Indonesia adalah negara yang terdiri dari begitu banyak etnis. Negara yang memiliki keragaman mutlietnik seperti Indonesia dihadapkan dengan dilematisme sendiri, di satu sisi dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang besar namun di satu sisi dapat menjadi ancaman. Mengapa bisa menjadi ancaman? Adalah karena keberagaman etnis artinya juga terdapat keberagaman ideologi. Sewaktu waktu keberagaman ini dapat bertumbukan dan menyulut api pertentangan.Â
Mungkin di beberapa daerah pedalaman masih banyak etnis yang belum bersinggungan dengan etnis lain. Hal tersebut akan sangat mustahil terjadi di kota. Kota yang memiliki aktivitas yang begitu sibuk akan menyebabkan individu bersinggungan dengan individu lainnya. Tak pelak maka akan terjadi interaksi antar individu yang memiliki etnis yang berbeda. Dalam kehidupan bersama, berbagai dengan etnis yang memiliki latar belakang berbeda tersebut akan mengalami suatu hubungan timbal balik.
Keberagaman etnis yang terjadi di kota ada beberapa penyebab, salah satunya adalah karena daya tarik kota yang menjanjikan penghasilan yang besar serta fasilitas umum yang lengkap. Ini menyebabkan banyaknya pendatang dari daerah di luar kota masuk ke kota. Pendatang tersebut tak jarang berasal dari provinsi yang berbeda dari kota tersebut, bahkan dari luar pulau. Yang tentunya para pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis yang berbeda dengan orang asli kota tersebut.Â
Fenomena ini dapat kita lihat terjadi salah satunya di kota-kota di pulau Jawa. Banyak sekali pendatang dari luar pulau yang datang untuk mengadu nasib maupun dengan tujuan pendidikan. Paling jelas terjadi di kota Jakarta. Banyaknya pendatang ke kota Jakarta dapat dibuktikan pada hari raya Lebaran. Kota Jakarta menjadi sangat sepi ditinggalkan penghuninya pulang kampung.
Selain karena daya tarik kota, beragamnya penduduk di kota juga disebabkan karena adanya transmigrasi yang dilakukan pada masa pemerintah Belanda maupun pada pemerintah Orde Baru. Pada transmigrasi ini fenomenanya kebalikan daripada paragraf sebelumnya, kali ini justru masyarakat dalam pulau Jawa yang dipindahkan ke luar.Â
Salah satu yang menjadi tujuannya adalah kota-kota di Pulau Sumatra. Dan salah satu daerah yang menjadi favorit adalah Lampung. Hal tersebut karena pada saat itu Lampung masih memiliki cukup banyak lahan kosong dan letaknya dekat dengan Pulau Jawa dibanding kota kota di Sumatra lainnya. Karena adanya transmigrasi tersebut menyebabkan terjadinya keragaman etnis di Lampung. Karena para pendatang bukan hanya suku jawa namun juga sunda, bali, madura, dan lain-lain.
Dalam setiap hati para individu dalam suatu etnis pastilah kebanyakan menganggap bahwa etnisnya lebih baik dari etnis yang lain. Mungkin dalam lingkup kelompoknya hal itu dapat dilakukan. Bila ruang lingkupnya adalah kota maka hal tersebut tidak dapat dilakukan. Etnis jawa tidak bisa egois kemudian menggunakan bahasa jawa untuk bicara kepada etnis madura, maupun sebaliknya.Â
Kecuali lawan bicara memiliki pemahaman yang sama. Suatu etnis juga tidak dapat memaksakan budayanya agar dipakai oleh etnis lain. Hal ini yang menjadikan kota sebagai melting pot yaitu tempat di mana terjadinya pembauran. Dalam hal ini adalah pembauran masyarakat. Masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain meskipun memiliki latar belakang yang berbeda. Salah satu contohnya berbaur dalam bahasa. Di kota kebanyakan bahasa daerah digunakan hanya oleh orang-orang tertentu saja, seperti antarindividu yang memiliki latar belakang etnis yang sama atau memiliki latar belakang etnis yang berbeda namun memiliki pengetahuan akan bahasa daerah yang sama.
Dalam adat kebiasaan pula terjadi pembauran. Tak jarang para pendatang budaya yang ada di kota tersebut. Contohnya di kota Jakarta, dalam keseharian banyak penggunaan kata ganti orang pertama (aku/ saya) dan kata ganti orang kedua (kamu/ kau) itu menjadi gua/gue dan lu/lo. Orang dari luar kemudian nantinya akan menyesuaikan, yang tadinya mungkin menggunakan aku atau saya kemudian mengikuti menjadi gua atau gue, begitu juga dalam penggunaan kamu/kau menjadi lo/lu.
Pembauran tersebut tentunya tidak akan terjadi tanpa adanya sikap toleransi. Dengan adanya sikap toleransi dalam hati masing-masing individu maka akan mudah menerima dan berbaur dengan masyarakat lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H