Meraih masa depan cemerlang untuk anak adalah dambaan setiap orang tua. Terlepas dari tingkat ragam ketersediaan keuangan orang tua, maka segala upaya akan dilakukan agar anak bisa melanjutkan pendidikan hingga tingkat tinggi dan menjadi insan berdaya saing, cerdas, amanah dan bermanfaat untuk sesamanya.
Riak-riak susahnya orang tua dalam menempuh kehidupan ekonomi sangat mempengaruhi cara pandang keluarga tersebut dalam memilih pendidikan tinggi yang diinginkan. Terkadang, ada anak yang tidak ingin melanjutkan pendidikan tinggi dan memilih untuk bekerja demi meringankan beban orang tuanya. Ada juga anak yang tetap ingin bisa kuliah karena merasa mampu dalam bidang akademis dan sangat meminati bidang yang disukainya untuk dijadikan sandaran hidup kelak. Namun karena keterbatasan orang tua dalam hal finansial, ini akan mematahkan dan melumpuhkan semangat anak.
Tentu saja, hal ini sangat disayangkan. Karena sebagai orang tua, kitalah yang kurang cerdas mensiasati pendidikan anak di masa depan.Â
Ada sebuah filosofi terkenal dari seorang tokoh bangsa yang bisa kita jadikan "kekuatan" yakni tokoh pergerakan pendidikan, Ki Hajar Dewantara.
"Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", demikian filosofi yang mengemuka hingga saat ini. Tak pernah lekang oleh waktu, tetap menjadi sandaran untuk dunia pendidikan anak bangsa hingga saat ini.
Tapi, sedikit orang yang tahu bila menginginkan perencanaan pendidikan anak sukses, maka orang tua mau tak mau, tak bisa menganggap remeh filosofi tersebut. Filosofi yang mungkin di tahun 1910-1920-an sangat anti mainstream kala itu dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh penggerak pendidikan anak sebelum kemerdekaan.
"Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan", menjadi rumusan terpenting untuk merencanakan keuangan demi masa depan anak kelak.
Â
Â
Aplikasi Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Keluarga
Orang tua sudah harus memikirkan rencana pendidikan anak dalam skala panjang. Rencana pendidikan anak tidak bisa dibuat seperti kita membuat rencana bisnis atau rencana penjualan disertai prediksi laba ruginya. Karena rencana pendidikan anak adalah sesuatu yang orang tua juga memikirkan kemampuan kecerdasan anak, kemampuan dalam menguasai sebuah bidang ilmu tertentu dan kecerdasan orang tua memahami bakat anak.Â