Mahasiswa S1 PPKn FIS UM Angkatan 23 yakni kelompok yang beranggotakan: Inka Dwi Lestari, Keke Aqila Zayyan, dan Takfiki Ilma mengunjungi SMA Negeri 9 Malang yang berlokasi di Jl. Puncak Borobudur No. 1, Malang, Jawa Timur. Kami melakukan wawancara kepada bu Bella Citra selaku fasilitator Program P5 dan kepada siswa pelaksana Program P5 di SMA Negeri 9 Malang pada tanggal 21 November 2024 untuk mengetahui dan memperdalam terkait implementasi Program P5 di sekolah tersebut.
Penelitian ini mengkaji implementasi Program P5 di sekolah dengan menggunakan teori kebijakan publik Edwards III, yang berfokus pada empat aspek: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
Hasil evaluasi menunjukkan pelaksanaan Program P5 telah berjalan dengan baik dalam aspek komunikasi dan struktur birokrasi. “Namun, terdapat tantangan dalam hal sumber daya, khususnya keterbatasan guru terlatih sebagai fasilitator dan penilai program. Letak sekolah di area perkotaan juga menjadi kendala dalam mengakses sumber daya alam untuk proyek pembelajaran,” Ujar Bu Bella Citra dalam wawancara.
Permasalahan lain muncul dari sisi disposisi, di mana siswa lebih mementingkan hasil akhir dibandingkan proses pembelajaran. Menurut Bu Bella Citra, siswa cenderung bersaing menghasilkan produk terbaik dengan cara instan, seperti menyewa kostum untuk pagelaran tari alih-alih membuatnya sendiri, yang bertentangan dengan esensi Program P5.
Program P5 memiliki potensi signifikan dalam mendukung pencapaian SDGs 4 melalui pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kontekstual. Program ini menghubungkan pembelajaran dengan realitas kehidupan, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan mendorong penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, proyek lingkungan dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang pelestarian alam, yang sejalan dengan target SDGs lainnya.
Melalui tulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi dan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk merancang dan mengembangkan kegiatan P5 yang lebih efektif dan bermakna di masa mendatang, dengan memperhatikan berbagai aspek yang masih perlu diperbaiki seperti penguatan kapasitas guru sebagai fasilitator, penyediaan sumber daya yang memadai, serta penekanan pada pentingnya proses pembelajaran dibandingkan hasil akhir, sehingga program ini dapat benar-benar mencapai tujuannya dalam membentuk profil pelajar Pancasila yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H