Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di Asia Tenggara, dan menjadi salah satu negara agraris terbesar di dunia. Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan pontensi yang besar di sektor pertanian, realitanya negara ini masih menghadapi berbagai macam tantangan terhadap ketahanan pangan lokal, seperti ketergantungan pada impor pangan dan produktivitas pertanian yang masih belum optimal. Aspek-aspek ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan pangan yang cukup, akses mudah terhadap pangan, kualitas serta keamanan pangan masih jauh sekali dari kata sempurna. Tantangan seperti perubahan iklim, ketergantungan terhadap impor pangan, harga pangan melonjak, hasil panen yang kurang dihargai, dan tingginya angka stunting juga menunjukkan betapa daruratnya permasalahan Indonesia saat ini. Meskipun tantangan dan ancaman yang terjadi semakin nyata, masyarakat Indonesia terutama generasi muda masih kurang mengerti akan definisi ketahanan pangan serta ancaman yang akan dihadapi karena mayoritas masih beranggapan bahwa selama mereka masih bisa makan, isu tersebut tidak perlu menjadi bahan perhatian ataupun hal yang perlu dikhawatirkan. Padahal, masa depan pangan Indonesia berada di tangan generasi muda, sudah saatnya generasi muda peduli terhadap permasalahan pangan yang terjadi saat ini.
Â
Krisis Ketahanan Pangan yang Kurang Disorot
Saat ini, ketahanan pangan di Indonesia sedang berhadapan dengan ancaman yang serius. Kenaikkan harga beras yang terjadi pada Februari 2024 yang semula dari harga Rp.9.000 -- Rp. 10.000 per kilogram perlahan-lahan menyentuh angka Rp. 13.000 -- Rp. 14.000 per kilogram akibat dari permasalahan iklim. Solusi yang diberikan pemerintah hanya dengan memberikan pernyataan mereka akan menjaga stabilitas harga beras nasional dan menjamin memberikan beras murah dengan kualitas bagus. Namun, sampai saat ini harga beras dan komoditas lainnya masih meningkat. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan, apakah kenaikan harga pangan ini setiap tahunnya akan bersifat temporer atau permanen? Apakah terdapat permasalahan produksi seperti permasalahan kesuburan tanah atau keterbatasan lahan akibat penggusuran? Sampai saat ini kita tidak tahu menahu mengenai permasalahan yang tak kunjung selesai, entah pemerintah hanya menyelesaikan permasalahan dengan mementingkan kepentingan cuan untuk memperluas kekayaan dan lahan perumahan yang semakin luas, tetapi menyempitkan lahan untuk kepentingan  pangan rakyatnya. Memperbesar angka impor, yang padahal akan berdampak pada stabilitas ekonomi nasional. Hal ini memberikan dampak yang sangat besar untuk kelanjutan hidup terutama golongan menengah ke bawah.
Tidak hanya itu, fenomena stunting di Indonesia memperlihatkan bukti nyata lain dari permasalahan ketahanan pangan Indonesia. Hal ini masih menjadi masalah yang mengakar di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 sampai sekarang angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu berada di angka 21,6%. Hal ini menunjukan bukti akan adanya ketimpangan akses makanan bergizi yang kurang merata di Indonesia. Permasalahan stunting di Indonesia yang mengakar ini menjadi potret ketimpangan akses pangan bergizi yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak mempunyai kebijakan untuk memberikan akses yang cukup terhadap masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan lingkup keluarga . Jika angka stunting terus meningkat, generasi muda Indonesia yang sedang tumbuh akan menghadapi masalah pertumbuhan serius, termasuk keterlambatan perkembangan otak, yang memengaruhi kemampuan bahasa dan menurunkan angka IQ. Hal ini pada akhirnya dapat berdampak buruk pada performa akademik mereka.
Alasan Generasi Muda Harus PeduliÂ
Saat ini, generasi muda Indonesia menjadi harapan besar untuk masa depan bangsa untuk menyelamatkan Indonesia dari permasalahan dari ketahanan pangan ini. Mereka adalah tulang punggung yang akan menentukan arah negara ini. Saat ini, kita sedang berada di tengah era digitalisasi, dimana informasi dan teknologi menjadi sumber utama untuk mengakses berbagai macam informasi serta menemukan solusi yang inovatif, karena generasi sekarang mayoritas adalah generasi yang memiliki kreatifitas yang tinggi. Hal tersebut, merupakan sebuah kesempatan emas untuk  dimaksimalkan oleh  mereka agar terlibat aktif dalam mengatasi krisis ketahanan pangan. Namun, realitanya, banyak dari mereka yang masih belum paham atau bahkan mengetahui urgensi dari permasalahan ini. Banyak dari mereka yang menganggap isu dari ketahanan pangan ini hanyalah isu yang relevan bagi pemerintah atau petani saja. Kenyataannya, permasalahan ini adalah tanggung jawab bersama.
Langkah Yang Bisa Dilakukan oleh Generasi MudaÂ
 Langkah yang bisa diambil oleh generasi muda adalah dengan memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Pemanfaatan sosial media yang dipergunakan untuk kampanye mengenai isu-isu ketahanan pangan merupakan salah satu langkah besar yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk mengatasi masalah ketahanan pangan. Selain itu, memaksimalkan penggunaan sosial media untuk mengajak atau membuat trend mendukung perubahan pola konsumsi masyarakat, untuk mengajak masyarakat menggunakan produk dari pertanian lokal agar dapat mengurangi ketergantungan impor yang dampaknya mempengaruhi stabilitas pangan nasional.
Generasi muda juga dapat mendukung sektor pertanian untuk lebih berkembang dengan memanfaatkan teknologi untuk merubah sistem pertanian yang masih tradisional menjadi modern. Sehingga, dapat meminimalisir resiko gagal panen, dan memaksimalkan hasil pertanian agar hasil pangan tersebut dapat mencukupi sesuai kebutuhan masyarakat. Dengan pengetahuan digital yang dimiliki oleh generasi muda, mereka dapat mendorong transformasi dalam sektor pertanian agar lebih tangguh terhadap perubahan iklim.
Selain itu, generasi muda juga memiliki pengetahuan untuk mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga, generasi muda dan petani sama-sama bisa melakukan gerakan bersama untuk mendesak pemerintah agar membuat kebijakan yang dapat memperkuat sektor pertanian dan mensejahterakan para petani, karena, generasi muda mempunyai peluang yang besar dalam berperan aktif untuk mendukung maupun merubah kebijakan yang sifatnya berkelanjutan.