Pada prinsipnya, baik adalah karakter sedangkan pintar adalah kemampuan menalar. Kedua hal ini sangatlah berbeda namun idealnya diperlukan dengan porsi yang seimbang dalam proses hidup individu. Hal yang unik dimiliki oleh manusia namun tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah kemampuan proses kognisi. Sederhananya, manusia dapat memiliki kemampuan untuk berpikir kemudian menyeimbangkan dengan perasaannya dan berdampak bagi kehendaknya. Manusia punya kecenderungan fokus pada hal yang esensial. Hal ini maksudnya manusia punya kecenderungan memiliki rasa ingin tahu untuk mencapai pengetahuan yang benar. Dalam otak manusia, terdapat sistem saraf yang mengendalikan manusia untuk berpikir, berbicara, merasa, melihat, mendengar, bernapas dan memuat memori. Berfikir tentang sesuatu (membuat otak beraktivitas) dapat berarti sedang membentuk gagasan umum tentang sesuatu, atau sedang menentukan sesuatu, atau sedang mempertimbangkan (mencari argumentasi) berkaitan dengan sesuatu tersebut.
Kemampuan berfikir manusia tidak berhenti hanya sampai mencari ungkapan dari pengamatan setiap benda bergerak di bumi saja. Seiring berkembang zaman, manusia menemukan pengetahuan sebagai cara mengenali dirinya sendiri. Pengetahuan akan diri sendiri ini berguna untuk menyempurnakan diri bahkan manusia dapat menemukan potensi dalam dirinya. Dengan ditandainya pengetahuan spiritual dan berbagai nilai reflektif terhadap sistem kepercayaan manusia, timbulah kesadaran manusia untuk berkelakuan baik.Â
Individu yang memiliki kesadaran untuk melakukan kehendak baik pada umumnya lahir dari motivasi tertentu. Namun, realitas hidup manusia menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang dinamis. Oleh sebab itu, kehendak baik manusia kadang terdistraksi dan berubah-ubah karena berbagai faktor, seperti : pengendalian diri yang tidak optimal, keseimbangan mental, alam bawah sadar, luka batin, pengaruh pola hidup, referensi sosial yang mempengaruhi self-esteem, dll. Â Dengan menganalisis berbagai faktor latar belakang individu, kita dapat memahami dan menyimpulkan kapasitas energi individu untuk menjadi orang baik seperti apa, kenapa ada orang baik dan orang jahat, kenapa orang baik mendapatkan perlakuan yang jahat tetap mau menjadi baik, kenapa orang yang tersakiti bisa juga menyakiti, dsb.
Kesimpulannya, alasan dibalik seseorang mau menjadi orang baik sekaligus pintar, karena untuk mencapai potensi diri yang unggul dan untuk menyempurnakan diri, idealnya harus lahir dari keselarasan antara berpikir cemerlang dan berkelakuan baik. Keduanya saling melengkapi dan mendapat kedudukan yang seimbang. Bahwasannya, manusia yang berpengetahuan sadar akan konsekuensi yang didapat dari tindakan menyimpang yang dia lakukan. Untuk mencapai kepenuhan diri yang utuh dan bermoral, manusia berusaha menyeimbangkan intelektual, emosional dan spiritualnya. Ketiga komponen penting tersebut ada dalam diri setiap manusia dan dalam proses kehidupannya ada masa pembentukan dan pertumbuhannya sendiri. Oleh karenanya, keberlangsungan keseimbangan tersebut harus senantiasa dipelihara guna mengoptimalkan potensi value setiap individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H