Mohon tunggu...
Tajullail Dasuqi M.
Tajullail Dasuqi M. Mohon Tunggu... Penulis - Selain mengaji juga menulis puisi

Tajullail Dasuqi M. lahir di Sampang 07 Maret 1992.Ia alumni Pondok Pesantren Raudhotul Ulum Arrahmaniyah (RUA)Pramian Taman Sreseh Sampang, dan melanjutkan perjalanan suluknya di Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran Sidoarjo. Puisi-puisinya termaktub dalam beberapa buku, di antaranya: Aquarium &Delusi (2016), Mantra (2017), Merah Marhaban (2018), Mahar Siul (2018), Bangkalan Literary Festival 2018 (2018) dan terpilih dalam buku antologi puisi Sastra Reboan #3 (2018). sampai saat ini selain mengaji ia masih menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Sebuah Pengantar Buku Kinasih Terkasih

14 April 2022   21:35 Diperbarui: 15 April 2022   00:13 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KINASIH TERKASIH. Judul buku yang ditulis oleh Zahrassalam, merupakan buku kumpulan cerpen dan puisi. Berisi 5 judul cerpen dan 45 judul puisi yang ditulas dalam rentang waktu 2019-2022.

Sebagai penulis muda (pemula), Zahra telah memulainya dengan baik, ia memulai dengan hal-hal yang dekat dan sehari-hari. Sebagai seorang santri Zahra telah berhasil menangkap  khazanah-khazanah pesantren dari satu Halaqoh ke Halaqoh yang lain sebagai bahan atau informasi dalam tulisan-tulisannya. Namun di sini saya mencoba menjadi pembaca sekaligus apresiator puisi-puisi Zahrassalam dalam buku Kinasih Terkasih.

Dalam buku ini Zahrassalam membagi puisi-puisinya menjadi tiga bagian. Bagian pertama merupakan puisi-puisi yang ia tulis di tahun 2019, di bagian pertama ini Zahra tampak jujur dan apa adanya dalam puisi-puisinya. Hal tersebut bisa kita buktikan dalam puisi yang berjudul Manusia-manusi Dunia, berikut puisinya:


MANUSIA-MANUSIA DUNIA
1/
dunia ini penuh tipu daya
dibuat keblinger dengan penggunanya
dijadikan nyaman dalam hal yang bersifat sementara
2/
penghuninya penuh dengan topeng
yang tak lupa mereka jadikan polesan
sementara sifat itu menipu
3/
penghuninya tak peduli sesama
egonya menguasai jiwa
lunturlah keselamatan perasaanya
4/
penghuninya lupa cara berterimakasih
atas apa saja
yang telah dianugerahkan
5/
penghuninya selalu merasa kesepian
padahal mereka melupa
apa saja yang menghabiskan keluasan mereka
6/
penghuninya terlupa perihal perilakunya
selalu berkeluh kesah mengutarakan kelelahan
padahal tidak apapun mereka lakukan
sementara kotoran menyelimut
akan tetapi mereka tidak merasa
7/
penghuninya berkecil hati
untuk meminta dan menghamba
pada penguasa alam semesta
Pasuruan, 17 September 2019


Puisi di atas ditulis dengan bahasa yang sangat sederhana dan begitu saja. Dan jika kita ikuti dari baris ke bait puisi tersebut tampak seperti isi tausiyah yang dipotong-potong menjadi puisi.
Namun, semakin kita ikuti kesepian-kesepian Zahra dari satu kegelisahan ke gelisahan yang lain, dari satu kesunyian ke kesunyian yang lain, dalam proses kreatifnya, disadari atau tidak ia telah memasuki ruang sunyi yang semakin ramai, waktu kosong yang semakin panjang.

Dalam proses ini kemudian ia dipertemukan dengan ingatan-ingatan dan dimensi-dimensi puitik dan minta untuk ditulisnya sebagai puisi. Dan hal itu bisa kita rasakan dalam puisi-puisi yang ia tulis dalam rentang waktu 2020-2021. Berikut diantaranya.


AKU TERJEBAK
1/
aku terjebak di tengah hutan
berkawan dengan hujan
jauh dari kehidupan
2/
aku yang mengapung di atas lautan
dalamnya tak dapat diperhitungkan
tak temukan pertolongan
3/
aku memikul beban
setelah mematahkan serangan
dan tahu, mana kebenaran
4/
kami bersama tanpa keberatan
membalas penghormatan yang sepadan
coba acuhkan pertentangan
05.10.2020 M


Dalam puisi Aku Terjebak di atas, si penyair benar-benar telah terjebak dalam dunia kesunyiannya sendiri, bahkan ia telah dipertemukan dengan imajinasi-imajinasi liar dan bentuk metafora besar, juga diksi-diksi pilihan.

Puisi di atas sangat memperhatikan betul bunyi dan akhiran yang sama.
Sudah barang tentu ada pengaruh besar dari Nadzom-nadzom dalam struktur lahir (fisik) dalam puisi -puisi Zahrassalam. Kendati saya kira, Zahra lebih dekat dengan Qasidah Burdah dari pada puisi-puisi Indonesia, lebih kenal pada Ibnu Malik daripada WS. Rendra secara kekaryaan.
Selamat membaca dan berkarya.

Sampang, 14 April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun