Mohon tunggu...
Atm0
Atm0 Mohon Tunggu... lainnya -

I am what I eat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Non-Borderline Personality Disorder (2): A Diary of Conflicts

2 Januari 2014   16:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A diary of Conflict.....atau buku harian konflik, begitulah kira-kira jalan hidup seseorang yang bergaul dengan Penderita Borderline Personality Disorder (BP). Ketidakmampuan seseorang yang menderita BP dalam mengolah emosi secara normal (Dysregulated emotion) memang sangat menyiksa terhadap perkembangan sosial si Penderita. Pada saat perasaan senang atau naik timbul maka serasa di surga, tetapi pada saat perasaan turun maka Setan pun seakan-akan keluar dari Neraka. Hal tersebut memicu mood driven acts atau tindakan yang berdasar perasaan si penderita BP terlihat sangat ekstreem dan parahnya lagi, mau-tidak mau mereka yang hidup dan bergaul dengan si BP ini juga terpaksa harus merasakan perlakuan akibat proses naik turunnya emosi yang terlalu ekstreem (Dysregulated emotion).

"Bayangkan Anda seorang Bankir yang bekerja dari pagi hingga sore, secara normal adalah hal yang wajar apabila seorang bangkir terkadang telat pulang ke rumah, tapi untuk si BP, ini adalah pemicu dari mood driven acts khas Borderline Personality. Jadi jangan heran apabila Bankir tadi begitu pulang telat maka akan disambut dengan tuduhan selingkuh, umpatan kesal karena merasa kesepian, bahkan sampai serangan verbal yang bertujuan memancing emosi, padahal inti dari masalah tersebut hanyalah bahwa si BP tidak suka Anda pulang telat."

Konflik adalah makanan setiap hari bagi mereka yang hidup dengan para penderita BP (atau sering disebut Non-BP). Dr. Paul Gunadi, seorang penasehat perkawinan pernah menyatakan bahwa HIdup dengan penderita BP adalah MUSTAHIL. Hal tersebut memang ada benarnya, terus bagaimana dengan mereka NON-BP yang terlanjur hidup dengan Penderita BP?? Apakah perceraian adalah satu-satunya jalan??

Tidak memungkiri bahwa hidup dengan konflik setiap hari adalah susah dan berat, tetapi tidak mustahil. Hidup dengan penderita BP bisa dilakukan, hanya dengan catatan bahwa si NON-BP sadar dan mencoba untuk lebih peka terhadap perasaan si Penderita BP. Untuk hidup dengan si BP, seorang NON BP harus mencari tahu latar belakang dari tindakan berlebihan (erratic behaviour) yang dilakukannya. Jadi apabila si BP menyerang seorang Non BP dengan kata-kata menyakitkan, maka perlu dipahami bahwa mungkin penyetusnya adalah perasaan yang sedih, tidak suka, atau tidak ingin sendirian yang oleh kita adalah perasaan normal biasa.

Kepekaan terhadap perasaan si BP dan ketahanan terhadap serangan verbal adalah salah satu kunci dalam bertahan untuk hidup sebagai Non Borderline. Hidup bersama mereka yang disebut BP tetap bisa dan tidak mustahil, asal kita tahu bagaimana kita harus bertindak dan bersikap. Paling tidak, apabila si BP adalah orang yang Kita sayangi maka inilah wujud kasih sayang pengorbanan kita, walau Bagi si BP hal tersebut tidak berarti. Janganlah terpancing dengan kata-kata atau irama kemarahan yang pasti akan diperlihatkan oleh si BP. Tetaplah Kuat karena Anda tidak sendiri......

(To be continued……)

-

-

Penulis

-

-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun