Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Ngompasiana tuh Emang Gini Seharusnya

31 Maret 2015   16:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_406846" align="aligncenter" width="420" caption="cling!"][/caption]

Kompak dan seru juga acara nangkring Kompasiana-BI kemaren. Semuanya sangat cair dan penuh persahabatan, plus nambah-nambah wawasan tentang dunia perbankan dan ekonomi secara umum. Kompasianersnya juga keren-keren, dan oh ampun narsisnya!

Tetapi dari semuanya, cukup menyenangkan juga berjejaring sosial yang memiliki sisi-sisi yang plus. Setidak-tidaknya, Kompasiana telah merobohkan mitos dunia jejaring sosial yang, konon katanya, menjadikan pergaulan semakin sempit sehingga banyak orang makin malas saling bersosisalisasi di dunia nyata.

Kompasianers yang berdatangan saya lihat cukup militan juga, beberapa di antaranya datang dari luar Kota Surabaya. Di sebelah saya sendiri, kawan Kompasianer bernama Malik yang berasal dari Malang. Sejak sebelum subuh ia sudah mempersiapkan diri dari kota dingin itu dengan naik kereta. Ia sampai pagi-pagi sekali di gedung BI. Bahkan kepulangannya masih harus nunggu jadwal kereta. Ia memilih jalan-jalan dulu sebelum ke stasiun Semut.

[caption id="attachment_406852" align="aligncenter" width="420" caption="pasangan romantissss"]

14277946231426227036
14277946231426227036
[/caption]

Wow, betapa luar biasanya semangat mereka. Sampai datang jauh-jauh ke Surabaya, hanya untuk ngumpul bareng. Saya jadi penasaran apa sebenarnya yang mampu mengetuk mereka sehingga mau-maunya hadir dengan begitu semangatnya. Sayangnya, rasa penasaran itu baru muncul setelah acara selesai.

[caption id="attachment_406848" align="aligncenter" width="420" caption="nah, seru ngetwit lombanya"]

1427794454871012224
1427794454871012224
[/caption]

Saya salut sama kawan-kawan yang cepat sekali akrab satu sama lain. Mereka bahkan tak sungkan-sungkan untuk bernarsis ria. Saya sendiri hanya lebih banyak mengamati suasana saja. Maklum, saya bukanlah tipikal cepat akrab. Saya selalu butuh waktu untuk kemudian bisa benar-benar akrab. Dengan mas Isjet sendiri saya malah sama sekali tidak terlibat obrolan, meski ia sendiri termasuk santai dan cepat membaur dengan para Kompasianer.

Saya selintas sempat ngobrol dengan mas Arif Khunaifi, Mbak Avy dan Mbak Uswatun dan beberapa Kompasianer lainnya. Masing-masing dari mereka punya kesibukan keren masing-masing rupanya, seperti mas Arif Khunaifi dengan lembaga asuhannya di pondok teebee, Mayara sebagai medianya.

Magnetisme Lingkungan

Sebenarnya, ada daya tarik khusus ketika saya menghadiri acara nangkring, yaitu dengan lahirnya dua forum khusus, seperti Konek (Kompasianer Bonek) dan Kocek (Kompasianer Bicara Ekonomi).

Konek dan Kocek memberikan medan magnet baru yang menyegarkan, yaitu lingkungan yang selama ini cenderung bikin saya tutup mata dan tutup telinga rapat-rapat. Ya apalagi kalau bukan soal-soal yang berkaitan dengan topik-topik yang bernama ekonomi. Benar kata mas Junanto, bicara ekonomi, umumnya orang langsung kepikiran soal hitung-hitungan yang bayangin saja sudah bikin keriboh.

Saya juga termasuk di dalamnya. Benci dan takutnya sungguh-sungguh ndak ketulungan nian. Sebenarnya sih saya suka matematika. Sejak kelas 1 hingga kelas 4 Sekolah Dasar, nilai matematika saya selalu yang terbaik. Namun ndilalah, di kelas 4 SD guru matematikanya luar biasa. Luar biasa seram, ihik.

Suatu ketika karena saya selalu bisa ngasih jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan, tiba-tiba dia main jewer telinga sampai berdarah, amalakk. Sejak itu, entah kenapa saya selalu kesulitan belajar dan memahami matematika. Pengalaman serupa saya alami sewaktu SMP, gara-gara gagal menjawab, lagi-lagi telinga yang kena jewer. Ampun dah.

Kesimpulannya, lingkungan nyatanya sangat mempengaruhi kesukaan dan ketidaksukaan seseorang pada sesuatu. Sekarang sedang ngetop soal batu akik, orang-orang beramai-ramai menguber dan memakai, padahal sebelumnya dianggap kuno dan dukun.

Karena itu, sungguh lahirnya dua forum tersebut harus dikasih apresiasi yang tinggi. Forum seperti ini sungguh penting. Jadinya, berjejaring sosial benar-benar ada sisi plusnya. Konon, spirit satu-dua dan tiga orang itu menular.

Lha, ini sudah membentuk lingkungan (forum Konek dan Bonek). Pastinya, pasti banyak Kompasianer yang bisa tersulut untuk berbagi pikiran di bidang ekonomi dan saudara-saudaranya. Ya ngompasinana tuh memang harus begitu, nggak sekedar menulis, tetapi juga aktualisasi, sosialisasi dan plus sharing wawasan!

[caption id="attachment_406850" align="aligncenter" width="420" caption="cie cieee..."]

1427794541926183124
1427794541926183124
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun