Yosafat Ivo Ofm Cap Saudara-I dan teman-teman terkasih, saya yakin bahwa anda pernah mendengar humor itu sangat penting baik untuk pribadi maupun untuk orang lain. Namun barangkali kamu belum pernah mendengar bahwa humor itu sangat mahal. Ini kata orang dan saya hanya mengamini. Masih ingat Andre dalam kisah, “Mom, jangan menangis bukan”. Saya mencoba mempraktekkannya dalam aksi sederhana. Hari senin adalah hari yang sangat melelahkan, di mana mulai dari jam 08;00 (pagi) sampai jam 06; 00 (sore) saya berada di kampus, bahkan karena sibuk dan padatnya jadwal, makan siang pun terpaksa jam 03;00 (sore). Kondisi saat itu; lapar, haus, lemah lunglai, mengantuk. Saat masuk ke restoran sederhana di sekitar kampus, saya melihat pemiliknya seperti sedang “mengusung” ribuan kilo gram beban. Ia nampaknya sedih dan tidak bergairah. Wajahnya loyo dan kusut. Pandangannya kosong. Pokoknya saya seperti berhadapan dengan orang yang kehilangan harapan. Karyawannya pun seperti takut melihatnya. Di sela-sela menikmati makan siang, saya coba menyapanya dengan lemah lembut. Kebetulan hanya saya dengan beliau dan beberapa karyawannya berada di restoran itu. Seperti tidak ada respon dan ia tetap asyik dengan kekusutan dan kegalauan hati serta pikirannya. Ku coba “senjata” lain dengan menceritakan humor. Ia mulai semangat, alisnya mulai terangkat, matanya mulai “terbuka” lebar, senyum pun sudah mulai tersimpul. Kujejali dengan aneka humor lain, ia akhirnya tertawa terbahak-bahak, sampai karyawannya heran melihat perobahan sikapnya. Akhirnya saya tahu masalahnya. Ibunya meninggal dunia di Korea dan ia tidak bisa pulang karena banyak urusan di Guam. Rupanya humorku berkasiat dan mampu mengobah kesedihannya menjadi kegembiraan, kekusutan pikirannya menjadi rileks. Tentu pada penutup, saya beri dia nasehat rohani. Pasti anda ingin tahu humor yang aku certikan bukan? Itu rahasia perusahaan he he he. Akhirnya saya pun pamit dan hendak mau membayar makanan saya. Dengan senyum ia mengatakan, “Tidak usah bayar pak, “HUMOR DAN NASEHAT” bapak lebih besar dan mahal harganya daripada manakan ini. Dan ia katakan lagi, “Bapak seperti pendeta kami di Gereja Betel humoristik. Saya bilang dalam hati, “Aku juga pendeta kog, pendeta katolik.” Saudara-I terkasih, warnailah hidup anda dengan humor. Humor itu penting untuk dirimu dan orang lain. Humor itu adalah “senjata” untuk mencairkan suasana dan mampu membuat rileks dan damai teman, keluarga dan sahabat. Kalau anda mampu membuat satu orang lain bergembira itu merupakan suatu berita hebat untukmu dan untuknya? Jika kamu mampu membuat keluargamu merasa damai itu juga merupakan suatu “keajaiban” di keluargamu, di mana semua rileks, damai, dan bergembira saat berkumpul? Kalau anda tidak pintar berhumor, sekurang-kurangnya anda suka menyapa, tergerak melemparkan senyum lembut, dan pesona pandanganmu yang bersahabat. Semoga. Selamat malam, Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu. Sumber: Yosafat Ivo Ofm Cap imankatolik@groups.facebook.com Mempartanggung-jawabkan Iman Katolik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humor Selengkapnya