Dalam peranannya dalam kehidupan sosial, bahasa memiliki berbagai fungsi. Fungsi bahasa merupakan peranan sosial bahasa dalam penggunaan bahasa oleh penuturnya, terutama dalam berkomunikasi. Fungsi bahasa dapat dilihat melalui beberapa sifatnya, yaitu intrapersonal (mathetik) dan interpersonal (progmatik). Fungsi bahasa intrapersonal berkaitan dengan komunikasi internal atau dialog dalam pikiran seseorang dengan dirinya sendiri. Fungsi bahasa intrapersonal melibatkan penggunaan bahasa untuk berpikir, merefleksikan pengalaman, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengingat, dan mengelola emosi. Fungsi bahasa interpersonal berkaitan dengan komunkasi antara individu-individu. Fungsi bahasa ini melibatkan interaksi verbal antara dua atau lebih orang. Fungsi bahasa interpersonal menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur terhadap mitra tutur, yang dapat diungkapkan dalam berbagai jenis kalimat.
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengaplikasikan fungsi bahasa, baik fungsi intrapersonal maupun interpersonal. Hal itulah yang menyebabkan setiap individu memiliki pemerolehan bahasa yang unik. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi hal tersebut adalah lingkungan, faktor genetik, kemampuan kognitif, faktor emosial dan motivasi, dan faktor kultural serta sosial. Dalam ilmu psikolinguistik yang mempelajari tentang mental yang membuat seseorang berbahasa (Garnham: 1985), dapat ditemukan bahwa seseorang dapat mengalami gangguan berbahasa yang melibatkan aspek psikologis.
 Afasia merupakan gangguan berbahasa yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami atau menghasilkan bahasa. Gangguan berbahasa ini terjadi ketika bagian-bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan bahasa mengalami kerusakan atau gangguan fungsional. Dalam drama Korea "The Uncanny Counter" ditemukan bahwa tokoh So Moon mengalami sebuah kondisi yang disebut afasia dalam beberapa episode.  Ia mengalami afasia jenis sensorik-motorik. Afasia yang diderita oleh tokoh So Moon mengacu pada kondisi ketika ia kehilangan kemampuan berbicara dan mengucapkan kata-kata secara jelas, hingga terkadang ia mengucapkan kata-kata yang salah atau terbalik.
Afasia yang dialami oleh tokoh So Moon terjadi karena kecelakaan hebat yang mengakibatkan cedera yang serius pada kepalanya. Akibat dari kecelakaan tersebut adalah adanya kerusakan pada area otak yang terlibat dalam pemrosesan dan produksi bahasa. Jaringan otak dapat mengalami pendarahan atau kerusakan saraf yang dapat mengganggu aliran informasi yang diperlukan untuk pemahaman dan penggunaan bahasa. Karena hal itulah, tokoh So Moon tidak dapat mengaplikasikan fungsi bahasa intrapersonal maupun interpersonal dengan baik.
Afasia yang diderita oleh tokoh ternyata berdampak pada mentalnya. Hubungan afasia dengan psikologisnya dapat melibatkan beberapa hal, di antaranya adalah frustasi dan rasa tidak berdaya, perubahan identitas, dan rasa kesepian. Keterbatasan berbahasa yang dialaminya tersebut membatasi kemampuannya untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan jelas, sehingga ia merasa frustasi dan tidak berdaya. Perubahan identitas dan rasa kesepian diungkapkan dengan jelas ketika ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Ia terus menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya hingga tidak mau berbicara sama sekali.
Metode pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi afasia, di antaranya terapi bahasa dan terapi bicara, terapi komunikasi, latihan otak, dan pengobatan medis. Dalam drama Korea "The Uncanny Counter" tidak diperlihatkan dengan jelas pengobatan yang diperoleh So Moon sampai ia sembuh dari afasia. Namun, dukungan psikologis yang diterima olehnya dapat membuatnya kembali memiliki motivasi, dan membantunya beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat afasia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H