Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hari Senin ( 31/03/2014) kami lewati dengan berkunjung ke sanak saudara di lereng Gunung Semeru. Tepatnya di daerah Kecamatan Candipuro , desa Penanggal Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Maklum, karena libur hanya 1 hari, pilihan liburan tidak bisa jauh-jauh dari Bali. Kalau tidak Lombok, kami memilih daerah seputaran Jawa Timur yang eksotis dan cantik pemandangannya. Hitung-hitung menyambung tali kekeluargaan dan juga berwisata.
Perjalanan melelahkan karena ada sedikit kemacetan di Pelabuhan Gilimanuk (kami harus antre selama 1 jam) dan jauhnya Lumajang membuat badan kami sedikit gerah dan panas. Ingin rasanya cepat mandi dan mengganti pakaian baru yang lebih bersih. Mohon dimaklumi ya mas/mba, semalam perjalanan bau keringat dan bau macam-macam sudah gak karuan.
Tetapi, sekali lagi kami harus menahan sedikit kekecewaan. Karena mas Bejo (adik sepupu dari keluarga istri) yang kami datangi ternyata tidak memiliki MCK layak yang pantas dipakai manusia. Duh, maaf, kalau ini agak kasar kedengarannya. Bagaimana tidak, untuk buang air, mandi, mencuci pakaian sampai mencuci sayuran/beras , mas Bejo hanya menyediakan satu area ( tanpa tutup/tirai apapun) yang terbuka. Semua orang yang lewat bisa melihat orang yang sedang mandi atau mencuci pakaian. Dengan entengnya, mas Bejo hanya menjawab, "Â ya mba dan mas bisa mandi di situ saja. Kalau mau kamar mandi ada di kamar mandi umum. Di sini kami tidak banyak bergaya dan uang seperti mba dan mas di kota."
Ngelus dada dan prihatin. Karena ini bukan masalah gaya dan banyak uang jadinya. Ternyata dasar pemikiran mas Bejo yang (maaf) agak terbelakang mengenai masalah kesehatan dan kaidah kesopanan inilah penyebab mas Bejo tidak memiliki MCK (Mandi, Cuci , Kakus). Saya pun terpaksa mencari SPBU atau masjid besar di sekitar kota Lumajang untuk bisa mandi.
Miris nya lagi, ini bukan saja terjadi pada pemikiran mas Bejo saja. Kami pun berkunjung ke sanak saudara lainnya. Ya ampun, ada satu keluarga yang memiliki sumur dan kakus dalam satu lokasi yang berdekatan. Dan mereka tidak takut terkontaminasi air sumur oleh bocornya septic tank.
Di desa Sumber Wuluh, desa Penanggalan sampai desa Jatiroto banyak yang belum memiliki MCK. Kata penduduk kebanyakan, selain mereka masih bisa mengandalkan sungai / kali di sekitar rumah, rasanya membuat MCK itu memerlukan biaya banyak / mahal. Ah, mosok iya sih ?
Iseng saya mengkalkulasi sederhana, berapa ya biaya membuat MCK sederhana ?
Pasir Pasang, Semen, Batako,Papan Cor dan lain-lain, yang sangat sederhana (misal belum punya septictank) nggak sampai 5 jutaan. Perkiraan biaya antara 3 - 4,5 juta untuk membuat kamar mandi yang kecil dan sederhana. Dan mas Bejo ini juga bukan orang yang miskin dan tidak berpenghasilan. Di depan rumahnya mas Bejo mengelola bengkel sepeda dari ban bocor , angin juga memperbaiki sepeda anak. Perkiraan saya , mas Bejo mendapat penghasilan sekitar 1 sampai 2 juta rupiah perbulannya. Berarti permasalahannya bukan karena kemiskinan yang dia alami, tapi cara berpikir mas Bejo yang tidak mau membuat kamar mandi sederhana untuk MCK.
Ini saya berbicara dan menulis bukan di wilayah daerah pelosok atau daerah tertinggal lho mas/mba. Tapi di desa lereng Semeru yang dekat Kota Kecamatan dan berjarak hanya 25 menit menuju Kota Lumajang. Bukan juga daerah minus yang kering, karena Lumajang dan lereng pinggiran Semeru adalah wilayah dengan tanah yang subur.
Pola pikir dan pemahaman yang belum memadai lah penyebab banyak masyarakat dan warga di sekitar lereng Gunung Semeru ternyata belum memiliki MCK.
Yang anehnya, mas Bejo menyuruh istri saya  mandi di tempat terbuka (juga saya). ya jangan heran kalau saya sempat melotot sama mas Bejo. hehehe... marah dikit gak apa lah. Mana mungkin, kita tega istri mandi di tempat terbuka dilihat orang lewat , dan  kita senang-senang saja, bah.... !