Judul Buku : Corat-Coret di Toilet
Penulis : Eka Kurniawan    Â
Penerbit : Gramedia
Tanggal Terbit : 7 Mei 2016
Tebal  : 140 Halaman
ISBN : 978-602-03-0386-4
Buku karya Eka Kurniawan ini berisi kumpulan cerita-cerita pendek yang tediri atas 12 sub judul yaitu Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk Marietje, Hikayat Si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku Bunga?, Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri, Kisah dari Seorang Kawan, Dewi Amor, dan Kandang Babi.
Buku ini berisikan cerpen-cerpen yang humoris namun mengandung makna dalam. Dalam novel ini sangat terlihat jelas bagaimana gaya si penulis menuangkan ceritanya. Buku ini mudah dipahami alur ceritanya, tidak berat, dan kata-katanya juga tidak asing bagi para pembaca awam. Buku ini sangat menarik untuk dibaca, karena setiap cerpennya itu dapat membuat penasaran.
Tiga sub cerita favorit saya adalah Corat-coret di Toilet, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, dan Kandang Babi. Sub bab cerita Corat-coret di Toilet menceritakan bagaimana kenakalan remaja yang terjadi di sebuah toilet. Pada suatu ketika cat sebuah toilet yang masih baru, masih tercium bau cat ada lelaki berumur sekitar 20 tahun datang ke toilet itu untuk sekedar buang air kecil. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah pena dan menuliskan beberapa kata seperti seorang aktivis diatas cat krem toilet itu. Keesokan harinya datang seorang mahasiswa ia menyempatkan untuk membuang air kecil di toilet itu, ketika ia membaca sebuah cuitan yang ditulis oleh seorang lelaki pada hari lalu ia pun membalas cuitan itu dengan sebuah pena. Pada hari setelahnya semakin banyak kata-kata, coretan pada  dinding toilet yang tadinya bersih. Banyak yang menjadikan dinding toilet itu sebagai diary, menyalurkan aspirasi dan hanya sekedar ikut-ikutan. Dinding toilet itu menyimpan banyak kata-kata dan aspirasi orang yang datang ke toilet itu.
Cerita Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam diawali dengan mengenalkan tokoh si cantik yang sudah berumur 17 tahun namun ia tidak diperbolehkan untuk keluar rumah malam-malam oleh sang ayah, ia hanya boleh keluar malam-malam bersama keluarganya. Ia selalu melakukan banyak hal diluar akal agar ia diperbolehkan oleh ayahnya untuk keluar malam-malam, ia selalu membayangkan untuk keluar malam-malam untuk menonton konser, menonton film di bioskop, dan sekedar bakar-bakaran di pantai bersama sahabat-sahabatnya. Sang ayah tidak mengijinkannya untuk keluar malam-malam karena ia takut dan parno semua hal-hal buruk akan terjadi pada si cantik. Suatu ketika ia jatuh cinta kepada seorang teman lelaku di kelasnya, panggil saja ia Romeo (karena ia bermain pentas seni sebagai tokoh Romeo). Si cantik jatuh cinta kepadanya, dan pada akhirnya Romeo pun mencintainya. Ketika Romeo mengungkapkan isi hatinya, si Cantik tidak langsung menjawabnya, ia berfikir bagaimana ia bisa berkencan jika ia dipingit orangtuanya tidak boleh keluar malam. Pada malam pementasan ia sedikit memberontak, ia keluar kabur dari kamarnya dan pergi ke tempat malam pementasan itu. Ia melihat bagaimana Romeo berakting dengan Juliet, Si Cantik agak cemburu. Ketika pementasan itu sudah selesai, ia bergegas ke belakang panggung dengan niat untuk mendatangi Romeo untuk mengungkapan perasaannya. Hal malang menimpanya, Romeo dan Juliet mereka berniat untuk melanjutkan kisah asmara mereka diluar panggung. Setelah kejadian itu Si Cantik tak pernah  kembali ke rumahnya.