Jokowi dan Rocky Gerung: Antara Air dan Api
Â
"Dungu", "Bajingan Tolol" adalah kata-kata yang disemburkan oleh seorang bernama Rocky Gerung kepada Presiden Joko Widodo. Pemilihan diksi ini bagi seorang RG tentu dimaksudkan untuk menimbulkan perhatian akan apa yang mau disampaikan.Â
Dapat dikatakan di satu sisi, RG adalah seorang orator ulung, yang mau membangkitkan semangat para pendukungnya dan kemarahan dari lawannya.Â
Diksi ini mungkin keluar secara spontan karena keasyikan seorang yang mendapatkan panggung dan ingin mendapatkan panggung lebih. Bagaikan seorang yang mengkonsumsi narkoba, dosisnya harus makin lama lama ditambah, agar efeknya jangan menurun tetapi makin naik.Â
RG yang seorang yang non-muslim tetapi diundang oleh kalangan Muslim (sebagian besar yang berseberangan dengan pemerintahan) karena dianggap bisa menyuarakan kemarahan dan keinginan mereka. Mereka yang biasanya sangat anti kepada non-muslim, sekarang memakai suara seorang  RG untuk menyerang, mencaci maki presiden dan pemerintah dengan dibungkus, kebebasan akademis, kebebasan berbicara, akal sehat, dan demokrasi.Â
RG mampu memerankan dan terbius memerankan peran untuk memberikan semangat dan membakar kemarahan kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. RG terus memancing dengan membakar api kemarahan dan kebencian yang dibungkus dengan kata-kata logis akademis yang tak boleh dibungkam oleh siapa pun. RG bagaikan api yang menyala, yang dipegang oleh sekelompok orang untuk tetap menghidupkan semangat mereka yang merasa tidak berdaya.
Jokowi sebaiknya memerankan sikap yang sebaliknya. Kalau RG bagaikan api, Jokowi seperti air yang tenang mengalir dengan alami. Jokowi sebagai presiden punya semua orang dan sarana untuk "membungkam" dan "menghancurkan" semua musuh tetapi sepertinya Jokowi tidak memakainya secara langsung. Jokowi ingin membuktikan kebenaran yang abadi bahwa kebatilan dan kejahatan pasti akan kalah terhadap kebenaran dan kebaikan.Â
Api boleh menyala, nampak menakutkan, mengintimidasi, dan ponggah tetapi ketika bertemu dengan air biasanya akan padam dengan sendirinya.
Jokowi dipancing dengan mempersoalkan ijazahnya yang sudah dibuktikan ada dan sah oleh yang berwewenang. Mereka ingin memancing Jokowi ke ruang sidang, agar dapat diserang. Tetapi Jokowi mengganggap orang-orang tersebut adalah seperti angin lalu, tak ada Jokowi bergeming dan menganggap mereka ada. Demikian juga RG memancing Jokowi untuk mengadukan dia secara pribadi sehingga bisa berhadapan di pengadilan, tetapi Jokowi mengatakan: RG hanyalah hal kecil yang tak menganggu apa-apa baginya.Â
Saya urus yang lebih penting yaitu berkarya, demikian Jokowi menunjukkan tingginya spiritualitasnya yang membuat RG yang dianggap pintar menjadi rendah dan bodoh. Kita akan melihat pada akhirnya RG sebagai api yang liar akan padam oleh Jokowi yang bagaikan air yang tenang tetapi selalu mengalahkan angkara murka. Air yang tenang bisa menghanyutkan, demikian kata peribahasa.Â