Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cemburu

13 Juli 2012   02:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:00 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth



Rasa panas itu membara. Dada terasa menyesak. Siapakah yang dipersalahkan ketika rasa itu menyeruak?

andaikan saja kau paham

rasa dalam dada, adalah

pernyataan cinta, yang

tidak ingin diduakan

Memang rasa cemburu adalah sesuatu yang sewajarnya. Betul bahwa memang rasa cemburu akan selalu ada pada setiap kecupan cinta dua pasang manusia. Siapa yang menolak pandangan umum macam itu nona?

Tetapi ketika kau

tidak peduli, akan apa yang terasa

ketika kau mungkin tidak menyadari?)

Dan kau terus saja melaju demikian

Oh, bagimu mungkin itu adalah perkara-perkara biasa. Bagiku mungkin itu adalah hal tidak biasa? Seberapa pahamkah engkau tentang batas-batas sebuah sikap? Sikap dua pasang manusia?

Ketika kita sudah tak ada

yang mau tahu satu sama lain

Bagaimana sebuah sikap diambil

Bagaimana rasa cemburu merasuk

Sungguh. Kau kini bukan lagi sekedar sahabat

Kau, kini adalah kekasihku. Pahamkan kau??

Cemburuku. Oh, mengertilah. Bisikkan hatimu pada kalimat pertautan. Di mana prasangka dan hati bisa lebih bara dari api neraka.

Oh, betapa semerbak harumnya, melebihi duka. []



Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun