Mohon tunggu...
Muhammad Takdir
Muhammad Takdir Mohon Tunggu... -

Selalu optimis akan hari esok yg lebih bagus :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Semesta Menjawab "Bawakaraeng, Sul-Sel Bersalju"

20 Juli 2012   03:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:46 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diawali dengan sebuah mimpi sekitar 10 bulan yang lalu. Tanggal 13-15 July 2012 merupakan moment yang sangat berkesan bagi saya selama tahun berjalan per pertengahan bulan Juli 2012, hiking ke salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Selatan yaitu Gunung Bawakaraeng yang ketinggian 2883 mdpl. Ini merupakan kali pertama saya melakukan hiking ke gunung tersebut. Yaa, itu merupakan awal dari sebuah impian, impian ingin menginjakkan kaki di puncak Gunung Bawakaraeng, impian ingin menghirup udara segara diatas awan, impian ingin berfose diatas awan. Hehehe. Saking agresifnya aku ke gunung tersebut, pekerjaan kantor yang merupakan responsible saya harus aku selesaikan ketika malam berangkat ke Gunung Bawakaraeng, nginap di kantor pun sempat kulakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sangat penting tersebut.

Berangkat dari kota Makassar sekitar jam 11.00 pagi menuju ke Lembanna, Malino. Tepatnya di Tinggimoncong kami singgah shalat jumat, sebelum melanjutkan perjalanan di Lembanna. Ternyata di Lembana sambutan senyuman teman-teman dari berbagai organisasi pencinta alam yang sudah menunggu. Ini awal dari kami untuk saling mengenal karena dalam rombongan kami masih banyak yang belum saling mengenal satu sama lain. Memulai perjalanan sekitar jam 02.00 siang.

[caption id="attachment_195172" align="aligncenter" width="597" caption="Persiapan doa bersama sambil menunggu teman-teman lain"][/caption]

Seperti biasanya sebelum berangkat kami melakukan doa bersama di start point demi kelancaran dan keselamatan perjalanan kami menuju ke puncak. Sekitar  jam 17.30 sore kami sampai di Pos 5. Di pos inilah kami menginap sambil menunggu teman-teman lain yang belum sampai di Pos 5 yang menjadi bagian dari anggota rombongan kami. Suasana kebersamaan memasang tenda-tenda penginapan semakin terasa akrab dan bersahabat.

[caption id="attachment_195174" align="aligncenter" width="522" caption="suasana kebersamaan memasang tenda di pos 5"]

13427525861215602583
13427525861215602583
[/caption] Di malam yang ditemani dengan hiasan api unggun dan headlight, kami berdiskusi riang dengan teman-teman pendaki di depan tenda yang kedinginan dengan suhu sekitar 150 C. Kami yang sebagai perdana ke Bawakaraeng, bisanya hanya mendengar sembari tersenyum-senyum memperhatikan cerita pengalaman dari teman-teman yang sudah sering ke puncak Gunung Bawakaraeng. Pagi yang cerah, matahari bersinar dengan kehangatan yang menyelimuti hawa dingin di Pos 5, walau angin tidak mau menampakkan dirinya tetapi kami tetap bersemangat untuk tetap berkreatifitas mengabdikan diri pada alam yang tercinta, untuk melanjutkan perjalanan ke puncak, tanpa mengenal lelah, walau sekecil debu tapi berharap karya kami yang meskipun kecil semoga bisa tetap bermanfaat bagi kita semua.

[caption id="attachment_195176" align="aligncenter" width="538" caption="Poto bareng di pos 5 sebelum melanjutkan ke pos selanjutnya"]

1342752725767972004
1342752725767972004
[/caption]

Keesokannya, tepatnya tanggal 14 July 2012 setelah sarapan dan packing, jam 10.30 kami melanjutkan perjalanan menuju ke puncak. Cerahnya cuaca dan indahnya pemandangan langit menemani perjalanan kami. Di pos 7, cuaca tiba-tiba berubah drastis, badai menghantam kami di pos itu sehingga memaksakan kami dengan rombongan bergegas meninggalkan pos 7 menuju ke puncak. Untungnya dari pos 7 ke pos 8, jalur yang akan kami lewati terlindung dari badai. Dari pos 7 keanehan mulai nampak, “ini air atau salju yaa, yaa ini salju, saljunya Bawakaraeng,” gumam ku sambil tersenyum. Semesta betul-betul menjawab ternyata di Gunung Bawakaraeng memang terkadang muncul rintikan-rintikan air dari langit yang hampir menyerupai salju-salju layaknya di negara-negara Eropa. Rintikan-rintikan air itu menemani perjalanan kami sampai di puncak. Sekitar pukul 17.00 sore kami tiba di Puncak Bawakaraeng (pos 10). Kami mulai berbagi aktivitas, ada yang memasang tenda, ambil air, mempersiapkan minuman-minuman hangat dan makan malam. Hantaman badai dan rintikan-rintikan air yang menyerupai salju itu berlangsung sampai tengah malam. Cuaca dingin yang semakin menusuk tulang membuat sebagian teman-teman tidak bisa tidur termasuk saya bahkan ada salah satu teman yang sempat mengigil sekitar jam 02.00 malam. Saya pun dan teman lain terbangun membantu meringankan kedinginannya dengan mencoba membakar lilin di dalam tenda seraya bercengkerama sampai pagi sambil ditemani seorang leader yang sudah sering kali ke puncak Bawakaraeng.

Waktu berlalu begitu cepat senda gurau tidak terasa sampai jam 5.30, kami shalat shubuh dan menuju ke tranggulasi puncak Gunung Bawakaraeng. Alhamdulillah, cuaca begitu bagus, keindahan awan dan sunrise serasa membuat kami terlupa akan kecapean selama perjalanan kemarin. Meskipun detektor suhu rekan kami menunjukkan cuaca 100 C pada jam 06.00. Sungguh luar biasa kedinginannya, serasa bermimpi berada di daerah salju. Hehehe....

Sorak riang bukan kepalang, berpoto-poto dengan berbagai style, baik single poto maupun poto bersama kian saling bergantian di puncak. Kurang lebih berlangsung sekitar 3 jam diatas puncak. Sungguh indah pemandangan di puncak Gunung Bawakaraeng. Subhanallah, sungguh luar biasa ciptaan Allah SWT. Tanaman bunga edelweis pun menghiasi keindahan disekitar tranggulasi Puncak Bawakaraeng. Cuaca juga yang begitu cerah, waktu pun menunjukkan pukul 10.00 pagi, kami mulai packing sambil memasak untuk persiapan kembali ke Lembanna. Namun, KPA dari Sengkang yang kami tunggu-tunggu baru saja tiba di puncak, mereka menghabiskan malamnya di Gunung Bawakaraeng tepatnya di pos 8, sebagian teman menemani mereka ke tranggulasi Puncak Bawakaraeng, sementara rekan-rekan lain melanjutkan perjalanan ke Lembanna, seperti biasanya sebelum berangkat kami melakukan doa bersama demi kesalamatan dan kelancaran selama perjalanan kami.

[caption id="attachment_195182" align="aligncenter" width="576" caption="Poto bareng di tranggulasi Puncak Bawakaraeng"]

1342753998226787670
1342753998226787670
[/caption]

[caption id="attachment_195183" align="aligncenter" width="616" caption="Berpose di bunga edelweis yang ada di puncak Gunung Bawakaraeng"]

13427540322122640349
13427540322122640349
[/caption]

[caption id="attachment_195184" align="aligncenter" width="527" caption="Sunrise di puncak Bawakaraeng"]

13427540671132336915
13427540671132336915
[/caption] [caption id="attachment_195185" align="aligncenter" width="576" caption="salah satu posisi tempat berpoto di puncak bawakaraeng"]
1342754097963094095
1342754097963094095
[/caption]

Tiba di pos 8 sekitar jam 12.00, kami istirahat sembari memasak dan menunggu rekan-rekan dari KPA Sengkang yang masih di puncak. Pukul 13.00 perjalanan dilanjutkan meskipun sebagian masih istirahat di pos 8 karena masih kecapean sehabis dari puncak. Menyusuri hutan dengan suasana riang sambil bersorak-sorak. Perjalanan kami agak sedikit terhambat karena tiga rekan kami mengalami cedera, tapi keputusan dari leader bahwa sebagian diperbolehkan saja melanjutkan perjalanan dan yang lainnya mendampingi teman-teman yang cedera. Dari pos 6 ke pos 5, salah satu rekan kami mengalami kerasukan, untungnya cepat diatasi.

Tepatnya pukul 17:00 kami tiba di pos 5, beristirahat sejenak sambil melaksanakan shalat Ashar kasar Dhuhur dan menunggu rekan-rekan lain yang belum tiba di pos tersebut meskipun sebagian juga sudah melanjutkan perjalanannya. Pukul 17:30 perjalanan pun dilanjutkan, dari pos 3 ke pos 2 kembali teman kami mengalami kerasukan. “Aku mau pulang”, katanya yang kerasukan. Leader bertanya, “mau pulang kemana???”.  “Mau kembali ke pos 6”, kata yang kerasukan. Kerasukan ini cepat kami setelah ada kesepakatan paranormal kami dengan korban. Kami sampai di Lembanna tepatnya pukul 21.30.

Perjalanan yang begitu mengasyikkan dan menyenangkan, semoga kami bisa kembali mendaki ke Gunung Bawakaraeng dengan suasana dan cuaca yang lebih bagus lagi. Meskipun aku merindukan badai yang disertai rintikan-rintikan yang menyerupai salju. Terima kasih yaa Allah, atas isin-Mu kami pulang dengan selamat dari pendakian Gunung Bawakaraeng. Semesta menjawab atas kehendak-Mu.

Salam :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun