Di sini kujumpai senja tengah sembunyi di bawah rindang pohon cemara,
lelah katanya setelah seharian memburu masa.
Tubuhnya yang mulai kecut dan ranggas
bahasakan betapa dunia ini buas dan bengis,
kemudian dari ransel yang terbuat dari kulitnya yang terkelupas
ia keluarkan skenario yang dibuatnya sendiri
dan memintaku untuk membacakannya:
"Sebentar lagi malam tiba, sudah waktunya aku pulang
dan menitipkan dua kata, buas dan bengis pada setiap pagi yang dilahirkan"
(2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H