Seorang tukang selesai pekerjaan membangun, Sisa bahan bangunan dibiarkan berserakan
Kugantikan kau sementara. Mencoba merasa apa yang kau rasa
Yang dilewati ternyata belum seberapa Jamur-jamur ambisi terus tumbuh dalam musim hujan ini Banyak sajian penghapus lapar, pelepas dahaga
Kisah ini terjadi sekitar tahun 2008. Di salah satu kabupaten yang berada di sekitar wilayah jalur Pantura.
Langkah-langkah berat kita telah menjadi candu. Diam kini, jadi rindu pada kemarin.
Akankah tanah ini menjadi gembur dan subur? Tumbuhlah teratur, berkelimpahan tanaman sayur-mayur.
Bagi penonton dokumenter setia, tak sulit memahaminya. Apa yang terlihat kini bukan diri sejati
Kau tunjukkan seakan kokoh berisi, dengan mudahnya pupus
Tak beraturan, rasa menerka peristiwa. Nampak berbeda dari ramal bayangan
Puisi tentang Malam Panjang/ Jalan panjang membentang. Halang rintang di depan siapa dapat menduga
Kuingat waktu itu remaja Pertama kali berpikir mati, saatku lemah tak berdaya
Kepenuhan rasa sebenarnya ada dan hangat. Apakah masih teringat?
Cinta itu buta Senang dalam pandang, menarik dilirik Perasaan yang menggebu-gebu
Sembunyi memburu nafsu merengkuh Enggan menjauh, begitu dahsyat pengaruh Lupa akan janji suci, kabur bayang ilusi
Mata pedas berlinang air mata, Halangi pandang terhadap indah dunia
Kini malam nampak cerah berpencar bintang Pandang mengangkasa tak tahu batasan ruang Terasa kecil di hadapan yang terhampar
Hm, leganya mereka terlihat dari semua wajah tampak riang
Seakan terlepas Tuk beberapa waktu Mencoba beda dari rutinitas
Dulu kecil ingin cepat besar Berharap banyak seperti orang dewasa Tak sabar, segera menyala terbakar Aturan terasa hanya memaksa, layak dilanggar