Dimana siswa diajak untuk menemukan masalah nyata yang ada di kelas, di sekolah, di masyarakat atau masalah di lingkungan sekitar. Masalah ini harus didalami dan diselesaikan dengan sudut pandang siswa dan dikaitkan dengan mata pelajaran.
 Jika guru-guru mengalami kesulitan dalam bagaimana mengajarkan kreativitas, membuat soal HOTS, PBL guru-guru/dosen-dosen mau mencarinya di internet, baik dari artikel, youtube, hasil dari penelitian dalam negeri maupun penelitian luarnegeri.Â
Pengajaran Kreativitas bisa menggunakan metode berfikir kreatif SCAMPER (Subtitute, Combine, Adapt, Modify, Put to oyher use, Eliminate, Reverse) Â atau metode siswa menjawab dengan cara yang berbeda atau membuat karya atau produk harus berbeda dan unik. Â
Penulis mengajarkan metode berfikir kretif SCAMPER misalnya pada pelajaran Prakarya bidang Rekayasa. Siswa ditugaskan membuat Phone Holder dengan bahan subtitusi atau bahan alternative. Sehingga siswa ada yang membuatnya dari bahan bambu, plastik, kayu dan kardus. Penulis juga mengajarkan ipa dengan tujuan siswa menjadi kreatif. Guru menugaskan membuat hidroponik sumbu, tetapi guru jangan memberikan instruksi yang harus seragam.Â
Tetapi perintahnya pengerjaannya dibuat kreatif, yaitu siswa harus membuat hidroponik sumbu dengan bahan sumbu yang berbeda dan pupuk alam atau bahan pupuk yang berbeda. Sehingga siswa ada yang memakai pupuk dari garam, gula pasir, lumpur, penyedap masakan, dan lain-lain. Jadi di sini guru mau mengubah intruksinya supaya siswa menyelesaikan tugas atau menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda.Â
Dan guru berani membebaskan untuk siswa membuat kesalahan dalam merencanakan, percobaan, membuat produk atau presentasi. Sehingga siswa tidak takut salah untuk mencoba hal-hal baru.
Guru/dosen yang kreatif adalah pekerja keras. Karena guru/doesn kreatif harus banyak menjelajah di dunia internet sebelum mengajar materi yang akan di berikan. Â Menjelajah ini juga sebagai riset untuk membandingkan metode apa yang pas untuk diajarkan kepada murid sehingga murid banyak aktif terlibat, bukan hanya mendengar ceramah dan mengerjakan soal.Â
Bagaimana membuat siswa menjadi produktif bukan konsumtif. Juga berfikir keras untuk membandingkan apakah materi pelajaran yang ditulis penerbit atau penulis Indonesia  sudah mengajarkan berfikir tingkat tinggi atau hanya berfikir tingkat rendah.  Bekerja keras juga untuk membaca-baca artikel bagaimana membuat soal HOTS yang dibuat oleh PISA atau TIMSS, bagaimana pengajaran PBL di negara yang sudah lama menerapkannya, bagaimana memulai dan prosesnya, apa kendalanya. Â
Dan tahu apa bedanya PBL dengan Project biasa. Guru kreatif bekerja keras untuk menyiapkan bahan untuk melakukan percobaan ipa atau membuat produk berbasis ipa. Â Ia merancang bagaimana pembelajaran ipa bisa juga dilakukan seperti penelitian selain percobaan. Â
Mau mencari informasi dan menyiapkan metode pengajaran pada materi yang abstraks dan rumit menjadi konkrit dan sederhana. Pembelajaran ipa dibuat menarik karena guru sudah banyak membuat rencana dan menyipakan banyak literasi dan bahan.Â
Contoh-contoh literasi bisa kita ambil dari situs pembuat soal PISA dan TIMSS. Jika memakai bahan untuk percobaan bisa memakai bahan bekas yang murah seperti kertas, Â kardus, botol bekas dan benda-benda disekitar. Ini juga seharusnya dilakukan guru-guru lain selain pelajaran ipa.