Di tanah gersang Hening tak lagi mampu menemukan titik persembunyian. Ia terpasung beku dalam bening bisu di balik reruntuhan.
Langit adalah tempat persembunyian rasa sakit. Usai detak waktu tak lagi mampu mengeja jejak tunggu. Padamu.
Bulir-bulir sepi terjatuh di sela riuh rasa. Mengalir hening tanpa kata. Air mata.
Aku melihat bayang malam menerkam langit jingga. Menenggelamkan garis senja di ufuk jiwa. Luka.
Entah apa yang disembunyikan sepi. Mungkin ia terlelap meracik mimpi, atau terlena mengarsir sketsa pagi.
Hujan adalah titik ternyaman membasuh jejak luka. Hujan pun mampu menjadi bilik persembunyian air mata.
Hai, mas... Bagaimana kabarmu hari ini? Heheh. Lama tak menyapamu. Ehem...
Denting waktu tak lelah merapal mantra bisu. Menawarkan helai-helai keluh memakamkan gagu. Abu tunggu.
Sepasang mata tua milik Ari menatap ke arah pintu. Mataku menatap seraut wajah menahan lelah di hadapanku. Dan, akupun setuju. Ari sudah berubah.
Namaku Salah. Nama pemberian dari seorang lelaki yang biasa kusapa ayah.
Silakan tilik catatan atau memoir pendahulu bangsa. Akan terajut benang merah yang sama: "Bangsa ini hadir, karena rasa cinta, bukan bibit benci!"
Aku mengeja bibirmu. Namun, bulir rasa tak kuasa membungkam airmata.Terbata, akupun mengejaMu. Merajut pinta, Kau jaga ibu.
Kisah itu, memang tak ada dalam buku sejarah. Tapi peristiwa itu sudah menjadi sejarah!
ombak datang dan, mendekat sesaat menyapa tepian nan pekat kemudian, menjauh pergi dan kembali tanpa menimang butiran janji
"Pergilah!"Ujarmu kepada rindu yang membatu. Dan, aku mereguk butir-butir tunggu.
Aku hanya bersamamu. Hingga detak waktu, tak lagi mengizinkan aku berbagi tetes terakhir embun senja. Untukmu.
Aku lupa! Sepotong pensil sepanjang jari kelingking, sedari tadi terselip di daun telinga. Tergesa, kutulis kata "HANTU".
Di tepi pagi. Setengah langit sibuk membendung mendung. Membujuk angin memeluk rinai hujan yang murung.
sepasang anak ayam sibuk berlarian di dalam kandang baru, berbahan kayu dan bilah bambu. Sesosok tubuh mungil memilih diam menatap kandang ayam.
Ia datang bersama separuh waktu. Kemudian mengutip ayat-ayat semesta.