Setiap anak dalam proses pertumbuhannya pasti memerlukan figur yang akan menjadi panutan pertama. Baik secara fisik maupun psikis, kehadiran figur pengasuh adalah komponen utama dalam pola asuh dan proses perkembangan anak. Sayangnya, dewasa ini kurangnya peran figur pengasuh (orang tua) tidak hanya dirasakan oleh anak yang dibesarkan dengan kondisi tanpa orang tua saja. Kurangnya kontribusi ayah dalam pengasuhan anak (yang memiliki figur ayah) rupanya juga dirasakan banyak anak di keluarga Indonesia. Fenomena inilah yang disebut dengan istilah fatherless.
Indonesia disebut sebagai negara peringkat ketiga di dunia dengan tingkat fenomena fatherless yang tinggi. Faktanya, tidak ada riset, data, dan penelitian yang benar-benar mengemukakan bahwa kedudukan Indonesia di peringkat ketiga dengan masalah fatherless yang tinggi. Meskipun begitu, mengenal fenomena fatherless haruslah dirasa sangat penting supaya kita mengetahui dampak buruknya bagi perkembangan anak.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, fatherless adalah kondisi di mana anak tumbuh dan berkembang tanpa peran serta kehadiran ayah, baik secara fisik maupun psikis. Kondisi ini dapat berdampak buruk bagi perkembangan psikologis anak, sebab faktor terbentuknya kepribadian anak pertama-tama didukung melalui peran pola asuh orang tuanya. Ini dapat menyebabkan ketimpangan psikologis bagi anak bila salah satu peran orang tua tidak hadir dalam proses pertumbuhan anak. Ada banyak anak di Indonesia yang mengalami fatherless dengan berbagai keunikan latar belakang. Namun, kebanyakan dari mereka tidak menyadari kondisi ini sampai mereka mulai menginjak usia dewasa. Lantas, apa saja dampak fatherless bagi perkembangan anak? Berikut adalah penjelasannya.
1. Berkembangnya Perilaku Buruk
Umumnya, anak yang mengalami kondisi fatherless akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan kedisiplinan dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Ini disebabkan karena mereka tumbuh tanpa adanya figur ayah yang memberikan pendidikan dan aturan, sehingga anak lebih rentan berperilaku sulit disiplin.
2. Tingkat Kepercayaan Diri yang RendahÂ
Ayah memiliki peran penting dalam membangun kepercayaan diri anak. Tanpa adanya kehadiran ayah, anak sering merasa kurang yakin dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.
3. Penyimpangan Seksual
Ada beberapa penelitian yang menyebut bahwa risiko penyimpangan seksual dapat meningkat dalam situasi fatherless. Meski begitu, tidak semua anak yang tumbuh tanpa ayah mengalami penyimpangan seksual.
Itulah beberapa dampak buruk dari kondisi anak yang mengalami fatherless pada proses pertumbuhannya. Peran kedua orang tua memanglah penting dalam perkembangan anak, namun mengenal kondisi fatherless dan dampak buruknya jugalah penting bagi anak muda dewasa ini agar kita mampu semakin mengenal diri sendiri. Stereotip di Indonesia yang masih berkembang di masyarakat luas hingga saat ini adalah budaya patriarki yang melahirkan pendapat bahwa seharusnya laki-laki hanya bertanggung jawab mencari nafkah, sedangkan mengurus anak adalah sepenuhnya tugas perempuan. Pendapat ini sangatlah tidak tepat dan keliru, sebab seharusnya kedua orang tua sama-sama menaruh perhatian yang tinggi dalam mengasuh anak sehingga anak tidak mengalami kekosongan atau ketimpangan psikologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H