Mohon tunggu...
Bawah Paras Laut ۞
Bawah Paras Laut ۞ Mohon Tunggu... lainnya -

~Diaspora Tanah Kumpeni, 40+, domisili di suburb Amsterdam. Paspor merah, hati tetap ijo. Mencoba menulis isu sehari-hari untuk dokumentasi pribadi. Sukur-sukur berguna bagi sesama.~\r\n\r\n“If you don’t like something, change it, if you can’t change it, change your attitude” -Maya Angelou-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makhluk-makhluk Cantik Berwajah Plastik

16 Oktober 2012   21:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46 3032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

You’ll never get a second chance to make a first impression,” bunyi pepatah kesohor itu. Dua kali sepekan ke salon tidak cukup bagi wanita jetset di Jakarta. Kulit harus putih dan bedah plastik perlu dipertimbangkan. Bagiwanita-wanita berkocek tebal di metropol Indonesia, cantik berarti sukses. Salon kecantikan memenuhi deretan mal menawarkan cuci, blow, dry, styling, cat rambut, mani-pedi (manicure & pedicure), creambath, dan pijat refleksi.

Sudah menjadi rahasia umum, perempuan Indonesia ‘terobsesi’ dengan kulit putih. Terutama, wajah harus seputih pualam. “Kalau coklat kehitaman, nanti saya dikira pembokat,” celetuk Tia (26), sekretaris di sebuah bank, seperti dikutip majalah bulanan komunitas Indo di Belanda Moesson,terbitan Januari 2010. Tia menggunakan dua macam krim kulit, satu untuk pagi dan siang hari, serta lainnya untuk malam hari sebelum tidur.

Bagi wanita berduit, krim pemutih dan cuci-blow belum cukup. Mereka merasa cepat tua dan harus bersaing dengan ribuan wanita muda dan aduhai di ibukota. Banyak istri politisi dan petinggi was-was bakal kehilangan suami mereka. Tidak jarang, saingan mereka licik dan menghalalkan segala cara. “Awet muda adalah impian society ladies di Jakarta. Cara termudah yaitu bedah plastik atau sedot lemak. Kalau bisa sih ke luar negeri,” papar Tia.

[caption id="attachment_218276" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: Rien Zilveld"][/caption] Memancungkan hidung, face lift, dan meremajakan payudara, pinggul atau bokong paling digemari. Bahkan, penyanyi tenar Krisdayanti dalam otobiografinya membeberkan bedah plastik wajahnya beberapa tahun silam yang menelan biaya Rp 150 juta. Enggan membayar ratusan juta dan bukan termasuk golongan borju, masih ada alternatif ‘ketok magic’. Klinik-klinik (ilegal) ini marak bertebaran di Jakarta. Saya ingat, pernah diajak ke praktik seperti ini di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Salon kecantikan hanya domain ibu-ibu modis? Ah, kata siapa…Kaum pria pun tak risih lagi nyalon. Sahabat-sahabat pria saya yang hetero sebetulnya lebih ‘genit’ ketimbang perempuan. Ada uban sedikit, langsung minta cat rambut. Begitu kedapatan garis-garis mulai muncul di kening, blingsatan cari anti aging cream. Hehe… Di Belanda, operasi plastik pun makin populer di kalangan pria. Koreksi hidung, bibir, kelopak mata, dan peremajaan kulit tak lagi tabu.

Dokter-dokter umum di Belanda juga mulai banyak yang beralih dan nyambi jadi ‘dokter kosmetik’ dadakan. Mengutip situs huisartskliniek.nl, dari 10.000 dokter umum yang tercatat, ada sekitar 100 orang yang membuka praktik sampingan sebagai ‘ahli reparasi kosmetik’. Kok bisa? Selama mereka tidak melakukan pembedahan, aktivitas seperti ini masih ditolerir. Menghilangkan kerut misalnya dilakukan dengan suntikan botox di bawah jaringan kulit.

Guratan di wajah yang ‘dipoles’ dengan botox dapat bertahan mulus kurang lebih enam bulan. Setelah itu, harus injeksi ulang. Perawatan ini di Belanda dibandrol sekitar € 150 hingga € 650 untuk koreksi kelopak mata—termasuk konsultasi sebelum dan sesudah treatment. Dokter senang, pasien girang? Eits, tunggu dulu… Perkumpulan Ahli Bedah Plastik Belanda, NVPC, memperingatkan, konsumen harus tetap waspada terhadap iklan menjerumuskan.

Reklame dari mulut ke mulut ‘terpercaya, aman, dan lokasi mudah dijangkau’ belum tentu jaminan 100%. Menurut NVPC, klinik atau dokter kosmetik sambilan tak selalu tahu alternatif lain botox dan tak sepenuhnya memberi informasi ke pasien. Koreksi kelopak mata misalnya, punya efek jangka panjang dan sebenarnya termasuk operasi ringan. Selain itu, botox atau fillers lainnya dapat menimbulkan alergi, iritasi,ataupun bekas luka buruk.

‘Dokter-dokter estetik’ dadakan ini biasanya berkilah, sudah punya penghasilan tetap dari praktik umum mereka dan menawarkan harga bersaing. Biaya bedah kosmetik di Belanda, kebanyakan tak diganti oleh asuransi kesehatan. Solusinya, jatah uang liburan atau THR dari perusahaan digunakan untuk membiayai ‘permak ajaib’ ini. Jalan keluar lain? Pergi liburan dan operasi ke Thailand atau negara-negara ‘bertarif murah’. Asyik kan? Penampilan tambah oke, sekalian plesiran.

[caption id="attachment_218277" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: Ernst Coppejans"]

13504189791539080236
13504189791539080236
[/caption]

Penuturan salah seorang kolega yang menjalani face lift di Thailand, biasanya kalau sudah melakukan perawatan ini bakal ketagihan. Bermula dari hidung, alis, sudut bibir, dagu, dan pipi—lama-lama menjalar ke dada, pusar, bahkan kelamin. Ada lho revitalisasi penis atau vagina. Entah bagaimana caranya… Di negara-negara Amerika Latin, ‘gudangnya’ para Miss Universe, operasi plastik jamak dilakukan sejak remaja dan lazim diberikan sebagai kado ulang tahun.

Saya kok sama sekali tak tertarik bedah-bedah ginian. Saya bisa memahami orang-orang yang dituntut berpenampilan prima, selebritis, praktisi showbiz atau profesi yang konstan berhadapan langsung dengan klien. Proses penuaan itu kan sebenarnya ‘anugrah’ yang harus disyukuri, berarti masih diberi kesempatan hidup. Asal jangan matang karbitan aja ya. Haha…Saya kerap bertemu orang-orang yang ‘elok bungkusnya’ tapi ‘cacat isinya’.

Gravitasi itu tak usah dilawan. Kulit kisut kadang justru nambah seksi dan cute lho… Saya percaya, tiap individu dilahirkan dengan unique selling point. Lagipula, aneh rasanya melihat paras-paras rekayasa hasil suntikan silikon. Tak takut lumer ya kena matahari. “Is, lagi ada diskon nih. Mau permak idung dan bleaching kulit, lu?teriaksohib Adi telepon. OgahhhEntarkalaugue mancungdanputih, hoki malah jauh!” sahut saya tak mau kalah.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun