Kugantikan kau sementara. Mencoba merasa apa yang kau rasa
Yang dilewati ternyata belum seberapa Jamur-jamur ambisi terus tumbuh dalam musim hujan ini Banyak sajian penghapus lapar, pelepas dahaga
Langkah-langkah berat kita telah menjadi candu. Diam kini, jadi rindu pada kemarin.
Akankah tanah ini menjadi gembur dan subur? Tumbuhlah teratur, berkelimpahan tanaman sayur-mayur.
Bagi penonton dokumenter setia, tak sulit memahaminya. Apa yang terlihat kini bukan diri sejati
Puisi tentang Malam Panjang/ Jalan panjang membentang. Halang rintang di depan siapa dapat menduga
Kepenuhan rasa sebenarnya ada dan hangat. Apakah masih teringat?
Sembunyi memburu nafsu merengkuh Enggan menjauh, begitu dahsyat pengaruh Lupa akan janji suci, kabur bayang ilusi
Mata pedas berlinang air mata, Halangi pandang terhadap indah dunia
Seakan terlepas Tuk beberapa waktu Mencoba beda dari rutinitas
Dulu kecil ingin cepat besar Berharap banyak seperti orang dewasa Tak sabar, segera menyala terbakar Aturan terasa hanya memaksa, layak dilanggar
Kokoh sebagai tempat bermegah Jika diikuti ambisi berselimut serakah Semakin menakutkan saat lantang tebar amarah
Influenza masih saja bisa datangiku Mengganggu langkah tenang, badan meriang
Kering mulai terasa Tanaman ada yang kering rindukan air Hujan bukan andalan lagi tuk setiap saat hampiri
Terpejam tak berarti tidur Tanda terbenam dalam, bukan hanya mendengkur
Pedih memaksa teteskan air mataHarus menahan, kencangkan otot pandanganTersiksa
Puisi tentang alam yang mengajarkan manusia hadapi segala hal.
Puisi yang mengungkapkan kesesakan karena menghirup udara ketakutan
Berkelana dalam waktu tak terkira Bagai roda menggelinding tempuh jalan asing Mencari segala yang belum dimiliki