Aku ingin bersamamu mengeja bisik doa. Hari ini, esok hingga gulir waktu mengukir jeda. Untuknya.
Yang kau sebut rumah:Pintu majal kayu jati ukiran selera tempo dulu, atau hiasan terali mozaik kaku.
Sebaris kalimat panjang kaku, terpajang beku diretas ruang bisu
embun telah menelantarkan bisikan sepi pagi. Agar riuh janji betah bertamu di selasar mimpi.
Aku membaca pesanmu. Dan, gulir waktu hanya menyisakan ruang tunggu. Membiarkan hasrat temu ditutupi debu.
Kau tak lupa, jika hari ini ada ada Quiz Mystery Challenge, kan? Aku mesti belajar. Biar bisa menjawab kuis itu dengan lancar.
Aku menitip bisik pada potret usangmu: Ibu, masihkah gemuruh dadamu milikku?
Biarlah membatu. Biarkan kupahat ragu satu pertanyaan gagu. Adakah kabarmu untukku?
Lima tahun lalu. Bapak bukan tertidur saat perjalanan pulang dari Daspetah menuju Lais. Tapi bapak pergi menyusul ibu dalam bisu.
Film Surga yang Tak Dirindukan, yang dikemas sebagai film Religi ini, kuanggap sebagai bentuk antitesa dari konsep baity jannaty
Menjadi rahasia umum, mi instan adalah menu andalan anak kos, tah? Kekadang, bukan lagi sebagai menu alternatif, tapi menu favorit pengganjal perut!
Pasti sedih, memangku jabatan sebagai ayah, namun anak-anak malah lebih dekat dengan sosok lain yang dianggap sebagai sosok ayah ideal anak, kan?
Anak-anak sekarang tak lagi punya waktu untuk saling berinteraksi, sebab waktu mereka acapkali didominasi aneka aplikasi yang ditawarkan oleh gadget.
Berpuasa itu tak hanya tentang menahan lapar dan haus. Tapi adalah sebuah seni! Seni untuk beradaptasi, Seni menahan diri, dan seni bertahan.
Tua bukan tentang usia, tak pula batasan masa. Tapi sirat jiwa untuk menakar cara. Kau sudah mengenal-Nya?
Tak seperti nyala bara di tungku. Saat perapian padam, yang bersisa abu pembakaran berwarna kelabu. Lampu langit padam meninggalkan gelap. Dan senyap.
Terbata aku mengenal aksara, tertatih mengeja kata demi kata, hingga letih logika menulis angka. Ujarmu: Teruslah berlatih, agar terlatih!
"...Mas! Kau tahu yang paling kutakutkan dari pada semua kehilangan? Dilupakan!"
Kau lupa? Pusaran kehidupan adalah titik singgah.
Kujaga segaris senyum itu semampuku. Di antara genangan mata air mata bisu. Untukmu.