Mohon tunggu...
Muhammad Ali Reza
Muhammad Ali Reza Mohon Tunggu... Guru - belajar sepanjang hayat

Setiap penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti. (Imam Ali Kw.)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bangku Itu Sudah Lapuk

28 September 2021   20:51 Diperbarui: 28 September 2021   20:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pandemi covid-19 belum usai. Namun sedikit-demi sedikit aktivitas masyarakat mulai kembali "normal". Tak terkecuali di dunia pendidikan, sudah mulai diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (selanjutnya disingkat: PTMT) itu pun dengan protokol kesehatan dan aturan yang ketat demi meminimalisir adanya kluster sekolah.

Memang, sudah beberapa minggu ini sudah dimulai PTMT itu pun dengan mereduksi jam belajar kurang dari biasanya dan semestinya. Jumlah siswa di kelas pun di bagi menjadi dua: sesi 1 dan sesi 2. Dibagi sesuai urutan alfabet pada absen.

Kondisi sekolah terutama kondisi kelas yang tak digunakan belajar cukup lama membuat hampir setengah bangku dan meja yang ada di kelas sudah lapuk. Entah itu karena tidak ada aktivitas manusia, atau usia kayu yang sudah tua. Lalu digerogoti oleh kumbang teter (di sunda namanya toko), sehingga tekstur bangku juga meja menjadi berlubang, keropos dan lapuk. Itu dapat terlihat dari banyaknya bubuk kayu yang sudah "menggunung" di bawahnya.

Ketika tadi jam pelajaran di kelas, sembari menunggu para siswa mengerjakan tugas saya menyapu lantai kelas. Menyisirnya dari satu baris ke baris lainnya, sembari permisi meminta siswa mengangkat kakinya ketika saya menyapu bagian kolong bangku dan meja.

Dahulu ketika saya belajar di Tasikmalaya, saya melihat guru saya menyapu lantai kelas yang kotor, sesekali memungut sampah yang berada di bawah dan beliau buang ke tempat sampah yang berada di luar kelas. 

Zakiah Daradjat menulis, bahwa dalam pembinaan mental dan perkembangan kepribadian, sangat diperlukan adanya suatu tokoh yang akan diteladani dan dicontoh. Tokoh itu disebut juga pribadi teladan (the ideal person). (Zakiah Daradjat: 2001)

Siapkah tokoh yang patut diteladani? Untuk apa kita meniru seorang tokoh? Bagi seorang muslim, tentunya contoh teladan (uswah alhasanah) adalah Nabi Muhammad saw. Bagi seorang anak, orang tua adalah pribadi teladan itu dan bagi siswa di sekolah, para guru adalah pribadi teladan tersebut.

Ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi, "Ya Rasululloh, Maa diinu?" (Ya Rasululloh, apa agama itu?)

"Addinu huwa husnul khuluk" (Agama itu adalah akhlak yang baik).

Bukankah Rasulullah itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia (innama bungistu li utamima makarimil akhlak).

Walhasil, ingatan mengenai guru saya yang menyapu lantai kelas masih tersimpan dalam ingatan dan tentunya menginspirasi saya yang masih remaja saat itu. Dan saya mempraktekan itu sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun