Desa Pingit, sebuah desa kecil nan asri di Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menyimpan cerita indah tentang keimanan dan persaudaraan. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, semangat keagamaan tetap berkobar, khususnya di kalangan Muslimat dan Fatayat NU setempat. Salah satu manifestasinya adalah pengajian selapanan yang rutin digelar, menjadi perekat ukhuwah dan sumber berkah bagi seluruh warga.
Tepat pada hari Ahad Pon (22/12/2024), pengajian selapanan yang diselenggarakan setiap delapan hari sekali, digelar di Dusun Gilingan RT 01/06, Pingit, Pringsurat, Temanggung. Selapanan ini bukanlah sekadar pertemuan rutin. Lebih dari itu, ia merupakan wadah untuk memperdalam ilmu agama, mempererat tali silaturahmi, dan saling berbagi dalam suasana penuh kekeluargaan. Pengajian selapanan ini biasa digelar di balai desa atau rumah warga secara bergantian, para jamaah Muslimat dan Fatayat NU Desa Pingit berkumpul, membacakan ayat suci Al-Qur'an, mendengarkan tausiyah, dan bermunajat kepada Allah SWT.
Kehadiran pengajian selapanan ini sangat berarti bagi warga Desa Pingit. Bagi para ibu-ibu Muslimat, pengajian ini menjadi ruang untuk menimba ilmu agama, meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka belajar tentang tata cara ibadah yang benar, Â mendapatkan pencerahan tentang berbagai permasalahan keluarga dan kehidupan sosial, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan.
Sementara itu, bagi para kader Fatayat NU, pengajian selapanan menjadi sarana untuk meningkatkan kapasitas diri dalam berorganisasi dan berdakwah. Mereka belajar tentang strategi dakwah yang efektif, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, dan mengasah kemampuan dalam mengelola kegiatan keagamaan. Melalui pengajian ini, mereka juga dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, Â sehingga dapat lebih optimal dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya.
Lebih dari sekadar pembelajaran agama, pengajian selapanan juga menjadi tempat bertemunya berbagai kalangan. Terlepas dari perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan usia, semua jamaah merasa setara dan saling menghormati. Suasana kekeluargaan yang hangat tercipta, Â membuat setiap pertemuan terasa istimewa dan penuh makna. Di antara bacaan ayat suci dan lantunan shalawat, terjalin ukhuwah Islamiyah yang kuat, yang dapat menyatukan hati dan jiwa para jamaah selapanan tersebut.
Tidak hanya itu, pengajian selapanan juga memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Para jamaah yang telah mendapatkan ilmu dan pencerahan dari pengajian, mencoba untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lebih peduli terhadap sesama, Â aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan ikut serta dalam membangun desa Pingit menjadi lebih baik.
Salah satu contohnya adalah kegiatan bakti sosial yang sering dilakukan oleh para jamaah Muslimat dan Fatayat NU setelah pengajian. Mereka sering membantu warga yang membutuhkan, seperti memberikan bantuan sembako kepada keluarga kurang mampu, melalui adanya koin Nu atau infaq yang ditarik pada saat acara berlangsung, dan ikut serta dalam kegiatan pembersihan lingkungan. Tindakan-tindakan nyata ini menunjukkan bahwa pengajian selapanan tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga pada aspek sosial kemasyarakatan.
Keberhasilan pengajian selapanan di Desa Pingit tidak terlepas dari peran para tokoh agama dan para pengurus Muslimat serta Fatayat NU. Mereka berperan sebagai penggerak dan pembimbing, menciptakan suasana yang kondusif dan memotivasi para jamaah untuk aktif berpartisipasi. Komitmen dan keikhlasan mereka dalam menjalankan tugas menjadi kunci keberlanjutan pengajian ini.
Organisasi Fatayat NU dan Muslimat NU ranting Pingit, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, memiliki peran penting dalam pemberdayaan perempuan dan keagamaan di tingkat desa. Kedua organisasi ini, meskipun berbeda, saling melengkapi dan berkontribusi dalam memajukan masyarakat. Fatayat, dengan fokus pada kaderisasi dan pengembangan potensi perempuan muda, berpotensi besar untuk melahirkan generasi penerus yang tangguh dan berwawasan. Sementara Muslimat, dengan pengalaman dan jaringan yang luas, berperan sebagai pilar utama dalam kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Keberadaan kedua organisasi ini sangat krusial untuk menciptakan masyarakat Desa Pingit yang lebih maju, religius, dan berdaya. Semoga sinergi dan kolaborasi antara Fatayat dan Muslimat NU di Desa Pingit terus terjaga dan semakin berkembang untuk kemajuan bersama.
Ke depan, diharapkan pengajian selapanan di Desa Pingit dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Dengan tetap menjaga semangat ukhuwah Islamiyah dan komitmen untuk menyebarkan berkah, Â pengajian ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam membangun masyarakat yang religius, solid, dan berdaya. Semoga pengajian selapanan ini senantiasa menjadi cahaya penerang bagi Desa Pingit dan sekitarnya, menuntun menuju kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H