Mohon tunggu...
Talita Fahriza
Talita Fahriza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi - UIN Walisongo Semarang

enthusiast human

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orang Dewasa Masih Menunda-nunda Belajar? Pahami Apa Itu Prokastinasi Akademik

15 Juni 2023   00:18 Diperbarui: 22 Juli 2023   11:18 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Tenang ajaaa…kan masih bisa besok”

“Nonton dulu aja ah, kan deadlinenya masih pekan depan”

“Kayaknya lagi ngga mood deh, nanti ajalah ngerjainnya”

Kalimat ‘penenang’ apa lagi yang harus kita keluarkan untuk menunda-nunda belajar? Seringkali, dalam belajar atau dalam melaksanakan tugas  masih sering menunda-nunda atau dalam istilah psikologinya disebut juga dengan  prokastinasi. Prokastinasi akademik merupakan suatu kebiasaan menunda-nunda yang dilakukan seseorang di bidang akademik secara sengaja dan beruang-ulang (Kagan et al., 2010). Sedangkan untuk orang yang melakukan prokastinasi disebut dengan prokastinator.

Mengapa seseorang bisa menjadi prokastinator? Dalam pandangan teori reinforcement mengungkapkan bahwa orang yang menunda-nunda itu jarang atau tidak pernah menerima hukuman, bahkan prokastinator akan merasa untung karena dengan menunda tugas akhirnya pasti akan selesai juga. Sedangkan dalam teori cognitive behavioral menyatakan bahwa penyebab prokastinasi adalah karena kesalahan berpikir dan adanya pikiran irasional pada tugas seperti takut gagal menyelesaikan tugas. 

Sebenarnya, seorang prokastinator menyadari bahwa mereka tengah mneghadapi tugas yang bagi mereka itu penting dan bermanfaat. Namun, mereka segaja menunda secara kompulsif sehingga atimbul rasa tidak nyaman, cemas, dan juga merasa bersalah. Dalam bidang akademik, perilaku prokastinasi sudah cukup sering terlihat di kalangan mahasiswa. Seseorang dengan prokastinai akademik, dapat dikenali melalu ciri-ciri yang ada, yaitu seperti:

  • Dalam memulai atau menyelesaikan tua selalu ditunda
  • Berpikir lebih baik mengerjakan nanti daripada sekarang
  • Memiliki kepercayaan diri yang rendah
  • Selalu mengulang perilaku prokastinasi
  • Memilih melakukan aktivitas lain yang menyenangkan baginya daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan.

Menurut Chu&Choi (dalam Jamila, 2020:) prokastinasi akademik terbagi menjadi dua, yaitu prokastinasi aktif dan prokastinasi pasif. Prokastinasi aktif adalah kebiasaan menunda untuk melakukan hal yang lebih penting dan mendesak karena orang tersebut berusaha membuat perencanaan untuk menyatukan informasi yang bermanfaat. Sedangkan prokastinasi pasif adalah perilaku menunda karena alasan yang tidak masuk akal dan tidak memberi manfaat dalam menyelesaikan tugas akademik. Terdapat dua Faktor yang mempengaruhi prokastinasi, yaitu faktor internal dan juga eksternal (Fauziah, 2015). Yang termasuk faktor internal misalnya

  • Pemahaman mengenai tugas: seseorang yang mungkin tidak mengerti arahan yang berikan mengenai pengerjaan tuganya.
  • Tidak memahami materi: hal tersebut tergantung dari bagaimana metode mengajar, penilaian, dan feedback dari dosen tersebut.
  • Rasa malas yang datang karena kurangnya motivasi sehingga sulit dalam memulai sesuatu. Selain itu, seseorang akan lebih cenderung mengabaikan tugas karena lebih tertarik nonton film, baca novel, atau mungkin main games.
  • Kesulitan mengatur waktu karena terlalu kegiatan di dalam dan luar kampus yang terlalu padat, sehingga melupakan aa saja yang harus dikerjakan.

Sementara itu, yang termasuk dalam faktor eksternal, yaitu:

  • Prokastinasi dapat dipengaruhi oleh tingkat kesulitan tugas yang dikerjakan. Tugas yang terlalu sulit akan menjadikan malas untuk mengerjakannya karena sulit juga untuk dipahami dan merasa susah untuk mencari referensinya. Sedangkan tugas yang terlalu mudah akan membuat mahasiswa memutuskan untuk mengakhirkan pekerjaan.
  • Fasilitas yang tidak mendukung, seperti laptop, jaraingan internet dan juga buku referensi.
  • Waktu pengerjaan tugas yang diberikan terlalu lama sehingga membuat mahasiswa cenderung lalai dan terlalu santai dalam mengerjakannya karena merasa waktunya masih lama.
  • Terlalu menyibukkan diri di kegiatan luar, misalnya organisasi ataupun bekerja.

Menurut Dini (dalam Westri, 2016) perilaku suka menunda-nunda akan membawa pengaruh ada kesuksesan akademik dan juga pribadi seseorang. Menjadi seorang prokastinator akan membawa pada dampak-dampak negatif yang akan merugikan diri kita sendiri. 

Misalnya, dengan menunda-nunda maka akan berakibat pada penurunan produktivitas dan etos kerja sehingga kualitas diri pun akan menjadi rendah. Selain itu, dengan menunda-nunda  tugas tidak akan terselesaikan atau mungkin terselesaikan tapi hasilnya tidak maksimal karena sudah mendekati deadline. Prokastinator akan merasakan cemas ketika mengerjakan tugas sehingga, kemungkinan terjadinya kesalahan akan besar karena waku pengerjaan yang sempit.

Seseorang yang masih melakukan prokastinasi, maka perlu untuk memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik  sehingga tidak merasa sulit dalam mengatur waktu ataupun dalam menyeleseaikan tugas. Dalam penelitian Nadhirin & Surur (2020), untuk mengurangi prokastinasi maka diperlukan sebuah strategi peningkatan kemampuan manajemen waktu yang harus dilakukan dengan menerapkan beberapa aspek, yaitu diantaranya:

  • Menetapkan tujuan: untuk mendapatkan fokus pada saat mengerjakan tugas maka perlu dilakukan penetapan tujuan, hal tersebut akan membuat lebih fokus dalam mencapai targer tujuan sekaligus akan memudahkan ketika membuat perencanaan dalam kurun waktu yang diberikan.
  • Menyusun prioritas: ketika waktu yang tersedia tidak banyak, belum tentu semua tugas mempunyai kepentingan yang sama, sehingga perlu diterapkan penyusunan skala prioritas. Dalam pembuatan skala prioritas perlu memperhatikan dengan mempertimbangan tugas mana yang lebih penting dan mendesak.
  • Menyusun jadwal: penyusunan jadwal perlu dilakukan untuk membuat daftar kegiatan mana yang akan dilakukan dengan memberikan urutan waktu pelaksanaan kegiatan, hal tersebut akan membantu untuk menghindari kegiatan yang bertabrakan.
  • Bersikap asertif: sikap tegas untuk berkata ‘tidak’ pada permintaan orang lain dengan cara yang positif tanpa perlu merasa bersalah. Dengan begitu, kita dapat membatasi diri dari hal yang mungkin di luar diri kita sehingga bisa fokus dalam penyelesaian tugas yang kita miliki.
  • Bersikap tegas: diperlukan ketegasan ada diri sendiri atau orang lain untuk mencegah terjadinya aktivitas yang mengurangi efektivitas waktu yang kita punya.
  • Menghindari penundaan: dengan menunda pelaksanaan tugas maka tidak akan selesai tepat waktu dan akan mengganggu jadwal yang sudah kita tetapkan.
  • Meminimalkan waktu yang terbuang: hindari pemborosan waktu pada kegiatan yang kurang bermanfaat, karena hal tersebut akan menghalangi dalam pencapaian tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun