Pernah engga si kalian merasakan kaya kepala kita itu di penuhi pikiran – pikiran merasa bersalah kadang sampai engga bisa tidur atau kadang kita melakukan aktivitas tapi kita sendiri merasa gelisah, padahal itu cuma hal yang sepele, seperti lupa minta tolong, lupa berterikasih atau kadang mikir bener engga ya aku ngomong begitu?, tersinggung engga ya dia ?, tapi rasa bersalah itu sepanjang hari sampai membuat kita berfungsi menjadi manusia yang tidak sepeti biasanya lemes, merasa engga berenergi ini itu terjadi sepanjang hari. Tapi ada juga orang yang biasa aja dan bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun. Lantas kenapasi ada orang yang memiliki rasa bersalah yang berlebihan? Tapi ada juga ada orang yang tidak merasa itu menjadi beban atau engga merasa bersalah sama sekali? Nah menarik nih ada sebuah fakta yang menyatakan “sebagian orang itu terlahir dengan sistem syaraf yang memiliki kepekaan yang tinggi” dalam psikologi istilah ini di kenal sebagai Highly Sensitive Person (HSP) dimana meraka adalah orang – orang yang sensitif lalu kadang stimulus kecil itu di anggap menjadi sesuatu yang berlebihan bahkan rasa sedih dan sakit hati ini membuat mereka sampai tidak berani atau tidak enak buat ngomong sama lawan bicaranya.
Orang yang memiliki sensitivitas yang tinggi ini cenderung lebih emosional dan mudah terbawa suasana. Ternyata istilah Highly Sensitive Person (HSP) itu bukan sesuatu yang tidak masuk dalam klasifikasi gangguan mental, jadi orang yang sangat sensitive itu bukan orang yang mempunyai penyakit mental (mental disordes) tapi mereka yang terlahir dengan sensitivitas yang tinggi ini cenderung mereka tidak mampu untuk mengelola emosinya sendiri dengan baik sehingga ini lah yang membuat mereka berlebihan merespons sesuatu.
Apakah Highly Sensitive Person Menyebabkan Depresi?
Cooper (2015) mengatakan terkait peningkatan sensitivitas pada Highly Sensitive Person yang berkontribusi kepada pengontrolan emosi. Jika dianalogikan, Highly Sensitive Person itu kaya termometer yang mudah mencapai titik didih akibat sulitnya mengontrol emosi, sehingga perilaku ini sering dikaitkan dengan stigma negatif, seperti gangguan kepribadian, bipolar, neurotik, atau psikosis ( cooper dalam Natalia, 2019).
Kepribadian Highly Sensitive Person sejatinya dapat dikelola dengan baik agar tidak berimbas pada kecenderungan depresi. Salah satu cara yaitu dengan grounding atau kembali ke diri sendiri setiap merasa lelah (Machdy, 2029). Grounding menekankan pada fokus terhadap suatu momen saat ini, yang terbukti berkontribusi dalam meningkatkan kualitas tidur, menurunkan hormon kortisol, rasa sakit, stres, kecemasan, dan depresi tentunya. Grounding dapat dilakukan dengan menutup mata dan menarik napas di mana pun berada, menikmati setiap langkah saat berjalan kaki tanpa alas diatas rumput, menghirup aroma terapi favorit, atau mandi dengan air yang menyegarkan. Dengan hal – hal tersebut bisa mengurangi intensitas kecemasan pada mereka yang Highly Sensitive Person.
Dampak yang dialami oleh Highly Sensitive Person
1. Hectic Schedules
Highly Sensitive Person akan merasa kewalahan dan bingung ketika mereka memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam waktu yang singkat, atau bahkan memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan semuanya jika mereka terburu – buru.
2. Berusaha Memenuhi ekspektasi orang lain
Menjadi salah satu tantangan yang sulit bagi orang – orang Highly Sensitive Person, karena mereka akan merasa di tuntut oleh orang lain, terutama mereka itu dapat merasakan kekecewaan teman – temannya jika kita atau orang Highly Sensitive Person itu menolaknya, dan sering banget merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain dari pada kebahagiaan sendiri.
3. Social – Comparison