Mohon tunggu...
tajak rimba
tajak rimba Mohon Tunggu... -

saya seorang petani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reka, Si Mungil yang Hilang

22 Februari 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cepat,ikuti dia"ketika terdengar derit pintu dibuka lalu ada bunyi klik pertanda bahwa pintu kembali lagi ditutup.Suara ibu memecah bunyi rintik hujan yang jatuh diatas bubungan rumah.Cepat sekali ia menyelesika doanya setelah magrib.
Kali ini aku memang benar-benar tak berani membantah perintah ibu.Doaku yang tinggal separuh lagi cepat kutanggalkan.Kusambar lampu senter yang bergantung didinding.Takut jikalau diluar nanti listrik padam.

Satu persatu rintik hujan yang masih gerimis sisa sisa hujan deras tadi sure membasahi rambutku.Lalu titik titik itu mengalir jatuh kemata.Aku mengusapnya , lampu senter ku apit diketiak.Aku berjalan sambil memperbaiki payung yang usianya sudah ujur.Perlu waktu dan kehati hatian membukanya.Sementara kakiku terus melangkah tergesa .Menyusul sesosok bayang  didepan sana.

Kudekatkan payung kearah kepalanya.Kami berpayung berdua .Ditengah hujan gerimis setelah sholat magrib.Sesekali kunyalakan lampu senter,menyorot diantara seluk bangunan,kadang disudut sudut manapun yang gelap tak terterangi lampu listrik disamping jalan.Sekali- kali dia mengiringi sorot sintar yang kuarahkan.Lain kali dia juga mengarah kan pandangannya ke lain sudut.

"Kemana lagi aku harus mencari siReka?"Sebuah pertanyaan diajukannya dengan nada datar penuh keputus asaan.Sebuah pertanyaan yang ia takkan memperdulikan aku akan menjawab atau tidak.Sebuah pertanyaan yang jika aku menjawab tentang sebuah   kepastian ,jawaban yang jika aku menuruti kemauan tujuan pertanyaannya, ia akan melonjak kegirangan.Mengalahkan gigil yang mendera tubuh,mengalahkan rintik gerimis.

Dibawah payung ,selepas magrib,hujan lebat sore tadi masih menyisakan gerimis.Aku menggigil ketika angin berhembus,kupegang erat erat gagang payung yang hampir terlepas.Tempias air hujan menerpa wajah.Lagi lagi lampu senter kuapit kan keketiak,agar aku bisa mengusap wajah,lalu menggosok-gosokkan mataku yang terasa perih karena air hujan.Sementara ia,sosok yang disampingku tak bergeming oleh dingin yang menggigil.Matanya nanar mencari disudut sudut gelap.

Isya hampir tiba, tapi kami tidak menemukan reka.Kami sudah jauh berjalan. Pos ronda,warung warung dipinggir jalan dan pasar,surau ,mesjid,lorong lorong gelap,kolong kolong meja kursi warga diteras rumah, hingga bawah rumah panggung warga.Tak luput dari sorotan lampu senter kami.Tapi kami tidak menemukan Reka.

"Kasian sekali kamu Reka, pasti kamu kedinginan.Kemana kamu perginya Reka.?"Selalu saja itu yang ia bicarakan.Entah seberapa berarti sekali sosok yang bernama Reka tersebut dihatinya.

---------    *******************    -----------------

Jujur sekali aku sebenarnya sangat tidak menyukai sosok yang bernama Reka.Tapi ketika aku melihatnya menangis, ketika sudah dua hari sosok Reka tidak muncul .Aku benar benar tidak tega melihatnya.Aku berharap saat seperti ini sosok Reka datang tiba tiba dari kegelapan dan langsung menyapa.Ah betapa gembiranya ia. Aku juga akan ikut gembira melihat ia gembira.

"Biarlah reka menghilang,mungkin ia sudah jadi milik orang lain.Bukankah banyak pengganti yang lebih baik dari Reka.Nanti aku akan bantu mencarikannya".

"Tidak aku sudah jatuh hati sama reka. Aku tak mau yang lain.Mereka itu jahat karena telah menyesatkan Reka."Kini ia mulai menuduh yang lain,penyebab reka menghilang.

Dua minggu yang lalu,sosok Reka datang begitu tiba tiba.Rumah kami yang letaknya persis diperempatan jalan,.perempatan jalan yang banyak sekali orang lewat. Datang menunggu lalu pergi,atau datang tanpa menunggu lalu pergi.,lewat lalu berhenti sekedar lalu pergi dengan tergesa gesa.Orang-orang yang lewat ,perempatan yang ramai dimana kami sudah terbiasa denga sesuatu yang datang,lalu sesuatu yang pergi.

Aku tak mngerti kenapa keponakan ku itu sangat begitu menyukai reka.Tubuhnya hitam,bahkanteramat sangat hitam .Matanya sangat sayu dilengkapi dengan tubuhnya yang kurus menandakan ia kurang gizi ,kurang makan.Ditambah dengan suaranya benar benar membuat aku begitu membenci dengan.reka

Perlu waktu lama dan kegigihan untuk meyakinkan kami ,agar kami mau menerima Reka dirumah ini.Seringnya perdebatan singkat,dan sedikit omelan ibu,nenek dari keponakanku.Akhirnya kami pun menyetujui kehadiran Reka dirumah kami.Hatikupun jadi luluh dan dan aku menyarankan agar Reka diberi susu agar tubuhnya gemuk.

Tak ada hal hal yang sangat unik pada Reka.Tapi berkat keberadaan Reka dirumah kami, ponakanku yang dulunya malas jadi rajin.Pagi pagi yang biasanya dibangunin, tapi kali ini dia bangun sendiri.Pernah suatu ketika ia tidur siang .Tiba tiba terdengar suara reka melengking.Cepat ponakanku meloncat dari tidur

"Kenapa,ada apa dengan reka." Sambil dia mendekati Reka yang sedang ketakutan dipujuk dinding.

"Aku tak melihat ,tadi dia mengendus endus kakiku lalu terinjak" kataku.

"Makanya kalau jalan hati hati,kasian reka"kata ponakanku emosi.

Kini gerimis kembali semakin menebal.Mungkin hujan lebat akan kembali seperti sore tadi.Tapi sireka belum juga ketemu.Ya sireka nama yang manis . Nama yang diberikan oleh ponakanku pada seekor anak kucing ,yang tersesat dua minggu lalu. Tapi sudah dua hari ini menghilang.Mungkin siReka tersesat . Atau dia sudah kembali pada pemilik asalnya.Tapi ponakanku tak pernah menyerah mencari Reka.Reka sianak kucing berwarna hitam legam,bertubuh kurus,dengan suaranya yang parau,pelengakap bahwa ia itu kekurangan gizi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun