Mohon tunggu...
Muhammad Miftahuddin
Muhammad Miftahuddin Mohon Tunggu... Lainnya - manusia pembelajar

Seorang manusia yang tidak pernah puas untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati Bukan Merah Tapi Hitam

13 Mei 2020   11:53 Diperbarui: 17 Mei 2020   05:54 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : http://claesjohnson.blogspot.com/)

Setiap manusia pasti pernah menerima atau memberikan nasihat baik itu dalam bentuk tulisan, gambar, suara atau video. Nasihat yang diterima bisa karena hasil pencarian pribadi atau menerimanya dari orang lain, apapun itu tidak mungkin di dunia ini ada manusia yang tidak pernah bersentuhan dengan nasihat.

Bicara tentang nasihat, berarti bermuara kepada hati. Setiap orang yang sedang menerima nasihat berarti hatinya sedang disentuh oleh hati orang lain. Reaksi terhadap nasihat berbeda-beda antar individu namun memiliki pola yang sama. Ada yang menerima nasihat tersebut kemudian melakukan perbaikan, ada yang menerimanya namun masih pikir-pikir untuk memperbaiki, ada yang menolaknya namun masih memberikan rasa hormat kepada yang memberikan nasihat dan ada juga yang menolaknya mentah-mentah.

Hati di sini bukan organ tubuh yang selama ini kita pelajari di pelajaran Biologi yang berwarna merah itu (baca : liver). Namun, yang saya maksud hati adalah unsur yang membedakan antara manusia dengan hewan (baca : heart) seperti akal dan jiwa namun yang dimaksud hati bukan jantung juga ya, hehehehe…. ribet amat yah. Ya tapi maksudnya bukan yang di pelajaran Biologi.

Sebuah nasihat merupakan cahaya yang bersumber dari Allah SWT walaupun mungkin melalui perantara manusia baik itu langsung ataupun tidak langsung. Hal ini seperti yang tercantum dalam QS Al Hadid (57) ayat 28.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَءَامِنُواْ بِرَسُولِهِۦ يُؤۡتِكُمۡ كِفۡلَيۡنِ مِن رَّحۡمَتِهِۦ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ نُورٗا تَمۡشُونَ بِهِۦ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  ٢٨

28.  “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kaitan hati dengan agama sudah sangat jelas dan banyak dalil yang telah disampaikan oleh para ulama. Namun, saya coba mencari sudut pandang lain. Bagaimana kalau hati ini kita tinjau secara filsafat ilmu fisika. Sepertinya menarik…. Yuk mari kita mulai.

Dalam Surah Al Hadid di atas dikatakan bahwa agama Islam (baca nasihat) merupakan cahaya. Nah, dalam ilmu fisika cahaya sendiri merupakan objek yang memiliki sifat dualisme. Cahaya bisa sebagai gelombang elektromagnetik dan juga bisa sebagai partikel. Namun, sebelum melangkah lebih jauh kita harus sepakat dulu. Cahaya disini bukan cahaya yang kita kenal dengan panjang spektrum dari panjang gelombang 400 sampai 700 nm (baca nano meter).

Cahaya yang sampai masuk ke dalam hati rentangnya melebihi data empirik di atas. Karena dalam QS An Nuur ayat 35, Allah SWT telah menyatakan bahwa cahaya ini di atas cahaya, sebagai berikut:

۞ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ ٱلۡمِصۡبَاحُ فِي زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوۡكَبٞ دُرِّيّٞ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٖ مُّبَٰرَكَةٖ زَيۡتُونَةٖ لَّا شَرۡقِيَّةٖ وَلَا غَرۡبِيَّةٖ يَكَادُ زَيۡتُهَا يُضِيٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٞۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ  ٣٥

35.  “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Cahaya di atas cahaya, yup betul mungkin spektrum cahaya (400 s.d. 700 nm) atau spektrum gelombang elektromagnetik (0,0001 s.d. 100 m) yang kita tahu selama ini belum ada apa-apanya. Mungkin sebenarnya spektrumnya lebih panjang dan lebar daripada yang kita ketahui selama ini. Bayangin aja, cahaya Allah kan harus merambat melewati tujuh lapis langit kalau panjang gelombangnya cuma antara 0,0001 s.d. 100 m mungkin cahayanya sudah nyangkut kayak layangan di atas genteng.

Kemudian, di Surah An Nur di atas. Allah SWT juga memberikan perumpamaan seperti sebuah lubang yang tak tembus. Bicara masalah lubang, di fisika ada loh yang membahas kaitan cahaya dengan lubang di “Benda Hitam” atau “Black Body” dalam literatur luar negeri. Sampai sini kita pasti kagum bagaimana Al Quran yang turun sekitar 1400 Masehi sudah membicarakan tentang lubang pada benda hitam yang baru pada tahun 1900 oleh Max Planck baru disinggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun