Mohon tunggu...
Bawah Paras Laut ۞
Bawah Paras Laut ۞ Mohon Tunggu... lainnya -

~Diaspora Tanah Kumpeni, 40+, domisili di suburb Amsterdam. Paspor merah, hati tetap ijo. Mencoba menulis isu sehari-hari untuk dokumentasi pribadi. Sukur-sukur berguna bagi sesama.~\r\n\r\n“If you don’t like something, change it, if you can’t change it, change your attitude” -Maya Angelou-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sambut Paskah, Cari Telur Burung Kievit di Belanda

3 April 2015   01:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:36 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1427999166943265538

“Jangan sekali-kali memungut telur kievit! Kami hanya mencari telur burung itu! Catat!” tulis Marco, seorang kenalan saya, bernada ketus melalui WhatsApp-nya.

Mulai 2015, pemerintah Belanda melarang tradisi mencari telur burung kievit (Vanellus vanellus) di lahan terbuka. Ketentuan ini cukup mengejutkan penduduk di Provinsi Friesland, Belanda timur laut. Pasalnya, kebiasaan mencari telur burung ini sudah mendarah daging di sana.

[caption id="attachment_407308" align="aligncenter" width="480" caption="Foto: Marco Hoekstra"][/caption]

2014 lalu, saya ditawari Marco melihat acara ‘berburu’ telur kievit. Ia, bersama 4.000 pencari telur kievit lainnya asal Friesland, tentu saja kecewa dengan larangan pemerintah Belanda baru-baru ini. Ketetapan ini sudah diteruskan ke Pemda Friesland. Pemda setempat tengah mendata populasi burung ini. Walhasil, ajang tahunan yang sedianya diadakan antara 1 Maret dan 8 April 2015 batal.

Menurut Faunabescherming, Lembaga Perlindungan Satwa Belanda, populasi kievit di Belanda pada 2013 menurun hampir separuhnya dibanding 1996. Angka ini, 200.000 burung, setara dengan seperempat populasi kievit di daratan Eropa.

Sekedar ilustrasi, 2012 silam, sekitar 6.000 telur kievit ditemukan pencari telur ini. Provinsi Friesland diwajibkan mencatat keberadaan burung migran ini dan populasinya dalam jangka panjang. Jika dirasa stabil atau tak mengkhawatirkan, acara berburu ini akan diizinkan kembali.

Omong-omong ihwal Friesland, di Indonesia Anda mungkin pernah mengonsumsi produk Friesche Vlag. Ingat susu kental manis cap bendera?Enak kan buat isi roti bakar? Hehe…

Kompasianers, kendati larangan ini sementara sifatnya, buat Marco dan kawan-kawannya tetaplah dianggap bencana. Pengalaman saya, ajang ini lebih mendekatkan diri dengan alam, rileks, dan jauh dari hingar-bingar kota. Friesland sendiri termasuk provinsi yang relatif tidak terlalu padat penduduknya di Belanda.

Apalagi, aktivitas ini dilakukan awal Maret atau permulaan musim semi. Orang sudah ‘kebelet’ menghirup udara hangat setelah hampir setengah tahun diterpa hawa dingin menusuk tulang. Karena itu, berburu telur kievit ini pun kerap disebut sebagai acara menyambut musim semi.

Tambahan lain, bagi umat Nasrani yang tengah menjalankan ibadah puasa jelang Paskah, kegiatan ini mengenalkan pula anak-anak mengapa Paskah di Belanda identik dengan telur. Selama berpuasa, mayoritas penganut Kristen di Belanda pantang memakan daging, produk susu, dan telur.

Akibatnya, ayam-ayam di kandang petak-petok surplus telur. Dulu, keluarga-keluarga tradisional di Belanda merayakan liburan Paskah pasti ada telur rebus di atas meja. Sekarang sih, macam-macam variasinya. Hati-hati, kandungan kolesterolnya tinggi dan penyebab bisulan katanya. Haha..

Lambat laun, kebiasaan makan dan menghias telur ini populer di seantero Belanda. Selain menghias atau mencari telur yang disembunyikan di pekarangan, anak-anak sedikit diajarkan makna Paskah. Gitu, lho…

Nah, balik ke telur kievit… Telur mungil yang sepintas mirip telur puyuh ini tak boleh diraup. Penemunya justru bertanggung jawab mengawasi sarang burung ini.

“Penemu pertama tentu saja mendapat kehormatan tersendiri. Namun, tak hanya itu. Ini sebetulnya kompetisi sehat dan ajang sosialisasi kami,” lanjut Marco.

Saya bisa mengerti kegusaran Marco dan rekan-rekannya. Hemat saya, tradisi cari telur kievit ini layaknya memecahkan teka-teki atau puzzel. Tak kenal miskin-kaya atau pun tua-muda. Siapa yang paling duluan dapat, itulah yang mereka kejar. Momentum eureka!

Di samping itu, tradisi ini erat hubungannya dengan identitas. Cari telur kievit sering dibilang‘adatnya’ Friesland. Larangan ini bagi Marco dan penduduk Friesland seperti kehilangan sebagian jati diri. Orang Friesland punya bahasa mereka sendiri dan bangga menggunakan dialek mereka di aktivitas sehari-hari. Papan petunjuk jalan di kawasan ini pun ditulis dwibahasa, Bahasa Belanda dan Bahasa Frisia.

Toh, pemerintah Belanda bergeming. Para pencari telur kievit, sitir Lembaga Perlindungan Satwa Belanda, ditengarai mengganggu habitat unggas cilik tersebut. Selain itu, jejak manusia justru memudahkan binatang pemangsa lainnya seperti gagak, kucing, anjing, bangau, dan rubah menemukan telur burung musiman ini.

Oya, 2015 ini telur kievit perdana yang masih segar disinyalir di Desa Delwijnen, Provinsi Gelderland, Belanda tenggara. 8 Maret 2015 persisnya. Relatif cepat karena musim dingin 2014 di Belanda tak terlalu ekstrem. Rekor paling awal sejauh ini tercatat 3 Maret 2008.

Selamat merenungkan Paskah bagi teman-temin yang merayakan!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun