PROLOG
Aku ingin sekali memutar waktu. Kembali ke waktu itu, waktu dimana sebelum aku merasa duniaku berhenti berputar. Mengingat apa yang belum bisa kuberikan dan kubanggakan kepadanya, kadang membuatku sedikit terluka.
Aku yang pada saat itu belum terlalu mengerti dan lebih banyak kaget saat mendengar kabar tentang dirinya, hanya bisa tertegun saat mendengar kabar tersebut. Karna aku tidak begitu dekat dengannya dan kita telah berpisah rumah sejak aku masih sangat kecil untuk mengerti apa itu perpisahan. Yang ku tahu mungkin dulu hanya bermain, bermain dan bermain. atau mungkin ada beberapa kata dengan sekolah, sekolah. Maklumi saja, anak kecil tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi disekitarnya, atau bahkan kepada dirinya sendiri.
Ya, yang kumaksud sedari tadi adalah. Ayahku.
Aku tahu bagi beberapa anak wanita ayahnya adalah cinta pertamanya. Tapi aku tidak merasakan itu. Aku tidak tahu bagaimana rasanya disayang, dimanja, oleh sosok seorang ayah. Cinta pertama putrinya.
Dulu kehilangannya tak cukup berarti bagiku. Karna, akupun belum begitu paham apa itu waktu dan perpisahan. Semua tampak kabur dalam pandanganku. Namun sekarang aku sadar, perpisahakn sangat menyakitkan dan waktu tak bisa kuputar ulang.
BAGIAN 1
Pagi itu matahari belum terbit sepenuhnya. Tapi, aku telah bersiap dan sedang sarapan bersama bundaku dan juga adikku. Aku yang telah siap memakai baju putih merah lengkap dengan dasi dan topi karna hari ini hari senin. Sarapan yang seperti biasanya nasi goreng sosis buatan bunda yang enak. Aku lahap sarapanku dengan cepat karna aku sadar jam sudah menunjukan pukul setengah 7 pagi dan upacara sebentar lagi pasti akan di mulai. Akupun bergegas mengambil tasku dan berpamitan kepada bundaku.
"Bun aku berangkat dulu yaa assalamualaikum". Sambil bergegas memakai sepatu lalu berlari. "Iyaa, hati-hati jangan lari - lari waalaikumsalam," sahut bundaku yang sambil melihatku berlari.
Akupun menghentikan langkahku. Sebab, aku telah sampai di sekolahku. Akupun menaruh tas ku ke kelas lalu memanggil temanku yang hendak keluar kelas dan pergi ke lapang upacara. "Heii annisa, tunggu," panggilku. Annisa pun membalikan badannya "cepetan udah mau mulai nih," tukas annisa dengan menyuruhku buru - buru menghampirinya. Setelah itu,
akupun berjalan berbarengan dengan temanku. Aku dan teman - teman lainnya mengikuti upacara seperti biasanya.
Setelah tadi pagi upacara, pelajaranpun di mulai. Guru yang mengajar di kelasku sudah datang. Hari ini pelajaran pertama yaitu matematika. Seperti biasa guru akan menjelaskan terlebih dahulu materinya baru akan memberikan latihan soal. Hari ini, matematika yang dipelajari tentang denah dan koordinat. Setelah beberapa jam aku belajar di kelas bel istirahatpun berbunyi. Aku dan temanku beranjak dari bangku lalu melangkahkan kaki ke kantin. Aku dan Annisa berniat membeli seblak langgananku di kantin belakang sekolah.
"Bu, seblak campurnya 2 yaa pedesnya dikit," pesanku kepada ibu tukang seblak. Aku dan Annisa memesan menu seblak yang sama jadi, tidak terlalu belibet saat memesannya. Menurutku dan Annisa seblak disini sangat enak. Maka dari itu aku dan Annisa selalu jajan kesini. Ya walaupun tidak selalu membeli seblak, banyak jajanan lain. Setelah pesanan kami selesai, kamipun kembali ke kelas dan memakan seblaknya di kelas. Bel masuk pun kembali berbunyi. "Untung aja udh abis seblaknya," kata Annisa. "Iyaa bener untung aja. Kaloga nanti kita di marahin ibu elis," sautku.
Pelajaranpun dimulai kembali. Sampai tak terasa pelajaran terakhirpun telah selesai. Karna aku dan Annisa tidak searah rumahnya akupun pulang bersama Neta. Ya, dia temanku juga cuman. Memang tidak terlalu dekat. Aku pulang bersama Neta.Ya walaupun tidak terlalu dekat tapi kita sesekali ngobrol. Entah itu tentang pelajaran tadi atau hal lainnya yang bisa aku dan Neta jadikan bahan obrolan.
Aku dan Neta pun berpisah di persimpangan komplek karna aku dan dia beda blok. "Dahh aku duluan yaa hati-hati," kataku. "Iyaa dah hati - hati juga," saut Neta. Aku sampai di rumahku dan aku mengetuk pintu seraya mengucapkan salah "assalamualaikum, bunn aku pulang," ucapku. Tak lama kemudian pintu dibukakan. "Waalaikumsalam," saut bunda. Aku membuka sepatuku dan masuk ke kamar untuk berganti baju dan membereskan buku - bukuku. Tidak ada pr yang di berikan guruku hari ini. Akupun bergegas mengambil air wudhu karna adzan telah berkumandang. Yaa ,sekolahku memang beres jam 12 karna aku kelas 5 SD, bukan jam 10 pagi seperti kelas 1 sd yang masih diantar jemput bahkan di tunggui oleh orangtuanya. Tak terasa, mataharipun mulai lelah. Ia akan kembali ke persembunyiannya untuk beristirahat sejenak dan kembali esok hari. Burung - burung berkicau mengiringi kepergian sang mentari. Hari ini, berjalan seperti semestinya. Tidak ada yang aneh ataupun membuatku tidak merasa nyaman.
BAGIAN 2
Malamnya, bunda berbicara kepadaku katanya ada yang ingin ia bicarakan dan ini sangat penting dan mendesak aku tak tahu apa yang akan bunda bicarakan dan sepenting apakah obrolan itu. Aku pun menanyakannya ke bunda apa yang hendak bunda bicarakan ke aku. "Bun mau ngobrol apa?," kataku bertanya. "Besok kita pindah yaa, otomatis kamu juga pindah sekolah," jawab bunda. Aku yang malas beradaptasi kembali dengan orang baru menjawab "iyaaaa bun," jawabku dengan malas.
Aku sebenarnya tahu bahwa kami akan pindah tetapi aku tidak tahu jika akan secepat ini pindahnya. Akupun beranjak dari tempatku dan langsung masuk ke kamar untuk membereskan pakaian dan barang barangku yang akan ku bawa esok untuk pindah rumah .
Tak terasa, aku membereskan semua barang ini sampai tengah malam. Lelah sekali rasanya. Saat aku mau mengambil minum keluar kamar, aku mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumahku berkali-kali. (Tok tok tok). Suara ketukan pintu itu terdengar beberapa kali. Aku yang ketakutan tapi juga dirundung rasa penasaran langsung membuka pintu dan menengok kaman dan kiri. Tetapi, aku tidak melihat orang di depan. "Apa mungkin orang jahil malam - malam begini," kataku dalam hati. Aku yang mengetahui tak ada org di luar langsung menutup pintu dan kembali ke kamarku.
Baru saja aku menutup pintu kamarku, aku mendengar ada suara ketukan pintu lagi. "Aduhh siapa sih, mana udh tengah malem, bunda juga udh tidur," pikirku. Aku yang masih penasaran tapi lebih ketakutan segera membuka pintu. Maksudku agar bila memang orang jahil, orang itu tidak sempat pergi. Tetapi saat pintu di buka, aku tidak mendapati orang ada di sekitar atau di depan pintu.