[caption id="attachment_371144" align="aligncenter" width="539" caption="Ilustrasi / Dok. Ajie Nugroho Kampret"][/caption]
Cerita ini saya dapatkan dengan bercermin dari kisah seorang pegawai bengkel yang saya kelola. Tujuan berbagi kali ini adalah agar kita bisa memulai bisnis dengan hati yang benar-benar bersih dan niat yang diluruskan dalam berbisnis dan berusaha dengan modal awal yang kita miliki.
Sebut saja, Koming yang sudah bertekad bulat untuk bisa berwiraswasta dan hidup mandiri dengan usaha yang skillnya memang sudah bagus, modalnya kuat serta didukung doa dari orang tuanya. Orang tua Koming memberi anak satu-satunya yang paling disayangi modal usaha dari menjual tanah warisan kakek Koming.
Koming pun mungkin mengetahui kalau ayah ibunya sebenarnya masih memiliki uang lebih dari penjualan tanah itu. Koming berhasrat memiliki uang tersebut agar ayah ibunya tidak perlu memiliki simpanan lain karena selama ini Koming lah yang membiayai keperluan rumah tangga mereka sebelum menjual tanah.
Koming mengatakan kalau pembelian alat bengkel untuk modal kerjanya mengalami kekurangan dana. Koming menyebut angka pembelian peralatan hampir mencapai puluhan juta lagi. Dan uang yang diberi orangtua Koming masih kurang untuk membeli peralatan tersebut.
Maka terjadilah kebohongan pertama yang akhirnya nanti ketahuan juga oleh orang tua Koming.
Mark up harga peralatan kerja , itulah korupsi Koming pada orang tuanya sendiri. Koming belum menyadari bahaya mengancammya.
Saya sebagai mantan atasan Koming mendapat kisah ini dari beberapa kawan kerja nya yang sering berkomunikasi dengan Koming.
Koming sering menipu orang tuanya sendiri agar bisa terus mendapat uang. Dan pada kenyataannya, Koming tidak membelanjakan uang tersebut untuk kelangsungan usahanya sendiri , melainkan Koming membeli minuman keras, sampai-sampai semua karyawannya tidak diperhatikan.
Karena merasa tidak diperhatikan bossnya sendiri, karyawan-karyawan Koming yang nakal mulai merasa tidak betah dengan sifat dan kelakuan Koming.
Yang paling mengejutkan buat saya pribadi adalah saat Koming mulai menarik para langganan saya yang sudah bertahun-tahun setia servis ke bengkel. Cara yang dipakai Koming sungguh menyakitkan. Ia menjatuhkan harga servis dan spare pat dengan memberi diskon besar-besaran. Saya tidak mau mengambil rezeki dari jalan seperti yang dilakukan Koming. Karena dengan menjatuhkan harga pasaran demi menarik langganan biasanya bersifat temporer dan sangat mencekik leher. Saya tetap bersabar dan diam.