Hubungan toksik mewarnai kondisi pernikahan di Indonesia beberapa tahun terakhir.
Nikah tidak menakutkan apabila cinta diletakkan dalam bingkai yang benar.
Menikah itu menakutkan, apabila kamu bertemu seseorang yang hanya ingin bersenang-senang.
19 tahun dianggap sebagai batas umur yang memungkinkan seseorang telah memiliki kesiapan untuk menanggung konsekuensi pernikahan.
Sangat banyak kisah kesetiaan suami istri sampai akhir usia. Sejak zaman dulu kala, hingga era terkini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi laki-laki dan perempuan, pernikahan adalah pembeda terpenting yang menentukan kebahagiaan.
Perempuan yang menikahi lelaki biasa saja, merasa jauh lebih nyaman dan bahagia.
Sangat banyak berita di media mainstream maupun media sosial tentang maraknya perselingkuhan yang membuat aroma ketakutan menikah semakin mengemuka.
Setelah menikah, pasangan suami istri harus menetapkan standar kehidupannya sendiri.
Allah tidak membuat kondisi manusia menjadi buruk, namun manusia yang membuat dirinya buruk.
Istri boleh meminta atau menggugat cerai, apabila terdapat alasan yang dibenarkan.
Ajaran Islam menuntunkan agar mengutamakan islah atau perbaikan hubungan. Cerai adalah jalan keluar terakhir.
Untuk masuk surga, bukan dengan cara membiarkan dihajar dan disiksa oleh suami. Ada sangat banyak pilihan ketaatan yang berbuah surga.
Masa bulan madu pasti berlalu, jangan pernah sia-siakan masa yang sangat pendek dan tak terulang ini.
Pernikahan bukanlah penjara yang menyiksa. Nikah bukanlah maut.
Pada pengantin baru, yang lebih dominan adalah mawaddah. Sedangkan pengantin lama, yang lebih dominan adalah rahmah.
Menjaga keintiman berarti bersedia menjaga proses kebersamaan.
Suami dan istri harus selalu berusaha menggapai makna libas –pakaian yang melekat dengan nyaman.
Nabi saw telah mencontohkan praktik intentional sharing yang mengesankan dengan pasangan.
Kebosanan yang Anda rasakan sekarang, bisa berdampak terhadap turunnya kepuasan pernikahan 9 tahun yang akan datang