Mohon tunggu...
Diah Ayu Puspita
Diah Ayu Puspita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Latihan Menuangkan Isi Hati

Hanya sebatas hiburan dan informasi, yang tidak menyinggung siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biografi: Yuli, Ketika Tulang Rusuk Menjadi Tulang Punggung

30 Juni 2020   10:26 Diperbarui: 30 Juni 2020   10:36 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari berganti hari. Semangat Beliau tidak pernah berkurang. Wanita ini selalu memprioritaskan keluarga. Tak ada kata lelah dalam dirinya. Walaupun hanya buruh pabrik cita-citanya menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi menjadikan motivasinya untuk semangat bekerja.

Pahit manisnya kehidupan sudah dilalui selama 39 tahun. Tak kenal lelah. Selama kurang lebih 20 tahun dia harus menitipkan ankanya kepada kedua orang tuanya. Dia bekerja keras dari pagi sampai sore supaya anaknya bisa sekolah.

Buah hasil kerja kerasnya dan doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah, Beliau berhasil menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara. Suatu kebanggan tersendiri bagi seorang single parents. 

Di tahun 2020 Beliau sedikit kehilangan semangatnya karena ditinggal untuk selama-lamanya oleh sang Bapak. Tapi ini tidak membuatnya menyerah begitu saja. Figure kakek juga dijadikan sebagai bapak bagi anaknya. Tidak berhenti sampai disitu, Beliau tetap kuat dan semangat untuk kembali mealnjutkan kehidupan seperti biasa tanpa seorang Bapak di sampingnya.

Menjadi single parents tidaklah mudah. Wanita yang kuat harus didasari dengan rasa kerja keras dan tangging jawab yang tinggi untuk menghidupi keluarga. Walaupun tidak ada suami disamping perjalanannya dalam mendidik anak, pendidikan dan kesejahteraan anak tetaplah harus diprioritaskan. Yang menjadi prinsip dalam hidup Beliau adalah pendidikan tetaplah nomor satu walaupun orang tua sebagai buruh, rezeki untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya tidak akan pernah tertukar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun