. Biar juga bisa juga berpendapat, dan mengeluarkan sisi lain dari wacana-wacana yang ditulis oleh hanya orang-orang yang kebetulan saja sedang beruntung bisa nerbitin. Berpendapat kan bukan cuma hegemoni para pengamat, wkkk wkkk

[caption id="attachment_316380" align="alignnone" width="300" caption="doc | doc | juarsa.wordpress.com"]

1389929349133443394
1389929349133443394
[/caption]

Salam Bukusianosmosnos. Petromax ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun