Mohon tunggu...
TA Lestari Kusumandari
TA Lestari Kusumandari Mohon Tunggu... Guru - Guru Mapel Biologi

Hobi saya olah raga dan healing ke alam pemandangan untuk tadabbur alam, berlibur atau menenangkan diri, kuliner sudah pasti tidak ketinggalan dinikmati Alam bebas sebagai rasa syukur kiTA terhadap penciptaan Allah serta membagi rejeki dg membeli makanan di masyarakat sekitar tempat wisata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Solusi Sampah Pembalut

17 September 2023   13:00 Diperbarui: 17 September 2023   13:05 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembuatan Pupuk Cair Dari Pembalut Wanita 

Potensi Pondok Pesantren Putri Walisongo Sragen dengan jumlah 300 santriwati sangat besar , tetapi ketika pengelolaan limbah pembalut wanita tidak dilakukan secara baik dan benar akan menjadi persoalan. Masalah tersebut diberikan solusi antara lain pemanfaatan bahan yang terkandung dalam pembalut wanita digunakan sebagai bahan campuran media tanaman ,

Pengelolaan limbah pembalut wanita jika dilakukan dengan baik dan benar akan membawa manfaat baik secara langsung ataupun tidak dan ini merupakan pembekalan dasar bagi santriwati jika kembali ke daerah masing-masing dapat menularkan ilmu tentang pengelolaan limbah tersebut kepada masyarakat di sekitar lingkungannya.

Diakui, untuk mengurangi penggunaan pembalut wanita tidak mudah. Namun, tak banyak orang yang mengerti jika sampah tersebut bisa diolah. Untuk itu, perlu terus dilakukan upaya mengedukasi santriwati agar tak sekadar memakai pembalut wanita, tapi juga dapat mengolahnya.

Selain susah diurai, pembalut mengandung senyawa kimia Super Absorbent Polymer (SAP) sebanyak 42% yang akan berubah bentuk menjadi gel saat terkena air. Apabila terurai dalam air, zat kimia ini dapat berbahaya bagi lingkungan. Senyawa ini dapat menyebabkan perubahan hormon pada ikan.

Perlu dipahami bahwa Gel yang ada di dalam pembalut wanita dapat di gunakan untuk menampung air yang disiramkan agar tanah tidak cepat mengering. Sehingga dapat mengurangi intensitas penyiraman karena air akan tertampung oleh gel dan dialirkan secara perlahan.

Gel itu juga bisa diolah menjadi pupuk cair dan media tanam. Caranya, dengan mencampur gel dari pembalut dengan air kelapa dan EM4 (Effective Microorganism 4) dalam ember. Selanjutnya, tutup ember dan simpan selama 15 hari. Setelah itu gel dapat dijadikan media tanam dan pupuk cair. Hasil fermentasi dari pembalut wanita tidak berbau busuk tapi berbau asam.

Perlu ada himbauan agar seluruh santriwati tidak membuang pembalut sembarangan seperti di sungai yang dapat mencemarkan air sungai dan biotanya, atau di kloset yang justru bisa membuat mampet. Bisa disarankan agar kedua sampah itu tidak dibuang, tapi disimpan dan dikumpulkan di suatu wadah. Setelah itu, pengurus pondok pesantren putri dapat memrakarsai dengan mendaur ulang pembalut tersebut. Jika tidak sempat, sebelum dibuang ke tempat sampah, lapisan plastik pada pembalut sebaiknya dipisahkan dari gelnya. Kemudian buang lapisan plastiknya di tempat sampah anorganik agar dapat diolah kembali. Menggolah pembalut pun bisa diupayakan menjadi pupuk cair untuk tanaman anggrek.

"Semua sampah bisa diMANFAATKAN , dalam bentuk apapun sampah itu walau nampak menjijikkan sekalipun"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun