Mungkin aku merupakan satu diantara kalian yang berpikir, sudah tak ada lagi kejujuran di jaman seperti saat ini.Kejujuran menjadi satu hal yang langka atau mungkin sudah punah.Tapi aku mungkin juga menjadi satu diantara kalian yang masih menghargai arti sebuah kejujuran.
Kemarin malam aku singgah ke salah satu tempat tongkrongan yang saat ini sedang banyak digandrungi oleh para kaula muda, sebuah mini market yang menyediakan tempat untuk bersantai bersama teman atau bisa juga bersama pasangan.
Malam itu aku datang bersama teman-temanku.Aku berbincang dengan mereka sembari asik bersms dengan temanku yang lain.Setiap kali berkumpul, kami selalu membahas apa saja menjadi sebuah lelucon.Bisa dibilang aku dan teman-temanku memiliki selera humor yang cukup lumayan, setidaknya bisa menghilangkan penat di dalam pikiran kami masing-masing.Hingga tak terasa malam semakin larut, tepat pukul 10 kami mengakhiri perjumpaan kami di malam Senin itu.
Sampainya di rumah, aku begitu terkejut, saat aku tak mendapati henpoku di tas, aku kelimpungan sendiri.Memang henponku bukan henpon yang memiliki nomor “pin”, namun yang membuatku kelimpungan adalah nomor henpon orang-orang yang ada di dalamnya.
Aku segera menelpon teman-temanku yang tadi sempat berkumpul denganku.Berharap salah satu dari mereka mengumpati henponku.Karena selain humoris mereka memang suka jail.Tapi setelah aku hubungi, mereka semua mengatakan tak mengumpati henponku.Aku percaya, karena sejail apa pun mereka, teman-temanku tak akan membiarkanku menjadi sepanik malam itu.
Aku coba menghubungi henponku yang hilang itu, dan tersambung! Suara wanita yang tak ku kenal mengangkat henponku itu.
“Halo,” uajrku, segera.
“Iya, halo.Ini saya baru saja ketemu henpon di meja mini market, Tanjung Duren,” terangnya.
“Iya, itu henpon saya, mbak,” sambarku, cepat.
“Saya masih di sekitar mini market, kalo mau ambil, saya tunggu di warung sate sebelahnya, yah,” ujarnya.
“Iya, mba sekarang juga saya ke sana,” tukasku segera mengakhiri pembicaraan.
Aku segera membawa motorku sekencang-kencangnya.Sesampainya di sana, aku kembali menghubungi henponku itu .Suara wanita yang sama menyapaku.
“Saya di depan warung sate, baju saya warna ungu,” ujarnya segera.
Yap, aku melihat dua orang wanita yang sedang menoleh ke kanan-kiri seperti menunggu seseorang, salah satu dari dua wanita itu berbaju ungu.Tidak salah lagi, pikirku.Aku segera memarkirkan motorku, lalu berjalan menghampiri dua wanita itu.
“Yang mau ambil henpon, ya?” tanya wanita berbaju ungu, ketika aku mendekatinya.
“Iya,”
“Ini, henponya,” ujarnya segera memberikan henponku yang nyaris hilang itu.
“Makasih banget ya, mbak.Tuhan memberkati,” ujarku.
“Sama-sama,” balasnya.
Akhirnya aku bisa bernafas lega, henponku bisa kembali ke tangan.Sebelumnya aku sama sekali tak bisa bernafas dengan leluasa, rasa panik membuat jantungku berdegup begitu cepat.Wanita berbaju ungu itu menyadarkanku bahwa kejujuran itu belum punah, kejujuran itu ternyata masih ada di jaman yang kata orang penuh tipu muslihat ini.
Meski henponku memang bukan henpon yang memiliki nomor ‘pin’, tetap saja jika wanita berbaju ungu itu tak mau jujur, ia bisa saja menonaktifkan henponkku dan mengambilnya.Sebab aku pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, bahkan harga henponku itu lebih murah dari yang sekarang.Tapi tetap saja henponku itu raib meski sudah beberapa kali aku hubungi.
Aku berharap kejujuran wanita berbaju ungu itu tetap ia pelihara dalam dirinya, agar ia bisa menjadi contoh dan saksi untuk banyak orang, termasuk diriku.Mungkin di jaman seperti saat ini, bersikap jujur terlihat naif! Bahkan aku pernah mendengar beberapa orang yang mengatakan “hari gini jujur? Gak bakal kaya”.
Namun bukan kah dengan bersikap jujur artinya kita telah menolong diri kita dari kosekwensi sebuah ketidakjujuran yang dapat menjerembabkan kita suatu hari nanti? Dan sebaliknya, bukankah sebuah hubungan bisa hancur karena adanya ketidakjujuran? Dan Bukankah negara ini pun hancur karena adanya ketidakjujuran? Ketidakjujuran akan mendatangkan kegelisahan dan kehancuran, tetapi jujur mendatangkan kedamaian.Memang sulit untuk bersikap jujur, namun sulit bukan berarti tidak bisa.Terus mencoba hingga akhirnya kita terbiasa.
***
Foto by : dusunlaman.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H