Angin Mammiri masih sepoi sejuk menerpa ragaku sore ini. Di bawah aksara B dari BUGIS yang berdiri kokoh di anjungan Pantai Losari, aku pandangi laut
Kembali kardus diejek dan diejaAgustus lalu jendral dicelaDesember, kotak suara dicerca dan dibelaTahun berikutnya, entah apalagi yang dihelaKardus ki
Setelah sontoloyo kemudian tampang BoyolaliKini genderuwo diulang berkali-kaliOleh petahana, sindir politisi yang tak bernyaliPolitikus umbar takut, b
Masih bercerita tentang kursiYang kemarin suka dielus pagi-pagiKarena wanita dan harta didekapnya dini hariMalam ini aku ingin membaginya kembaliKali
Aku empuk asyik ditepukKadang digoyang diputar-putarSesekali mendesah Tahun depan aku ramai digoyangTampin ditaruh dimana-manaJanji diumbar keman
Kali ini aku ingin berpuisiBukan tentang hujan yang berderaiAtau konflik pilkada yang belum hentiIni tentang janji yang tak ditunaiTentang pemimpin pi
Entah mengapa kurasa tak menentuSemenjak aku mengenali dirimu, sayangTerbayang-bayang wajahmu di matakuHingga tersentuh rasa indah di kalbuapakah arti
Umurnya sekarang hampir 25 tahun, 11 Maret nanti tepatnya. Sepanjang 20 tahun, namaku melekat di belakang namanya. Atma Nur Ihsan. Dia bukan anak kand
Ini adalah pertemuan ketigaku dengannya. Tak ada yang istimewa. Meski kegugupan melingkupiku saat itu, itu hal wajar bagi orang yang baru saling menge
Hujan begitu deras sejak subuh mengganti malam mengiringi alih muka Dewa Janus. Ini tahun pertamaku di kota ini. Sekiranya aku diterima di Program Pas
Ada tiga resolusi terbesarku tahun ini: segera menyelesaikan studi, bekerja dan menikah. Pragmatis sekali. Iya, mungkin aku sudah menjadi pengikut Pie
Tik.. tik...Suara tetesan air, terdengar jelas. Hujan belum menemui usai sejak sayup-sayup shalawat melantun di subuh yang hening. Sekiranya seperti k
Siang, teriknya seperti berkumpul. Terhimpun di ubun-ubun. Lena tak kutemui meski sejenak. Bahana sengangar menyeruk diseluruh ruang waktuku. Dan tida
Mungkin malam ini yang panjang untukku. Banyak hal yang mesti aku siapkan dan harus kutuntaskan, malam ini adalah malam terakhir di bulan Juli yang ak
Tak sekedar minggu apalagi hari, bilangan bulan pun terlampui. Aku dengan Kompiasana jarang kusenggamahi, mesti masih sering kuterawang narasi-narasi
Bahagia ini masih menghijau Subur tumbuh tak sisakan ragu Di padang yang baru kita pagu Kita, tentang cinta tak temui gagu Berbilang hari kita te
Surya semakin menyingsing, lengannya merengkuhku. Hangat terasa, mungkin karena mega memegah hingga panasnya mentari tak sempat menyeduh keluhku. Aku
Sekarang Juni sudah bertandang, riang atau mungkin luka tergenang meninggalkan Mei. Girang merambat menghampiri jiwa yang tenang dan hati yang senang
Sepasang mata memerah darahBerjuta pasang mata memerah amarahSepasang telinga memanas gerahBerjuta pasang telinga memanas resahDan...Hati diam menggum
Seragam bagi orang yang punya seragam adalah kemewahan hari ini. Dandan serupa dendang wajib dinyanyikan. Dan dengan seragam itu, dendang semakin nyar