Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wuw, Jika Begini, Petani Kita Bisa Kaya!

4 Februari 2015   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hebat dan luar biasa. Begitulah kala saya membaca berita ini. Dilansir dari tribbunnews, diberitakan tentang adanya tiga buah foto di Akun Facebook Milah Yabmob yang menjelaskan model menanam padi yang aman, sehat dan jauh lebih produktif. Petani yang mengamalkannya, tentu bakal lebih sejahtera kehidupannya.

[caption id="attachment_394878" align="aligncenter" width="448" caption="tribunnews.com"][/caption]

Alasannya? Model pertanian tersebut memperlihatkan penerapan sistem organik yang sekaligus bertani dan memelihara ikan. Milah menyebutnya dengan sistem mina padi, yaitu tanam padi sekaligus memelihara ikan. Keunggulannya, tanam padi tersebut tanpa perlu menggunakan pestisida. Karena itu, aman secara kesehatan. Lagipula, pestisida dapat membuat ikan tak bisa hidup.

Kalau diamati dari foto yang diunggah, pertanian yang berlangsung di daerah Ngemplak, Sleman, Yogyakarta tersebut, berarti selalu butuh pasokan air yang cukup. Sayang sekali, belum dijelaskan seberapa pengaruh ikan terhadap pertumbuhan padi itu sendiri. Termasuk, bagaimana cara menjaga pasokan air agar terus terjaga proporsinya.

[caption id="attachment_394879" align="aligncenter" width="448" caption="tribunnews.com"]

1423030391455285608
1423030391455285608
[/caption]

Meski begitu, ini sesuatu yang banged bagi para petani kita. Selain bisa menghasilkan padi, juga bisa mengambil manfaat dari bisnis ikan itu sendiri. Jenis ikan yang dipelihara Milah adalah jenis babyfish. Ikan ini ditebar di tengah sawah saat sudah musim tanam. Lantas, bagaimana jika yang dipelihara adalah ikan jenis lainnya? Belum diulas dari catatan Milah tersebut. Namun sekilas ia menjelaskan fenomena tanam padi di daerah Aceh yang menceritakan tentang belut dan hewan lainnya yang pernah hidup di sawah.

“Sawah di Aceh tidak lagi alami karena banyak mengandung kimia. Karena sulit menerapkan tanam mina padi. Ikan dan jasad renik tidak bisa hidup di ekosistem terkomtanminasi zat kimiawi,” catat Millah. Lebih lanjut ia menegaskan, “Itulah kenapa sawah di Aceh sudah tak ditemukan lagi belut dan hewan-hewan alamiah lainnya yang dulu sering ditemukan”.

[caption id="attachment_394880" align="aligncenter" width="448" caption="wah, mangstab juga ini sawahnyahh | tribunnews.com"]

1423030419933090111
1423030419933090111
[/caption]

Wah, ini berarti benar-benar peluang bagi para petani untuk kembali hidup bersama alam, dan mengembangkan prospek yang mampu mengangkat taraf hidup yang lebih baik. Sayangnya, sepertinya wartawan yang menulis, masih sebatas mengulasnya dari facebook, belum terjun langsung ke tempat kejadian.

Andaikan nanti, wartawannya yang mengunggah tersebut bisa lebih mendalam melakukan liputan, sudah pasti benar-benar mampu memberi inspirasi dan menumbuhkan semangat para petani. Ini sangat membantu membangkitkan perputaran ekonomi dan bagaimana cara hidup yang lebih bergizi dan lebih sehat.

Kalau sudah begitu, bukannya tidak mungkin, di masa-masa mendatang, profesi sebagai petani akan sangat menjanjikan. Sekali lagi, bukan hanya berhenti soal peningkatan kualitas ekonominya, tetapi juga kualitas kesehatan masyarakatnya itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun