Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mencintai Toilet

17 Desember 2019   14:53 Diperbarui: 17 Desember 2019   22:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Seminggu sebelum acara penghargaan bagi para musisi tanah air itu dihelat, Tuti sebenarnya baru saja pulih dari luka hatinya. Belum sembuh benar memang luka itu. Tapi setidaknya tak lagi parah.

Edo, Kekasihnya, sang pengusaha muda sukses di bidang food and baverage itu, membatalkan pernikahan yang telah lama diimpi-impikan Tuti sebagai seorang perempuan berusia 30. Tak sekadar menggagalkan pernikahan, lelaki itu pun mengakhiri hubungan asmara yang  sudah 3 tahun mereka jaga.

Keputusan celaka itu ditenggarai oleh ketidaksetujuan Edo pada konsep pernikahan yang Tuti inginkan.

Waktu nyatanya tak cukup menyatukan keduanya.

Padahal, sepekan setelah Edo melamar Tuti di hadapan kedua belah pihak keluarga, siang-malam wajah Tuti  berseri-seri membayangkan konsep pernikahan itu. Tersenyum-senyum dia memandangi langit-langit kamar hingga pagi. Betapa akhirnya konsep pernikahan yang selama ini sekadar di angan-angan dalam hitungan bulan akan menjadi kenyataan.

Jantung Tuti berdebar tak sabar. Dan, pada makan malam romantis yang kali kesekian itu, Tuti mengutarakan konsep pernikahan tersebut. Edo terkesiap. Makanan yang ditelannya tersendat di kerongkongan dan tak ayal membuatnya keselak. Kekasihnya menginginkan konsep pernikahan bernuansa toilet? Selera makannya sekejap ambruk. Semua panganan mewah nan lezat yang terhidang di meja bagai menjadi makanan emperan jalan yang dikerumuni lalat.

"Jangan bercanda!" tandasnya

"Siapa yang bercanda?"

"Berarti kau sudah gila!"

Tuti terkejut. Tak dinyana Edo akan berucap sekasar itu padanya. Ini yang pertama kali dan rasanya seperti ditusuk sembilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun