Pada zaman abad 21 ini, teknologi berkembang pesat dengan membawakan beberapa fitur kemudahannya. Kita bisa mendapatkan apa yang kita mau dengan mudah, seperti ketika kita ingin mendapatkan suatu informasi. Dengan modal membuka suatu laman dan mengetik, kita sudah dihadapkan akan informasi sesuai apa yang kita cari. Namun, permasalahannya kerap muncul di sini, masyarakat cenderung malas untuk membaca akan informasinya. Melihat dari hasil Asesmen Nasional 2021, jumlah peserta didik satu dari dua di Indonesia belum mencapai standar kompetensi minimum literasi. Hal ini sama dengan catatan UNESCO mengatakan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca hanya 0,001 persen, hanya 1 dari 1.000 orang yang gemar membaca. Dari kedua hal tersebut, bisa disimpulkan masyarakat di tanah air masih mempunyai literasi yang minim. Minim atau rendahnya tingkat literasi menimbulkan masalah, yakni darurat literasi.Â
Darurat literasi bisa dikatakan sebagai suatu masalah yang lumayan besar. Literasi tidak hanya sekadar membaca saja tetapi mencakup kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengambil informasi yang tepat dari hasil bacaan. Dari literasi juga dapat membantu kita untuk berpikir kritis karena kita tidak mungkin menelan begitu saja akan informasi yang kita baca. Kita perlu membaca dua kali untuk memahami apa yang dimaksud melalui kalimat yang ditulis. Terlebih jika apa yang kita baca adalah sebuah informasi. Sudah seharusnya kita menambah waspada akan informasi yang dibaca, apa sudah benar atau belum. Sayangnya, masyarakat di Indonesia masih belum sepenuhnya waspada akan hal tersebut. Masyarakat masih cenderung mengabaikan tulisan-tulisan kecil yang ada di sekitar mereka. Tulisan kecil di sini mengarah kepada poster yang berisikan suatu informasi kecil. Entah itu poster tanda tidak boleh membawa makanan, tidak boleh berisik, tidak boleh berbicara, entah aturan lainnya. Tidak sedikit masyarakat menaruh perhatian untuk membaca hal tersebut. Padahal secara tidak langsung poster itu adalah bentuk aturan yang harus diikuti serta berupa informasi yang harus kita ketahui.
Dari hal tersebut munculah sebuah pertanyaan, mengapa masyarakat Indonesia malas membaca? Diketahui budaya yang tumbuh di negeri kita adalah tradisi lisan. Orang Indonesia lebih senang berbagi suatu hal memakai kata-kata. Sebagai contoh, dongeng daerah yang terus diceritakan dari zaman tua hingga sekarang. Orang tua cenderung menceritakannya langsung melalui lisan. Selanjutnya, masih rendah kebiasaan membaca di negeri kita. Sekalinya membaca buku kita melakukannya di bawah kepentingan tertentu. Misal, untuk belajar materi yang menjadi bahan ulangan di hari esok. Jarang ditemukan orang Indonesia membaca untuk kesenangan pribadi. Lalu, kemajuan tekonologi. Memang kemajuan teknologi memberikan banyak keuntungan pada kehidupan kita tetapi selalu ada plus dan minus di suatu hal bukan? Ini juga termasuk ke dalam list. Munculnya program tontonan yang ada di televisi atau yang ada di smartphone membuat minat masyarakat berbelok ke arah ini. Sumber media yang menayangkan suatu visual lebih memikat daripada banyaknya tulisan di buku.Â
Setelah mengetahui berbagai sebab akar dari masalah darurat literasi yang terjadi pada masyarakat Indonesia, tentunya kita sebagai penerus bangsa atau agen perubahan harus memikirkan suatu solusi untuk mengatasi hal ini. Suatu ajakan berbentuk poster bisa menjadi jawaban. Dengan menyamakan selera masyarakat dalam menyukai suatu media yang menarik, yang dapat menangkap mata mereka dan meluangkan waktu untuk membaca sebentar. Hal ini sejalan dengan tugas proyek yang saya lakukan, yakni pembuatan poster ajakan untuk membiasakan literasi. Ajakan dalam poster dikemas dengan mempromosikan suatu aplikasi yang dapat masyarakat akses. Aplikasi yang dipromosikan adalah Quora, aplikasi berbentuk blog QnA (Question and Answer). Mengapa Quora dikatakan aplikasi bacaan yang terjamin? Karena isi bacaan yang ada di dalamnya tidak hanya suatu informasi yang penting saja tetapi ada banyak tentang soal kehidupan, kesukaan suatu hal, atau fakta unik yang dibagi oleh antar pengguna.
Untuk membiasakan habit membaca kita bisa menanamnya dengan langkah kecil, membaca apa yang kita sukai contohnya. Jika yang kita sukai adalah novel atau sebuah cerpen ringan maka bacalah. Membaca tidak harus dimulai dengan bacaan berat dengan isi yang berbobot. Membaca suatu berita atau gosip melalui smartphone juga termasuk lho. Kembali lagi, sama halnya dengan apa yang ada di dalam Quora. Aplikasi tersebut akan membawa kita ke berbagai bacaan unik dan menarik yang dapat mengantarkan kita kepada pengetahuan baru. Maka dari hal tersebut, semakin besar niat untuk mempromosikan aplikasi Quora kepada masyarakat.Â
Dilakukannya pembuatan poster untuk mempromosikan aplikasi Quora disertai dengan penggunaan pendekatan teori semantik pragmatis dari Pierce. Sesuai yang dipelajari melalui mata kuliah studi wacana dan isu mutakhir. Poster yang dibuat terbentuk menjadi dua, yaitu poster digital dan poster konvensional. Walaupun begitu bentuk desain pada poster tidak terdapat adanya perbedaan dalam keduanya. Desain untuk poster digital dan poster konvensional berbentuk sama. Desain di dalam poster berisi gambar elemen adanya buku berukuran sedang berawarna merah dan terdapat logo 'Q' di tengah dan elemen tangan manusia yang seakan-akan ingin membuka buku tersebut. Dari desain tersebut ketika dikaitkan dengan teori semantik pragmatis Pierce, termasuk ke dalam definisi tanda dalam bentuk tiga komponen trikotomi dalam proses pemaknaan. Pertama, Represantamen adalah aspek fisik atau bentuk dari tanda itu sendiri. Elemen buku pada desain menjadi aspek fisik pada hal ini. Kedua, Objek adalah konsep yang ada di dunia nyata dirujuk melalui tanda. Buku biasa diartikan sebagai jendela ilmu pengetahuan maka elemen buku yang tertera dalam desain sebagai konsep ilmu pengetahuan yang akan dibuka dan dibaca. Ketiga, Interpretant adalah pemahaman atau makna hasil dari seseorang ketika mereka mencoba untuk menafsirkan antara tanda dengan objek. Dengan mengabungkan elemen buku dan tangan, makna makna yang diharapkan tertanam dalam masyarakat adalah kita siap untuk mempelejari ilmu atau hal baru. Penyampaian sumber ilmu bermakna dari buku merah dengan berlogo 'Q', yang mengintrepasikan sebagai aplikasi Quora. Selain trokotomi, Pierce juga mempunyai klasifikasi tanda berdasarkan cara hubungan tanda tersebut dengan suatu representamen suatu objek. Terdapat tiga yang dikemukakan Pierce, yaitu Ikon, Indeks, dan Simbol. Poster ini termasuk ke dalam kategori ketiga, yakni Simbol. Simbol adalah tanda berhubungan dengan objek yang bersifat konvensional. Makna di dalamnya harus dipahami melalui kesepakatan atau yang terjadi di kehidupan sosial. Elemen buku berwarna merah dengan logo 'Q' dalam poster sebagai aplikasi Quora yang ingin ditampilkan serta dikenalkan. Tujuan awal pembuatan poster ini adalah untuk mempromosikan Quora kepada masyarakat luar. Hal ini sejalan mengapa poster tersebut termasuk ke dalam kategori Simbol.Â
Teori lainnya dari Pierce adalah semantik pragmatisme, yang bermakna tanda tidak hanya terletak pada hubungan mati antara tanda dan objek saja tetapi juga melalui bagaimana tanda itu digunakan dan diartikan dalam konteks di kehidupan sosial. Poster ini dapat digunakan sebagai ajakan kepada masyarakat untuk mengenal aplikasi Quora. Tidak hanya itu, secara tidak langsung ini berupa suatu ajakan kepada masyarakat untuk membaca informasi yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, masyarakat mendapat dua hasil dari poster, mengenali aplikasi Quora dan menanamkan kebiasan literasi.Â
Masyarakat bisa mendapat lebih dari hal tersebut. Tidak hanya memanfaatkan poster ajakan ini saja. Beragam solusi untuk mengatasi masalah darurat literasi sudah ditemukan. Mau itu adalah evaluasi untuk pihak kita sendiri atau untuk pemerintah. Hanya tinggal kita saja yang harus melakukannya dengan baik. Gerakan dari kita sendiri pun dapat membantu meredakan masalah darurat literasi. Membiasakan membaca demi kebaikan kita untuk masa depan yang cerah dan mewujudkan generasi Indonesia emas menjadi nyata. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H